KAUM 'AD DAN UBAR "ATLANTIS di PADANG PASIR"
Kaum lain yang dihancurkan dan disebutkan dalam berbagai surat dalam Al Qur'an adalah kaum 'Ad yang disebutkan setelah kaum Nuh. Nabi Hud yang diutus untuk kaum 'Ad memerintahkan kepada kaumnya , sebagaimana yang telah dikerjakan oleh para nabi, untuk beriman kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dan mematuhinya ( Hud) sebagai Nabi pada waktu itu. Orang-orang menanggapinya dengan rasa permusuhan terhadap Hud. Mereka menuduhnya sebagai orang yang kurangajar, penuh dengan kebohongan dan berusaha untuh mengubah sistem yang telah berlangsung sejak para pendahulu mereka. |
KAUM NABI LUTH : Dan Kota Yang Dijungkirbalikkan
Nabi Luth hidup satu masa dengan Ibrahim. Luth diutus sebagai seorang pembawa risalah kepada salah satu kelompok masyarakat yang hidup berdekatan dengan kaum Nabi Ibrahim. Kaum ini, sebagaimana diriwayatkan dalam Al Qur'an mengerjakan perbuatan yang menyimpang yang kemudian dikenal luas sebagai perilaku sodomi. Dikala Luth menyerukan kepada mereka untuk menghentikan penyimpangan tersebut diserukan kepada mereka peringatan dari Allah, maka mereka mengingkarinya, menolak kenabian Lut dan meneruskan penyimpangan perilaku mereka. Pada akhirnya kaum ini dihancurkan/dilulhlantakkan dengan bencana yang mengerikan. Kota dimana dahulu Nabi Luth berdiam, dalam Perjanjian Lama dihubungkan dengan kota Sodom, Berada disebelah Utara laut Merah, masyarakat ini diketahui telah dihancurkan sebagaimana termaktub dalam Al Qur'an. |
KEHIDUPAN NABI IBRAHIM
Nabi Ibrahim (Abraham) sering disebutkan di dalam Al Qur'an dan mendapatkan tempat yang istimewa di sisi Allah sebagai contoh bagi manusia. Dia menyampaikan kebenaran dari Allah kepada umatnya yang menyembah berhala, dan dia mengingatkan mereka agar takut kepada Allah. Umat nabi Ibrahim tidak mematuhi perintah itu, bahkan sebaliknya mereka menentangnya. Ketika penindasan yang semakin meningkat dari kaumnya, nabi Ibrahim pindah ke mana saja bersama istrinya, bersama dengan nabi Lut dan mungkin dengan bebeapa orang lain yang menyertai mereka. Nabi Ibrahim adalah keturunan dari nabi Nuh. Al qur'an juga mengemukakan bahwa dia juga mengikuti jalan hidup (diin) yang diikuti Nabi Nuh.
"Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam".
Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik. Sesungguhnya dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman.
Kemudian Kami tengelamkan orang-orang yang lain. Dan sesungguhnya Ibrahim
benar-benar termasuk golongannya (Nuh).(QS Ash- Shafaat: 79-83).
|
BANJIR NABI NUH
Sebagaimana Banjir Nuh itu juga dikisahkan dalam hampir seluruh kebudayaan manusia, banjir Nuh adalah salah satu dari sekian banyak contoh kisah-kisah yang paling banyak diuraikan dalam al-Qur'an. Kengganan umat Nabi Nuh terhadap nasehat dan peringatan dari Nabi Nuh, bagaimana reaksi mereka terhadap risalah Nabi Nuh, serta bagaimana peristiwa banjir selengkapnya terjadi, semuanya diceritakan dengan sangat detail dalam banyak ayat al-Qur'an.Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (QS. Al Ankabut: 14)
Nabi Nuh diutus untuk mengingatkan umatnya yang telah meninggalkan ayat-ayat Allah dan menyekutukanNya, dan menegaskan kepada mereka untuk hanya menyembah Allah saja dan berhenti dari sikap pembangkangan mereka. Meskipun Nabi Nuh telah menasehati umatnya berkali-kali untuk mentaati perintah Allah serta mengingatkan akan murka Allah, mereka masih saja menolak dan terus menyekutukan Allah.
Tentang bagaimana kejadian itu berkembang, dilukiskan dengan jelas dalam ayat-ayat berikut:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Lalu
ia berkata "Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak
ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepadaNya)?".
Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab: "Orang ini tidak
lain hanyalah manusia seperti kamu , yang bermaksud hendak menjadi seorang yang
lebih tinggi dari kamu . Dan kalau Allah menghendaki , tentu Dia mengutus
beberapa orang malaikat. Belum pernah kami mendengar seruan (seruan yang
seperti) ini pada masa nenek moyang kami yang dahulu. Ia tidak lain hanyalah
seorang laki-laki yang berpenyakit gila , maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya
sampai suatu waktu. Nuh berdoa, "Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka
mendustakanku" .(Al-Mukminun : 23-26)
Sebagaimana dikemukakan dalam ayat-ayat tersebut, pemuka masyarakat di
sekitar Nabi Nuh berusaha menuduh bahwa Nabi Nuh telah berusaha untuk munjukkan
superioritasnya atas masyarakat lingkungannya, mencari keuntungan pribadi
seperti status sosial, kepemimpinan dan kekayaan......Harun Yahya
Harun Yahya adalah nama pena ADNAN OKTAR
yang
lahir di Ankara pada tahun 1956. Sebagai seorang da'i dan ilmuwan terkemuka asal
Turki, beliau sangat menjunjung tinggi nilai akhlaq dan mengabdikan hidupnya
untuk mendakwahkan ajaran agama kepada masyarakat. Adnan Oktar memulai
perjuangan intelektualnya pada tahun 1979, yakni ketika menuntut ilmu di Akademi
Seni, Universitas Mimar Sinan. Selama berada di universitas tersebut, beliau
melakukan pengkajian yang mendalam tentang berbagai filsafat dan ideologi
materialistik yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat sekitar. Hal ini
menjadikan beliau lebih tahu dan paham dibandingkan dengan para pendukung
filsafat atau ideologi itu sendiri. Berbekal informasi dan pengetahuan yang
mendalam ini, beliau menulis berbagai buku tentang bahaya Darwinisme dan teori
evolusi, yang merupakan ancaman terhadap nilai-nilai akhlaq, terhadap dunia;
serta buku tentang keruntuhan teori ini oleh ilmu pengetahuan. Majalah ilmiah
populer terkenal New Scientist edisi 22 April 2000 menjuluki Adnan Oktar sebagai
"pahlawan dunia" yang telah membongkar kebohongan teori evolusi dan mengemukakan
fakta adanya penciptaan. Penulis juga telah menghasilkan berbagai karya tentang
Zionisme dan Freemasonry, serta ratusan buku yang mengulas masalah akhlaq dalam
Al-Qur'an dan bahasan-bahasan lain yang berhubungan dengan akidah.Nama pena Harun Yahya berasal dari dua nama Nabi: "Harun" (Aaron) dan "Yahya" (John) untuk mengenang perjuangan dua orang Nabi tersebut melawan kekufuran.
Mengenal Internet
Jaringan internet
benar-benar
dimanfaatkan
oleh
masyarakat,
instansi
swasta, maupun pemerintah sebagai wahana dan sarana untuk
menambah wawasan. Tidak hanya itu saja, antarmanusia dapat saling bertukar
informasi dan dapat
memberdayakan informasi tersebut.
Keuntungan yang diperoleh melalui internet adalah kemudahan dalam memperoleh informasi. Internet memungkinkan
siapapun mengakses berita-berita terkini
melalui koran elektronis seperti Republika Online (www.republika.co.id) dan Kompas Cyber Media (www.kompas.com). Selain itu, melalui
internet Anda dapat melakukan
transaksi bisnis melalui
e-bussines atau Anda juga dapat
melakukan pembelajar- an
jarak jauh (Distance Learning atau e-Learning), dan lain-lain
Ketika Akal Bertentangan dengan Dalil Syar’i
Segala puji bagi Allah Rabb semesta
alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan
orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.
Artikel berikut adalah artikel yang
merupakan kelanjutan dari artikel sebelumnya yang membahas tentang akal (Mendudukkan
Akal pada Tempatnya).
Akal Tidak
Bisa Berdiri Sendiri
Walaupun akal bisa digunakan untuk
merenungi dan memahami Al Qur’an, akal tidaklah bisa berdiri sendiri. Bahkan
akal sangat membutuhkan dalil syar’i (Al Qur’an dan Hadits) sebagai penerang
jalan. Akal itu ibarat mata. Mata memang memiliki potensi untuk melihat suatu
benda. Namun tanpa adanya cahaya, mata tidak dapat melihat apa-apa. Apabila ada
cahaya, barulah mata bisa melihat benda dengan jelas.
Jadi itulah akal. Akal barulah bisa
berfungsi jika ada cahaya Al Qur’an dan As Sunnah atau dalil syar’i. Jika tidak
ada cahaya wahyu, akal sangatlah mustahil melihat dan mengetahui sesuatu.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
mengatakan,
“Bahkan akal adalah syarat untuk mengilmui sesuatu dan untuk beramal dengan baik dan sempurna. Akal pun akan menyempurnakan ilmu dan amal. Akan tetapi, akal tidaklah bisa berdiri sendiri. Akal bisa berfungsi jika dia memiliki instink dan kekuatan sebagaimana penglihatan mata bisa berfungsi jika ada cahaya. Apabila akal mendapati cahaya iman dan Al Qur’an barulah akal akan seperti mata yang mendapatkan cahaya mentari. Jika bersendirian tanpa cahaya, akal tidak akan bisa melihat atau mengetahui sesuatu.” (Majmu’ Al Fatawa, 3/338-339)
Intinya, akal bisa berjalan dan berfungsi jika ditunjuki oleh dalil syar’i yaitu dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah. Tanpa cahaya ini, akal tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya.
“Bahkan akal adalah syarat untuk mengilmui sesuatu dan untuk beramal dengan baik dan sempurna. Akal pun akan menyempurnakan ilmu dan amal. Akan tetapi, akal tidaklah bisa berdiri sendiri. Akal bisa berfungsi jika dia memiliki instink dan kekuatan sebagaimana penglihatan mata bisa berfungsi jika ada cahaya. Apabila akal mendapati cahaya iman dan Al Qur’an barulah akal akan seperti mata yang mendapatkan cahaya mentari. Jika bersendirian tanpa cahaya, akal tidak akan bisa melihat atau mengetahui sesuatu.” (Majmu’ Al Fatawa, 3/338-339)
Intinya, akal bisa berjalan dan berfungsi jika ditunjuki oleh dalil syar’i yaitu dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah. Tanpa cahaya ini, akal tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya.
Gara-Gara Jempol
Segala
puji bagi Allah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk
dan agama yang haq untuk dimenangkan di atas semua agama. Segala puji
bagi Allah yang Maha Mengetahui isi hati hamba-hamba-Nya. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurah atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sekian lama tidak menulis note (dalam arti menulis sendiri, atau mungkin lebih tepat menulis dengan menukil penjelasan ulama dari berbagai sumber), hari ini -dengan ijin Allah- menyempatkan diri untuk menulis catatan yang sangat bersahaja ini. Semoga bisa bermanfaat dan menjadi nasehat, khususnya bagi saya pribadi.
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
“Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.’” (Muttafaq Alaih) [1]
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata: “Seseorang seharusnya menanamkan niat dalam hatinya semata-mata karena Allah, dalam setiap ucapan, amal perbuatan, dan kondisinya.” [2]
Niat yang benar adalah satu dari dua syarat diterimanya amalan seorang hamba. Niat ini erat kaitannya dengan tiga amalan hati, yaitu ikhlas, riyaa’, dan ujub. Amalan pertama (ikhlas) adalah manifestasi dari kemurnian tauhid seorang hamba kepada Allah Ta’ala. Sedangkan dua amalan terakhir, riyaa’ dan ujub, adalah lawan dan perusak dari sebuah ke-ikhlasan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahaya riyaa’ dan menyebutnya sebagai syirik yang samar, begitu pula dengan sifat ujub yang beliau kabarkan dalam sebuah hadits sebagai satu di antara sifat yang dapat membinasakan manusia.
Riyaa’ dan ujub adalah dua penyakit yang berangkat dari sifat dasar manusia yang ingin dipuji. Gara-gara jempol (baca: pujian), riak-riak riyaa’ dan ujub itu bisa menjadi gelombang besar yang menghempaskan semua amalan, menyeretnya jauh ke tengah lautan dan kemudian tenggelam tak berbekas, tanpa menyisakan sedikit pun untuk memberatkan timbangan di Hari Akhir kelak.
Sekian lama tidak menulis note (dalam arti menulis sendiri, atau mungkin lebih tepat menulis dengan menukil penjelasan ulama dari berbagai sumber), hari ini -dengan ijin Allah- menyempatkan diri untuk menulis catatan yang sangat bersahaja ini. Semoga bisa bermanfaat dan menjadi nasehat, khususnya bagi saya pribadi.
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
“Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.’” (Muttafaq Alaih) [1]
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata: “Seseorang seharusnya menanamkan niat dalam hatinya semata-mata karena Allah, dalam setiap ucapan, amal perbuatan, dan kondisinya.” [2]
Niat yang benar adalah satu dari dua syarat diterimanya amalan seorang hamba. Niat ini erat kaitannya dengan tiga amalan hati, yaitu ikhlas, riyaa’, dan ujub. Amalan pertama (ikhlas) adalah manifestasi dari kemurnian tauhid seorang hamba kepada Allah Ta’ala. Sedangkan dua amalan terakhir, riyaa’ dan ujub, adalah lawan dan perusak dari sebuah ke-ikhlasan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahaya riyaa’ dan menyebutnya sebagai syirik yang samar, begitu pula dengan sifat ujub yang beliau kabarkan dalam sebuah hadits sebagai satu di antara sifat yang dapat membinasakan manusia.
Riyaa’ dan ujub adalah dua penyakit yang berangkat dari sifat dasar manusia yang ingin dipuji. Gara-gara jempol (baca: pujian), riak-riak riyaa’ dan ujub itu bisa menjadi gelombang besar yang menghempaskan semua amalan, menyeretnya jauh ke tengah lautan dan kemudian tenggelam tak berbekas, tanpa menyisakan sedikit pun untuk memberatkan timbangan di Hari Akhir kelak.
Pencuri Hati Bidadari Bumi
Lelaki
yang tampan itu sedang bergaya menghadap kamera, siap-siap untuk
dipotret. Wajahnya putih dan menawan. Bersih kulitnya membuat mata
terpikat. Sedikit saja tersenyum, manisnya akan terlihat. Pula,
menyenyumkan wajah yang melihat.
Hidungnya mancung. Hitam bola matanya begitu indah, dan bagian putihnya bersih menyejukkan. Mata sipitnya yang begitu mengesankan dan bibirnya yang bersih memerah benar-benar membuat wanita berdecak kagum.
Dipilihnya banyak gaya sehingga tercipta banyak fose. Busananya yang mewah menambah anggun ketampanannya. Apalagi model rambut yang selalu menjadi trend. Satu lagi, lelaki kita ini memiliki face (wajah) yang imut.
Di salah satu fotonya, ia terlihat mendapat ciuman wanita cantik, tepat di pipi kirinya. Lelaki itu tersenyum saja sambil mengangkat kedua alisnya yang hitam menawan. Di foto yang lain, ia juga mendapat ciuman di pipi kirinya. Bukan oleh wanita tapi oleh kaumnya sendiri, kaum adam. Fotonya ini dan banyak foto lainnya tersebar luas dan selalu menjadi koleksi wanita di dunia.
Tentangnya, menjadi buah bibir. Majalah-majalah nasional maupun internasional tak jarang menjadikan mereka sebagai Cover Boy lalu artikel-artikel di dalamnya mengupas habis tentang kehidupan mereka yang mengidola. Katanya, mereka menjadi lambang laki-laki modern. Mereka menjadi kiblat ketampanan. Mereka menjadi simbol keromantisan.
Untuk mereka, ada cinta yang dipersembahkan oleh para wanita, ada rindu yang terpatri di hati, ada bahagia yang menyelimuti relung-relung jiwa. Memandang mereka, para artis korea itu, para wanita akan teriak histeris. Air mata haru biru pun mengalir lembut menyusuri pipi.
Mereka telah menjadi idola yang mendunia, begitu mampu menghipnotis para wanita. Dan yang lebih menyedihkan lagi, para muslimah yang (katanya) mencintai Allah dan Rasul-Nya pun terbius dahsyat. Tak sedikit muslimah yang berjilbab mengedit fotonya sendiri lalu menyandingnya dengan gambar si artis korea dalam satu foto. Lihatlah pula, foto-foto si artis korea itu menjadi profile ficture di Facebook.
Bagaimana tidak demikian, tak hanya tampang, para artis korea itu miliki pula suara yang indah, halus, dan menyejukkan telinga yang mendengar. Album mereka menjadi koleksi utama. Tak dapat dipungkiri, lisan-lisan para muslimah “mendzikirkan” lagu mereka walaupun tak paham maknanya. Daun telinganya dibuka lebar-lebar penuh khusyu’ untuk mendengar nada-nada lagu cinta si artis korea.
Di mana rasa malu yang seyogyanya menjadi kemuliaan bagi pemiliknya? Di mana kemuliaan yang seharusnya tertancap kuat di taman hati?
Hidungnya mancung. Hitam bola matanya begitu indah, dan bagian putihnya bersih menyejukkan. Mata sipitnya yang begitu mengesankan dan bibirnya yang bersih memerah benar-benar membuat wanita berdecak kagum.
Dipilihnya banyak gaya sehingga tercipta banyak fose. Busananya yang mewah menambah anggun ketampanannya. Apalagi model rambut yang selalu menjadi trend. Satu lagi, lelaki kita ini memiliki face (wajah) yang imut.
Di salah satu fotonya, ia terlihat mendapat ciuman wanita cantik, tepat di pipi kirinya. Lelaki itu tersenyum saja sambil mengangkat kedua alisnya yang hitam menawan. Di foto yang lain, ia juga mendapat ciuman di pipi kirinya. Bukan oleh wanita tapi oleh kaumnya sendiri, kaum adam. Fotonya ini dan banyak foto lainnya tersebar luas dan selalu menjadi koleksi wanita di dunia.
Tentangnya, menjadi buah bibir. Majalah-majalah nasional maupun internasional tak jarang menjadikan mereka sebagai Cover Boy lalu artikel-artikel di dalamnya mengupas habis tentang kehidupan mereka yang mengidola. Katanya, mereka menjadi lambang laki-laki modern. Mereka menjadi kiblat ketampanan. Mereka menjadi simbol keromantisan.
Untuk mereka, ada cinta yang dipersembahkan oleh para wanita, ada rindu yang terpatri di hati, ada bahagia yang menyelimuti relung-relung jiwa. Memandang mereka, para artis korea itu, para wanita akan teriak histeris. Air mata haru biru pun mengalir lembut menyusuri pipi.
Mereka telah menjadi idola yang mendunia, begitu mampu menghipnotis para wanita. Dan yang lebih menyedihkan lagi, para muslimah yang (katanya) mencintai Allah dan Rasul-Nya pun terbius dahsyat. Tak sedikit muslimah yang berjilbab mengedit fotonya sendiri lalu menyandingnya dengan gambar si artis korea dalam satu foto. Lihatlah pula, foto-foto si artis korea itu menjadi profile ficture di Facebook.
Bagaimana tidak demikian, tak hanya tampang, para artis korea itu miliki pula suara yang indah, halus, dan menyejukkan telinga yang mendengar. Album mereka menjadi koleksi utama. Tak dapat dipungkiri, lisan-lisan para muslimah “mendzikirkan” lagu mereka walaupun tak paham maknanya. Daun telinganya dibuka lebar-lebar penuh khusyu’ untuk mendengar nada-nada lagu cinta si artis korea.
Di mana rasa malu yang seyogyanya menjadi kemuliaan bagi pemiliknya? Di mana kemuliaan yang seharusnya tertancap kuat di taman hati?
Perjalanan Seorang Penuntut Ilmu yang Perlu Diteladani
Bismillaahirrohmaanirrohiim……..
Cerita ini saya (penulis) tulis adalah untuk memberikan ibroh kepada kita semua khususnya saya sendiri bahwa penderitaan dan kesusahahpayahan kita dalam menempuh jalan yang haq ini tidaklah seberapa, bahkan jika kita bandingkan dengan para salafushalih.
Cerita yang saya ambil ini adalah kisah manusia di masa ini, dimana sangat langka dan sulit ditemui orang-orang yang memiliki ghiroh yang sama sepertinya dalam tholabul ‘ilm. Saya menuliskan cerita ini adalah berdasarkan sebuah kisah nyata, dimana kisah tersebut saya dengar sendiri oleh salah satu sumber (akhowat) terpercaya yang mengetahui kisah tersebut…wallahua’lam. Semoga kisah ini dapat memotivasi dan menginspirasi kita untuk lebih dapat bersemangat dalam menuntut ilmu syar’ie…Baarokallohufiikum……
Di suatu daerah terpencil, terdapat sepasang suami istri yang sangat zuhud….mereka belum dikaruniai seorang putra karena masih dikategorikan pengantin yang masih baru. Perlu diketahui sang suami adalah seorang yang sangat rajin menuntut ilmu, ia adalah seseorang yang memiliki semangat yang sangat luar biasa untuk memperoleh ilmu. Bahkan dahulu ketika ia ingin menikah, ia tidak mempunyai sepeser uang yang cukup untuk meminang seorang akhowat, dan akhirnya ia menghadap kepada salah seorang ustadz di ma’had yang saat itu ia belajar di sana hanya untuk meminta nasihat bagaimana ia dapat menikah. Ia sangat sadar bahwa dirinya tak tampan, dan tidak mapan dalam pekerjaan karena hampir masa mudanya dihabiskan di ma’had. Sang ustadz pun menghargai tekadnya dan pada akhirnya membiayai pernikahan lelaki tersebut.
Sang suami di masa mudanya adalah salah seorang murid yang diakui kepandaiannya di ma’hadnya. Beberapa rekan dan ustadz memujinya dalam hal keilmuannya. Suatu hari sang suami berniat ingin mendatangi suatu dauroh di luar kota. Karena ia belum memiliki pekerjaan yang tetap (masih serabutan-red-) maka ia dan istrinya memikirkan bagaimana caranya agar sang suami dapat pergi untuk mendatangi dauroh tersebut walau ekonomi mereka sangat pas-pasan. Jarak yang harus ditempuh sangatlah jauh, sehingga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sedangkan penghasilan mereka untuk makan sehari-hari saja masih belum cukup. Sang suami bukanlah seorang yang malas dalam mencari nafkah, namun qadarallah….Allah telah menetapkan rezekinya hanya sedemikian. Walau demikian ia tetap bersemangat dalam menjalani hidupnya.
Suatu hari istrinya yang walhamdulillah sangat qona’ah dan juga zuhud, berinisiatif membongkar tabungan yang beberapa bulan ia kumpulkan di kotak penyimpanannya. Qaddarallah…..uang yang terkumpul hanya Rp 10.000,-. Bayangkan wahai pembaca,,,,bahkan mata ini ingin menangis ketika saya mengetik kisah ini….Dalam sehari kita bisa memegang uang puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan mungkin hingga ada yang mencapai nominal jutaan…Dengan keistiqomahan dan kezuhudan sang istri tidak pernah mengeluh untuk mengumpulkan 100 perak (Rp 100,-) setiap keuntungan yang diperoleh suaminya yang tidak setiap hari ia dapatkan…..
Sang istri segera mengumpulkan uang tersebut dan berinisiatif untuk membuatkan bekal arem-arem (bahasa jawa), yaitu sejenis nasi kepal yang dibungkus daun pisang untuk bekal perjalanan suaminya. Hanya itu yang dapat sang istri berikan kepada suaminya sebagai wujud cinta dan kasih sayangnya….
Sang suami pun kemudian berangkat dengan membawa bekal dan do’a dari istrinya untuk menuntut ilmu….Ia pergi dengan berjalan kaki…..yah!! hanya berjalan kaki untuk menepuh jarak puluhan kilometer!!! (wallahua’lam) Karena ia tak membawa uang sepeserpun untuk bepergian…hanya beberapa buah arem-arem dan pakaian yang melekat di badannya yang ia bawa ke luar kota… Subhanallooh…..
Perjalanan ia tempuh 3 hari 3 malam dengan kedua kakinya tanpa kendaraan satupun….Akhirnya ia pun sampai di tempat dauroh dilaksanakan, hanya dengan berjalan kaki dan berteduh di tempat seadanya selama perjalanan…..
Cerita ini saya (penulis) tulis adalah untuk memberikan ibroh kepada kita semua khususnya saya sendiri bahwa penderitaan dan kesusahahpayahan kita dalam menempuh jalan yang haq ini tidaklah seberapa, bahkan jika kita bandingkan dengan para salafushalih.
Cerita yang saya ambil ini adalah kisah manusia di masa ini, dimana sangat langka dan sulit ditemui orang-orang yang memiliki ghiroh yang sama sepertinya dalam tholabul ‘ilm. Saya menuliskan cerita ini adalah berdasarkan sebuah kisah nyata, dimana kisah tersebut saya dengar sendiri oleh salah satu sumber (akhowat) terpercaya yang mengetahui kisah tersebut…wallahua’lam. Semoga kisah ini dapat memotivasi dan menginspirasi kita untuk lebih dapat bersemangat dalam menuntut ilmu syar’ie…Baarokallohufiikum……
Di suatu daerah terpencil, terdapat sepasang suami istri yang sangat zuhud….mereka belum dikaruniai seorang putra karena masih dikategorikan pengantin yang masih baru. Perlu diketahui sang suami adalah seorang yang sangat rajin menuntut ilmu, ia adalah seseorang yang memiliki semangat yang sangat luar biasa untuk memperoleh ilmu. Bahkan dahulu ketika ia ingin menikah, ia tidak mempunyai sepeser uang yang cukup untuk meminang seorang akhowat, dan akhirnya ia menghadap kepada salah seorang ustadz di ma’had yang saat itu ia belajar di sana hanya untuk meminta nasihat bagaimana ia dapat menikah. Ia sangat sadar bahwa dirinya tak tampan, dan tidak mapan dalam pekerjaan karena hampir masa mudanya dihabiskan di ma’had. Sang ustadz pun menghargai tekadnya dan pada akhirnya membiayai pernikahan lelaki tersebut.
Sang suami di masa mudanya adalah salah seorang murid yang diakui kepandaiannya di ma’hadnya. Beberapa rekan dan ustadz memujinya dalam hal keilmuannya. Suatu hari sang suami berniat ingin mendatangi suatu dauroh di luar kota. Karena ia belum memiliki pekerjaan yang tetap (masih serabutan-red-) maka ia dan istrinya memikirkan bagaimana caranya agar sang suami dapat pergi untuk mendatangi dauroh tersebut walau ekonomi mereka sangat pas-pasan. Jarak yang harus ditempuh sangatlah jauh, sehingga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sedangkan penghasilan mereka untuk makan sehari-hari saja masih belum cukup. Sang suami bukanlah seorang yang malas dalam mencari nafkah, namun qadarallah….Allah telah menetapkan rezekinya hanya sedemikian. Walau demikian ia tetap bersemangat dalam menjalani hidupnya.
Suatu hari istrinya yang walhamdulillah sangat qona’ah dan juga zuhud, berinisiatif membongkar tabungan yang beberapa bulan ia kumpulkan di kotak penyimpanannya. Qaddarallah…..uang yang terkumpul hanya Rp 10.000,-. Bayangkan wahai pembaca,,,,bahkan mata ini ingin menangis ketika saya mengetik kisah ini….Dalam sehari kita bisa memegang uang puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan mungkin hingga ada yang mencapai nominal jutaan…Dengan keistiqomahan dan kezuhudan sang istri tidak pernah mengeluh untuk mengumpulkan 100 perak (Rp 100,-) setiap keuntungan yang diperoleh suaminya yang tidak setiap hari ia dapatkan…..
Sang istri segera mengumpulkan uang tersebut dan berinisiatif untuk membuatkan bekal arem-arem (bahasa jawa), yaitu sejenis nasi kepal yang dibungkus daun pisang untuk bekal perjalanan suaminya. Hanya itu yang dapat sang istri berikan kepada suaminya sebagai wujud cinta dan kasih sayangnya….
Sang suami pun kemudian berangkat dengan membawa bekal dan do’a dari istrinya untuk menuntut ilmu….Ia pergi dengan berjalan kaki…..yah!! hanya berjalan kaki untuk menepuh jarak puluhan kilometer!!! (wallahua’lam) Karena ia tak membawa uang sepeserpun untuk bepergian…hanya beberapa buah arem-arem dan pakaian yang melekat di badannya yang ia bawa ke luar kota… Subhanallooh…..
Perjalanan ia tempuh 3 hari 3 malam dengan kedua kakinya tanpa kendaraan satupun….Akhirnya ia pun sampai di tempat dauroh dilaksanakan, hanya dengan berjalan kaki dan berteduh di tempat seadanya selama perjalanan…..
Jilbab-Jilbab Cinta
Penulis: Ustadz Abu Umar Basyir
“Sialan. Kenapa kamu disitu, mau cari mati?” maki si pemuda.
“Aku tak mau pergi, sebelum kamu mengikuti kemauan ibumu,” ujar si remaja tegas.
“Kemauan yang mana?” si pemuda bertanya heran.
“Ibumu ingin supaya engkau menikah denganku. Aku tahu aku tidak layak untukmu. Tapi, budi ibumu, budi ibumu itu kepadaku sudah terlalu banyak. Aku hanya bisa membalasnya dengan cara ini…..,” kalimat itu begitu deras meluncur dari mulut si remaji berjilbab, ditujukan kepada pria di depannya. Seorang pemuda tampan, bukan suaminya, dan tentu juga bukan mahram-nya. Pemuda yang selama ini diam-diam selama ini begitu dicintainya….
Itu cuma cuplikan dari sebuah adegan sinetron, yang menggambarkan kisah kasih muda-mudi di era modern. Itu cerita cinta yang sudah pasaran, bisa jadi tak punya daya tarik sama sekali. Tapi yang ternyata harus dicermati justru kehadiran si gadis berjilbab, dalam adegan tersebut. Dengan jilbabnya, dengan kealimannya, si gadis ternyata tak berbeda jauh dengan gadis-gadis remaja pada umumnya, terjebak dalam kisah cinta bernuansa syahwat, jauh dari nilai-nilai Islam yang seharusnya ia terapkan dalam kehidupannya.
“Ah, cinta itu kan soal biasa. Kita tak usah hipokrit dengan menolak cinta. Gadis remaja atau pemuda yang jatuh cinta, itu soal biasa. Kenapa dipersoalkan?”
Ungkapan ini mungkin mewakili banyak remaja muslim kita di tanah air. Ungkapan, selalu hadir bersama tumpukan idealisme yang tak mungkin terbentuk begitu saja. Ada pendidikan, pengajaran, pengaruh lingkungan, dan lebih sering sikap mempertahankan diri dalam kondisi apapun, yang membentuk pola pikir, yang akhirnya melahirkan ungkapan.
Karena, cinta itu memang biasa. Ekspresi cinta yang terkadang membuahkan sikap dan perilaku yang sama sekali tak biasa. Persoalannya, kita sudah memiliki agama yang mengatur segala-galanya. Kebenaran tak bisa diukur dengan takaran biasa atau tidak biasa. Sebab bila demikian, semakin terbiasa manusia dengan kerusakan, semakin sableng saja standar kebenaran itu. Kita terlalu waras untuk menjadikan hal itu sebagai prinsip.
Sandal Jepit Istriku
Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh… betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop ini rasa...nya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin nggak ketulungan. “Ummi… Ummi, kapan kau dapat memasak dengan benar…? Selalu saja, kalau tak keasinan…kemanisan, kalau tak keaseman… ya kepedesan!” Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu.”Sabar bi…, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul…? ” ucap isteriku kalem. “Iya… tapi abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini…!” Jawabku dengan nada tinggi. Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya sudah merebak.
***
Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan ‘baiti jannati’ di rumahku. Namun apa yang terjadi…? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal burak (pecah). Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta pora di dapur, dan cucian… ouw… berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan detergen tapi tak juga dicuci.
Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada. “Ummi…ummi, bagaimana abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini…?” ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Ummi… isteri sholihat itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah…?” Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. “Ah…wanita gampang sekali untuk menangis…,” batinku berkata dalam hati. “Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihat…? Isteri shalihat itu tidak cengeng,” bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai dipipinya. “Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja untuk jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali,” ucap isteriku diselingi isak tangis. “Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda…” Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.
Bidadari Tak Secantik Senyummu
“Bangun imam besar, makmum dah nunggu nih….!”
bisikan lembut yang mengikuti kecupan dipipiku itu membuatku tak bisa menolak untuk membuka mataku yang masih lengket ini. Kulirik jam di dinding oranye kamar tidur kami dengan seperempat mata terbuka. Pukul tiga pagi.
“Setengah jam lagi ya makmum cantik,imam besar masih ngantuk berat nih…” kututupkan lagi selimut yang tersingkap di kepalaku.
“Gak mau, harus bangun sekarang, ntar kucubit lho…!” kali ini rengekan manja ini tak bisa kutolak lagi. Dengan bergaya sempoyongan aku melangkah ke kamar mandi untuk berwudhu.
“Eh, selimutnya gak usah dibawa sayang…”
***
Pagi ini aku berpura-pura tampak capek. Setelah tidurku tadi malam “terganggu” untuk shalat malam, disambung lagi shalat subuh. Dan “terpaksa” membaca satu juz Al Qur’an agar aku tidak terlelap lagi.
Dengan gaya kuyu, aku duduk di depan meja makan menanti sarapan yang disiapkan istriku. Hari ini aku harus berangkat pagi. Ada rapat.
“Pagi Kanda…. pagi ini dinda buatkan sop favorit Kanda. Biar gak ngantuk lagi.”
Senyum manis istriku sudah menyambut di ruang makan. Aku masih berpura-pura sebal. Padahal senyum itulah yang membuatku tak bisa pergi lama darinya dalam dua tahun terakhir ini.
***
Aku teringat ketika pertama kali kami bertemu. Sebenarnya bukan yang pertama, dia adalah teman SMP-ku. Namun semenjak lulus SMP kami tak pernah berjumpa sampai bertemu di ruang Poliklinik Umum RS Dr. Sardjito. Secara kebetulan, sebuah skenario yang indah dari Sang Maha Sutradara. Perjumpaan itu yang akan mengubah jalan hidupku.
Perutku yang melilit-lilit sejak pagi memaksaku untuk terpaksa menginjak tempat yang paling aku benci, rumah sakit. Mungkin karena hari sebelumnya aku dan teman-teman jurusan Teknik Mesin berpesta di rumah salah satu teman yang diwisuda. Seperti biasa anak-anak Mesin yang 98.57 persen laki-laki pasti akan melakukan sesuatu yang “radikal” walau kadang konyol. Sesuatu yang dianggap sebagai permainan untuk membuktikan “kajantanan” yang kadang tidak jelas parameternya. Kemenanganku di lomba makan sambal yang mengerikan telah mengantarku ke tempat yang kubenci ini.
Waktu itu aku belum lulus, walaupun angka sepuluh menempel dengan malu-malu di semester yang aku tempuh. Biasa, anak mesin memang lambat lulus, begitu biasa aku berapologi. Walaupun sebenarnya sudah banyak juga temanku yang lulus. Termasuk yang menyediakan pesta sambal itu.
bisikan lembut yang mengikuti kecupan dipipiku itu membuatku tak bisa menolak untuk membuka mataku yang masih lengket ini. Kulirik jam di dinding oranye kamar tidur kami dengan seperempat mata terbuka. Pukul tiga pagi.
“Setengah jam lagi ya makmum cantik,imam besar masih ngantuk berat nih…” kututupkan lagi selimut yang tersingkap di kepalaku.
“Gak mau, harus bangun sekarang, ntar kucubit lho…!” kali ini rengekan manja ini tak bisa kutolak lagi. Dengan bergaya sempoyongan aku melangkah ke kamar mandi untuk berwudhu.
“Eh, selimutnya gak usah dibawa sayang…”
***
Pagi ini aku berpura-pura tampak capek. Setelah tidurku tadi malam “terganggu” untuk shalat malam, disambung lagi shalat subuh. Dan “terpaksa” membaca satu juz Al Qur’an agar aku tidak terlelap lagi.
Dengan gaya kuyu, aku duduk di depan meja makan menanti sarapan yang disiapkan istriku. Hari ini aku harus berangkat pagi. Ada rapat.
“Pagi Kanda…. pagi ini dinda buatkan sop favorit Kanda. Biar gak ngantuk lagi.”
Senyum manis istriku sudah menyambut di ruang makan. Aku masih berpura-pura sebal. Padahal senyum itulah yang membuatku tak bisa pergi lama darinya dalam dua tahun terakhir ini.
***
Aku teringat ketika pertama kali kami bertemu. Sebenarnya bukan yang pertama, dia adalah teman SMP-ku. Namun semenjak lulus SMP kami tak pernah berjumpa sampai bertemu di ruang Poliklinik Umum RS Dr. Sardjito. Secara kebetulan, sebuah skenario yang indah dari Sang Maha Sutradara. Perjumpaan itu yang akan mengubah jalan hidupku.
Perutku yang melilit-lilit sejak pagi memaksaku untuk terpaksa menginjak tempat yang paling aku benci, rumah sakit. Mungkin karena hari sebelumnya aku dan teman-teman jurusan Teknik Mesin berpesta di rumah salah satu teman yang diwisuda. Seperti biasa anak-anak Mesin yang 98.57 persen laki-laki pasti akan melakukan sesuatu yang “radikal” walau kadang konyol. Sesuatu yang dianggap sebagai permainan untuk membuktikan “kajantanan” yang kadang tidak jelas parameternya. Kemenanganku di lomba makan sambal yang mengerikan telah mengantarku ke tempat yang kubenci ini.
Waktu itu aku belum lulus, walaupun angka sepuluh menempel dengan malu-malu di semester yang aku tempuh. Biasa, anak mesin memang lambat lulus, begitu biasa aku berapologi. Walaupun sebenarnya sudah banyak juga temanku yang lulus. Termasuk yang menyediakan pesta sambal itu.
Ini Tentang "Status Kita"
Sepertinya, hidup memang harus memiliki kejelasan. Kejelasan dalam hidup dan tujuan yang ingin digapai. Fikirku. Tapi, haruskah kejelasan itu dilayangkan di setiap nafas ini berhembus? Atau minimal pada tiap derapan langkah kaki kita?
Di tiap banyak kesempatan mengunjungi rumah maya, jemariku yang tak henti terus mengarahkan kursor pada layar Afkaar (my black lapty) mencecar kata demi kata. Duh, Rabbi.. Status galau bertebaran lagi. Resah yang diendapkan tak juga ingin memberi jejak pada tiap penggalan kalimat yang berkutik disana.
Lihat saja, kotak kosong yang bertulisan samar-samar, “What’s on your mind?” memang sedang memberikan banyak peluang untuk membebaskan kita dari riakan emosi. Tak tahu kenapa, nama “Status” melejit semenjak kemunculan ini, jejaring sosial.
Dulu, kita tak jarang mendapati pada banyak lembaran pengisian biodata, CV, kartu identitas, dll yang bertuliskan status dengan opsi yang telah dicantumkan. Ada opsi pelajar/mahasiswa, belum menikah/menikah, yang begitu valid tanpa harus me-like atau membubuhi komentar. Dan sepertinya, kata status ini mulai bergeser menjadi makna yang lebih luwes.
Yah, rasa-rasanya status tersebut hanya terlalui di dunia nyata. Sebab, dunia maya ternyata memberikan kebebasan status yang terkadang tak kalah (tidak) penting. Seolah-olah status bebas di dunia maya ingin menyita banyak perhatian di setiap sisi kehidupan pelakonnya. Tak bisa dipungkiri, kemunculan situs-situs jejaring sosial telah mengiring kita pada kejelasan status kita yang sebenar-benarnya dan seluwes-luwesnya.
Lihat saja, berawal dari status yang menyatakan pribadi kita sebagai single, complicated, in open a relationship, in a relationship, engaged, hingga married, sampai pada status yang menyatakan hati, fikiran, sikap, cita-cita, dll yang turut menuai dunia jejaring sosial yang digeluti.
As silent reader, memandang dalam hening, aku pun mulai me-list beberapa status bebas tersebut ke beberapa kategori. Yah, itu pendapatku tentang status bebas yang berkutik di ruang maya yang secara tidak langsung mengajarkan banyak hal tentang psikolog seseorang. Berikut list-nya berdasarkan hasil jelajahku di dunia maya:
Mengenalkan Anak Pada Ibadah Haji
Oleh: dr. Avie Andriyani
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima dan patut untuk diperkenalkan pada anak-anak kita. Meskipun usia anak kita masih belia, namun penanaman kecintaan terhadap ibadah haji akan turut membangun karakternya. Seorang anak yang dari kecil sudah diperkenalkan seperti apakah ka’bah, bagaimana caranya beribadah haji, keutamaan apa saja yang terkandung dalam ibadah haji, tentu akan termotivasi untuk bisa melaksanakannya kelak ketika mereka dewasa.
Usia Tepat Memperkenalkan Ibadah Haji pada Anak
Usia paling ideal bagi seorang anak untuk diperkenalkan dengan ibadah haji biasanya sekitar usia 3 tahun. Pada usia ini mereka sudah mulai banyak bertanya dan menunjukkan keingintahuan yang besar. Berbeda dengan ibadah shalat dan yang lainnya, ibadah haji mungkin lebih jarang mereka saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, perlu kiranya orangtua lebih aktif dalam memperkenalkan ibadah haji kepada anak-anaknya. Pengetahuan mengenai ibadah haji ini hanya bersifat pengenalan atau pengakraban saja, sehingga tidah harus dijelaskan sampai mendetail. Untuk pengetahuan yang lebih rinci bisa diberikan ketika anak memasuki usia SD.
Di sekolah-sekolah, mulai dari preschool (playgroup) dan TK, biasanya sudah diperkenalkan mengenai tata cara haji dan bahkan banyak yang mengadakan praktek beribadah haji. Kegiatan-kegiatan semacam ini tentu saja sangat bermanfaat dalam memperkenalkan rukun Islam yang kelima sejak usia dini. Jika sebelumnya anak-anak hanya mendengarkan cerita atau melihat gambar tentang ibadah haji, dengan praktek akan lebih meninggalkan kesan pada diri anak.
Metode Mengenalkan Ibadah Haji pada Anak
Kita bisa memulai dengan menyebutkan rukun Islam terlebih dahulu. Biasanya anak akan menanyakan lebih jauh tentang apa yang kita sebutkan. Ketika anak bertanya tentang ibadah haji, kita bisa mulai memperkenalkan ibadah haji dengan berbagai metode seperti berikut ini :
Metode gambar
Metode paling sederhana namun cukup interaktif adalah dengan membuatkan gambar untuk anak. Kita cukup menyediakan kertas atau papan tulis dan spidol untuk menggambar ka’bah. Sambil menggambar kita ceritakan bagaimana seorang muslim menjalankan ibadah haji.
Metode kisah atau cerita
Saat yang terbaik untuk bercerita adalah ketika menjelang tidur. Salah satu cerita yang sangat mendukung pengenalan terhadap ibadah haji adalah kisah nabi Ibrahim dan nabi Ismail. Kita ceritakan bagaimana kisah ibunda nabi Ismail yaitu Hajar ketika ditinggalkan nabi Ibrahim bersama dengan Ismail di daerah yang tandus hingga beliau berlari-lari dari bukit Shafa ke bukit Marwah mencari air dan kemudian Allah memberi mereka nikmat berupa air zam-zam. Kita ceritakan pula bagaimana kesabaran nabi Ibrahim ketika diperintah Allah untuk menyembelih nabi Ismail. Kisah ini bisa kita manfaatkan juga untuk menjelaskan tentang ibadah qurban yang dilaksanakan kaum muslimin tiap hari raya idul adha.
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima dan patut untuk diperkenalkan pada anak-anak kita. Meskipun usia anak kita masih belia, namun penanaman kecintaan terhadap ibadah haji akan turut membangun karakternya. Seorang anak yang dari kecil sudah diperkenalkan seperti apakah ka’bah, bagaimana caranya beribadah haji, keutamaan apa saja yang terkandung dalam ibadah haji, tentu akan termotivasi untuk bisa melaksanakannya kelak ketika mereka dewasa.
Usia Tepat Memperkenalkan Ibadah Haji pada Anak
Usia paling ideal bagi seorang anak untuk diperkenalkan dengan ibadah haji biasanya sekitar usia 3 tahun. Pada usia ini mereka sudah mulai banyak bertanya dan menunjukkan keingintahuan yang besar. Berbeda dengan ibadah shalat dan yang lainnya, ibadah haji mungkin lebih jarang mereka saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, perlu kiranya orangtua lebih aktif dalam memperkenalkan ibadah haji kepada anak-anaknya. Pengetahuan mengenai ibadah haji ini hanya bersifat pengenalan atau pengakraban saja, sehingga tidah harus dijelaskan sampai mendetail. Untuk pengetahuan yang lebih rinci bisa diberikan ketika anak memasuki usia SD.
Di sekolah-sekolah, mulai dari preschool (playgroup) dan TK, biasanya sudah diperkenalkan mengenai tata cara haji dan bahkan banyak yang mengadakan praktek beribadah haji. Kegiatan-kegiatan semacam ini tentu saja sangat bermanfaat dalam memperkenalkan rukun Islam yang kelima sejak usia dini. Jika sebelumnya anak-anak hanya mendengarkan cerita atau melihat gambar tentang ibadah haji, dengan praktek akan lebih meninggalkan kesan pada diri anak.
Metode Mengenalkan Ibadah Haji pada Anak
Kita bisa memulai dengan menyebutkan rukun Islam terlebih dahulu. Biasanya anak akan menanyakan lebih jauh tentang apa yang kita sebutkan. Ketika anak bertanya tentang ibadah haji, kita bisa mulai memperkenalkan ibadah haji dengan berbagai metode seperti berikut ini :
Metode gambar
Metode paling sederhana namun cukup interaktif adalah dengan membuatkan gambar untuk anak. Kita cukup menyediakan kertas atau papan tulis dan spidol untuk menggambar ka’bah. Sambil menggambar kita ceritakan bagaimana seorang muslim menjalankan ibadah haji.
Metode kisah atau cerita
Saat yang terbaik untuk bercerita adalah ketika menjelang tidur. Salah satu cerita yang sangat mendukung pengenalan terhadap ibadah haji adalah kisah nabi Ibrahim dan nabi Ismail. Kita ceritakan bagaimana kisah ibunda nabi Ismail yaitu Hajar ketika ditinggalkan nabi Ibrahim bersama dengan Ismail di daerah yang tandus hingga beliau berlari-lari dari bukit Shafa ke bukit Marwah mencari air dan kemudian Allah memberi mereka nikmat berupa air zam-zam. Kita ceritakan pula bagaimana kesabaran nabi Ibrahim ketika diperintah Allah untuk menyembelih nabi Ismail. Kisah ini bisa kita manfaatkan juga untuk menjelaskan tentang ibadah qurban yang dilaksanakan kaum muslimin tiap hari raya idul adha.
Perawatan Pertama Serangan Stroke
Oleh :Arif Rohman Mansur, S.Kep.Ns
Pembaca majalah kesehatan muslim yang semoga senantiasa dirahmati AllahSubhanahu Wa Ta’ala, Solawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Shallalallahu alaihi wa sallam. Sebentar lagi Insyaallah kita semua akan menjumpai bulan Dzulhijjah. Di mana umat Islam di seluruh dunia bagi yang sudah mampu dan telah memenuhi syarat akan menunaikan ibadah haji yang merupakan rukun agama Islam yang kelima, semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahan kita semua untuk melaksanakan ibadah yang mulia tersebut.
Mengenal Penyakit Stroke
Ibadah haji mensyaratkan kondisi kesehatan fisik yang baik, biasanya sebelum berangkat seorang jamaah haji harus menjalani tes kesehatan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah kondisi kesehatannya memungkinkan atau tidak untuk melaksanakan ibadah haji. Walaupun sudah dilakukan hal tersebut, tetapi kita sering mendengar dan membaca berita mengenai jamaah haji Indonesia yang mengalami stroke, hal ini sangat mungkin terjadi bagi mereka yang mempunyai faktor risiko penyakit stroke. Namun sebelum kita membicarakan perawatan stroke ada baiknya kita mengetahui tentang apakah penyakit stroke itu sebenarnya. Penyakit stroke merupakan penyakit pembuluh darah otak yang terjadi karena berkurangnya aliran darah ke otak secara tiba-tiba yang disebabkan adanya penyumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah yang menuju otak. Kondisi ini membuat jaringan otak kekurangan oksigen, kerusakan dan kematian sel-sel otak. Setelah kita memahami definisi tersebut, kita pun harus mengetahui bahwa stroke terdiri dari 2 jenis, yaitu :
1. Stroke iskemik (angka kejadiannya 80%-85% ), yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang disebabkan karena penyempitan maupun penyumbatan pembuluh darah.
2. Stroke perdarahan (angka kejadiannya 15% – 20%)
Kondisi sangat mungkin terjadi pada jamaah haji, faktor kondisi tubuh yang menurun dan kecapekan karena menempuh perjalanan jauh di pesawat menjadi salah satu pemicu terjadinya penyakt ini. Khususnya bagi jamaah haji yang memiliki faktor risiko stroke seperti usia yang sudah tua, tekanan darah tinggi, penyakit gula, riwayat stroke sebelumnya, kadar kolesterol yang tinggi, riwayat merokok, dan penyakit jantung sangat penting untuk mewaspadai serangan penyakit ini.
Pembaca majalah kesehatan muslim yang semoga senantiasa dirahmati AllahSubhanahu Wa Ta’ala, Solawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Shallalallahu alaihi wa sallam. Sebentar lagi Insyaallah kita semua akan menjumpai bulan Dzulhijjah. Di mana umat Islam di seluruh dunia bagi yang sudah mampu dan telah memenuhi syarat akan menunaikan ibadah haji yang merupakan rukun agama Islam yang kelima, semoga Allah subhanahu wa ta’ala memudahan kita semua untuk melaksanakan ibadah yang mulia tersebut.
Mengenal Penyakit Stroke
Ibadah haji mensyaratkan kondisi kesehatan fisik yang baik, biasanya sebelum berangkat seorang jamaah haji harus menjalani tes kesehatan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah kondisi kesehatannya memungkinkan atau tidak untuk melaksanakan ibadah haji. Walaupun sudah dilakukan hal tersebut, tetapi kita sering mendengar dan membaca berita mengenai jamaah haji Indonesia yang mengalami stroke, hal ini sangat mungkin terjadi bagi mereka yang mempunyai faktor risiko penyakit stroke. Namun sebelum kita membicarakan perawatan stroke ada baiknya kita mengetahui tentang apakah penyakit stroke itu sebenarnya. Penyakit stroke merupakan penyakit pembuluh darah otak yang terjadi karena berkurangnya aliran darah ke otak secara tiba-tiba yang disebabkan adanya penyumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah yang menuju otak. Kondisi ini membuat jaringan otak kekurangan oksigen, kerusakan dan kematian sel-sel otak. Setelah kita memahami definisi tersebut, kita pun harus mengetahui bahwa stroke terdiri dari 2 jenis, yaitu :
1. Stroke iskemik (angka kejadiannya 80%-85% ), yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang disebabkan karena penyempitan maupun penyumbatan pembuluh darah.
2. Stroke perdarahan (angka kejadiannya 15% – 20%)
Kondisi sangat mungkin terjadi pada jamaah haji, faktor kondisi tubuh yang menurun dan kecapekan karena menempuh perjalanan jauh di pesawat menjadi salah satu pemicu terjadinya penyakt ini. Khususnya bagi jamaah haji yang memiliki faktor risiko stroke seperti usia yang sudah tua, tekanan darah tinggi, penyakit gula, riwayat stroke sebelumnya, kadar kolesterol yang tinggi, riwayat merokok, dan penyakit jantung sangat penting untuk mewaspadai serangan penyakit ini.
Jika Jatuh Sakit Selama Ibadah Haji
Penyusun : dr. Raehanul Bahraen
Ibadah haji sangat membutuhkan stamina dan kesehatan yang prima, karena aktifitasnya yang penuh dan sangat banyak. Kelelahan dan kurang tidur serta keadaan yang memudahkan timbulnya pentakit menyebabkan cukup banyak dari jamaah haji yang terkena penyakit selama ibadah haji. Mulai dari sakit yang ringan sampai sakit yang parah. Berikut sedikit pembahasan mengenai hal ini.
Penyakit yang Banyak Menimpa Jamaah Haji
Perlu diketahui juga penyakit apa saja yang sering terjadi, agar kita bisa melakukan banyak persiapan dan bisa mencegah terjadinya. Data perbandingan jumlah jemaah haji berdasarkan kelompok usia dalam 3 tahun terakhir (tahun 2006 – 2008) adalah:
-kelompok usia < 50 tahun (50,6% ; 52,3% dan 43%)
-kelompok usia ≥ 50 tahun (49,4% ; 47,7% dan 57%).
Sesuai dengan International Classification of Disease - X (ICD-X), data penyebab utama penyakit jemaah haji Indonesia yang berobat jalan pada tahun 2008:
1.Penyakit sistem pernapasan (54,1%)
2.penyakit sistem otot, tulang dan jaringan penyambung (11,1%)
3.penyakit sistem sirkulasi (10,7%)
4.penyakit sistem pencernaan (9,7%).
Sedangkan penyebab utama angka kesakitan yang dirawat inap adalah:
- penyakit sistem pernapasan (27%)
- penyakit sistem sirkulasi (24,5%)
- penyakit sistem pencernaan (15,1%).
Data penyebab utama kematian adalah:
-Penyakit sistem sirkulasi (66,4%)
-penyakit sistem pernapasan (28%)
-penyakit sistem saraf (1,6%) dan neoplasma (1,3%).
Jumlah jemaah haji yang wafat berdasarkan kelompok umur pada 2 tahun terakhir (2007 –2008) berturut-turut yaitu:
- kelompok usia < 40 tahun (1,7% ; 9%)
-kelompok usia 40 –50 tahun (7,6% ; 7%)
- kelompok usia 51 – 60 tahun (23,2% ; 21,5%)
-kelompok usia 61 – 70 tahun (35,7% ; 36,5%)
- kelompok usia > 70 tahun (31,8% ; 33,9%).
Berdasarkan data-data tersebut dapat diasumsikan bahwa bagi kelompok usia ≥ 50 tahun dengan atau tanpa faktor resiko penyakit, kemampuan kesehatan termasuk kemampuan fisik sangat mempengaruhi angka kesakitan dan angka kematian jemaah haji.
(sumber: buku pembinaan kesehatan jamaah haji dengan perubahan)
Ibadah haji sangat membutuhkan stamina dan kesehatan yang prima, karena aktifitasnya yang penuh dan sangat banyak. Kelelahan dan kurang tidur serta keadaan yang memudahkan timbulnya pentakit menyebabkan cukup banyak dari jamaah haji yang terkena penyakit selama ibadah haji. Mulai dari sakit yang ringan sampai sakit yang parah. Berikut sedikit pembahasan mengenai hal ini.
Penyakit yang Banyak Menimpa Jamaah Haji
Perlu diketahui juga penyakit apa saja yang sering terjadi, agar kita bisa melakukan banyak persiapan dan bisa mencegah terjadinya. Data perbandingan jumlah jemaah haji berdasarkan kelompok usia dalam 3 tahun terakhir (tahun 2006 – 2008) adalah:
-kelompok usia < 50 tahun (50,6% ; 52,3% dan 43%)
-kelompok usia ≥ 50 tahun (49,4% ; 47,7% dan 57%).
Sesuai dengan International Classification of Disease - X (ICD-X), data penyebab utama penyakit jemaah haji Indonesia yang berobat jalan pada tahun 2008:
1.Penyakit sistem pernapasan (54,1%)
2.penyakit sistem otot, tulang dan jaringan penyambung (11,1%)
3.penyakit sistem sirkulasi (10,7%)
4.penyakit sistem pencernaan (9,7%).
Sedangkan penyebab utama angka kesakitan yang dirawat inap adalah:
- penyakit sistem pernapasan (27%)
- penyakit sistem sirkulasi (24,5%)
- penyakit sistem pencernaan (15,1%).
Data penyebab utama kematian adalah:
-Penyakit sistem sirkulasi (66,4%)
-penyakit sistem pernapasan (28%)
-penyakit sistem saraf (1,6%) dan neoplasma (1,3%).
Jumlah jemaah haji yang wafat berdasarkan kelompok umur pada 2 tahun terakhir (2007 –2008) berturut-turut yaitu:
- kelompok usia < 40 tahun (1,7% ; 9%)
-kelompok usia 40 –50 tahun (7,6% ; 7%)
- kelompok usia 51 – 60 tahun (23,2% ; 21,5%)
-kelompok usia 61 – 70 tahun (35,7% ; 36,5%)
- kelompok usia > 70 tahun (31,8% ; 33,9%).
Berdasarkan data-data tersebut dapat diasumsikan bahwa bagi kelompok usia ≥ 50 tahun dengan atau tanpa faktor resiko penyakit, kemampuan kesehatan termasuk kemampuan fisik sangat mempengaruhi angka kesakitan dan angka kematian jemaah haji.
(sumber: buku pembinaan kesehatan jamaah haji dengan perubahan)
Beribadah Haji Dengan Kondisi Prima
Penulis : dr. Avie Andriyani
Kesempatan menunaikan ibadah haji merupakan suatu nikmat yang patut disyukuri, karena tidak semua orang diberikan kemampuan untuk melaksanakannya. Orang yang berhaji tentu ingin ibadah
hajinya berjalan lancar. Selain dibutuhkan kesiapan mental dan spiritual, juga dituntut kesiapan fisik yang matang. Hal ini karena ibadah haji merupakan salah satu ibadah yang cukup menguras tenaga. Thawaf (berjalan mengelilingi ka’bah),sa’i (berlari-lari kecil diantara bukit shafa dan marwa) sebanyak tujuh
putaran, dan melempar jumrah yang membutuhkan waktu untuk berjalan dan berdesak-desakan merupakan gambaran betapa kondisi kesehatan prima sangat dibutuhkan untuk kelancaran jalannya
ibadah haji.
Mempersiapkan Fisik dengan Olahraga
Olahraga sangat dianjurkan untuk rutin dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelum pemberangkatan. Bagi yang sudah biasa berolahraga, tentu sudah tidak menjadi masalah lagi ketika dituntut untuk melatih fisiknya. Namun, bagi yang tidak biasa berolahraga, barangkali sulit sekali untuk memulai melatih fisik sehingga diperlukan motivasi dan perencanaan yang matang sebelumnya. Apalagi jika sudah lanjut usia dan lama tidak melakukan olahraga.
Berolahraga yang dimaksud disini bukanlah olahraga berat yang memakan waktu lama. Karena olahraga berlebihan dan terlalu dipaksakan justru kurang baik untuk kesehatan. Joging, jalan kaki dan bersepeda bisa menjadi alternatif olahraga yang bisa dipilih. Calon jama’ah haji cukup meluangkan waktu 20-30 menit tiap harinya. Latihan fisik ini sebaiknya rutin dilakukan sebanyak 3 kali tiap pekan. Olahraga yang dipilih harus disesuaikan dengan kemampuan fisik masing-masing orang. Jika perlu, sebelum mulai melakukan latihan, konsultasikan dulu dengan dokter.
Banyak manfaat yang bisa didapat dengan olah raga secara teratur dan berkesinambungan, antara lain tubuh terasa segar, dapat mencegah kegemukan karena membuang kelebihan kalori, dapat mengontrol kadar gula darah, dapat menurunkan kadar kolesterol, dan baik untuk kesehatan jantung. Dengan kondisi tekanan darah stabil, kadar gula darah dan kolesterol dalam batas normal, maka calon jama’ah haji insyaAllah akan lebih siap dalam melakukan semua rangkaian manasik haji.
Kesempatan menunaikan ibadah haji merupakan suatu nikmat yang patut disyukuri, karena tidak semua orang diberikan kemampuan untuk melaksanakannya. Orang yang berhaji tentu ingin ibadah
hajinya berjalan lancar. Selain dibutuhkan kesiapan mental dan spiritual, juga dituntut kesiapan fisik yang matang. Hal ini karena ibadah haji merupakan salah satu ibadah yang cukup menguras tenaga. Thawaf (berjalan mengelilingi ka’bah),sa’i (berlari-lari kecil diantara bukit shafa dan marwa) sebanyak tujuh
putaran, dan melempar jumrah yang membutuhkan waktu untuk berjalan dan berdesak-desakan merupakan gambaran betapa kondisi kesehatan prima sangat dibutuhkan untuk kelancaran jalannya
ibadah haji.
Mempersiapkan Fisik dengan Olahraga
Olahraga sangat dianjurkan untuk rutin dilakukan sejak jauh-jauh hari sebelum pemberangkatan. Bagi yang sudah biasa berolahraga, tentu sudah tidak menjadi masalah lagi ketika dituntut untuk melatih fisiknya. Namun, bagi yang tidak biasa berolahraga, barangkali sulit sekali untuk memulai melatih fisik sehingga diperlukan motivasi dan perencanaan yang matang sebelumnya. Apalagi jika sudah lanjut usia dan lama tidak melakukan olahraga.
Berolahraga yang dimaksud disini bukanlah olahraga berat yang memakan waktu lama. Karena olahraga berlebihan dan terlalu dipaksakan justru kurang baik untuk kesehatan. Joging, jalan kaki dan bersepeda bisa menjadi alternatif olahraga yang bisa dipilih. Calon jama’ah haji cukup meluangkan waktu 20-30 menit tiap harinya. Latihan fisik ini sebaiknya rutin dilakukan sebanyak 3 kali tiap pekan. Olahraga yang dipilih harus disesuaikan dengan kemampuan fisik masing-masing orang. Jika perlu, sebelum mulai melakukan latihan, konsultasikan dulu dengan dokter.
Banyak manfaat yang bisa didapat dengan olah raga secara teratur dan berkesinambungan, antara lain tubuh terasa segar, dapat mencegah kegemukan karena membuang kelebihan kalori, dapat mengontrol kadar gula darah, dapat menurunkan kadar kolesterol, dan baik untuk kesehatan jantung. Dengan kondisi tekanan darah stabil, kadar gula darah dan kolesterol dalam batas normal, maka calon jama’ah haji insyaAllah akan lebih siap dalam melakukan semua rangkaian manasik haji.
Hadits Palsu Tentang Hewan Kurban Dan Haji Bagi Orang Miskin
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA.
عن ابن عمر قال: قال رسول الله:الدَجّاجُ غَنَمُ فثقَرَاءِ أُمَّتِي، وَالْجُمْعَةُ حَجُّ فُقَرائِها
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ayam adalah (kedudukannya seperti) kambing (bagi) orang-orang miskin dari umatku dan shalat jumat (kedudukannya seperti) haji bagi orang-orang miskin dari umatku”.
Hadits ini dikeluarkan oleh imam Ibnu Hibban[1], Ibnul Jauzi[2] dan ad-Dailami dalam “Musnadul Firdaus”[3] dengan sanad mereka dari jalur Mahmisy bin Yazid, dari Hisyam bin ‘Ubaidillah ar-Razi, dari Ibnu Abi Dzi’b, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadits ini adalah hadits palsu, dalam sanadnya ada perawi Mahmisy bin Yazid, nama aslinya ‘Abdullah bin Yazid an-Naisaburi, imam ad-Daraquthni berkata tentangnya: “Dia suka memalsukan hadits”. Imam adz-Dzahabi berkata: “Dia tertuduh berdusta”[4].
Hadits ini dihukumi sebagai hadits yang palsu dan batil oleh imam Ibnu Hibban, ad-Daraquthni, Ibnul Jauzi, adz-Dzahabi dan Syaikh al-Albani[5].
Imam ad-Daraqhuthni berkata: “Hadits ini adalah palsu dan dusta, yang tertuduh memalsukannya adalah Mahmisy bin Yazid, karena sungguh dia suka memalsukan hadits dari perawi-perawi yang terpercaya”[6].
Bagian akhir (kalimat kedua) dari hadits ini juga diriwayatkan dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan lafazh yang semakna dengan hadits di atas.
Dikeluarkan oleh imam Abu Nu’aim dalam kitab “Taariikhu Ashbahaan” (2/190), al-Qudha’i dalam kitab “Musnadusy syihaab” (1/81, no. 78 dan 79) dan Ibnu ‘Asakir dalam kitab “Taariikhu Dimasyq” (38/430-431) dengan sanad mereka. Tapi hadits ini juga palsu, dalam sanadnya ada perawi Muqatil bin Sulaiman al-Khurasani, imam Ibnu Hajar berkata tentangnya: “Para ulama menganggapnya sebagai pendusta dan mereka meninggalkannya”[7]. Juga ada perawi ‘Isa bin Ibrahim al-Hasyimi, imam al-Bukhari berkata tentangnya: “Haditsnya diingkari”. Abu Hatim dan an-Nasa-i berkata: “Haditsnya ditinggalkan (karena kelemahannya sangat parah)”[8].
Hadits kedua ini dihukumi sebagai hadits palsu oleh Imam asy-Syaukani dan Syaikh al-Albani[9].
Hadits ini adalah hadits palsu, sehingga tidak bisa dijadikan sebagai argumentasi untuk membolehkan berkurban dengan ayam bagi yang tidak mampu berkurban dengan kambing, karena hal itu tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam ucapan dan perbuatan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits yang shahih.
Jika seseorang tidak mampu membeli kambing untuk kurban, maka tidak ada kewajiban baginya untuk berkurban, karena Islam tidak membebani seseorang dengan sesuatu yang di luar kesanggupannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
}لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا{
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS al-Baqarah: 286).
Dalam ayat lain, Dia ‘Azza wa jalla juga berfirman:
}فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ{
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu” (At-Tagaabun: 16).
Demikian pula dalam masalah shalat jum’at, tidaklah dikatakan sama kedudukannya dengan ibadah haji bagi yang tidak mampu, karena hal itu tidak ada dalam petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih.
Orang yang tidak mampu, maka tidak wajib baginya menunaikan ibadah haji, karena itu di luar kesanggupannya. Wa shallallahu waa sallam wa baraka ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa shahbihi ajma’in.
عن ابن عمر قال: قال رسول الله:الدَجّاجُ غَنَمُ فثقَرَاءِ أُمَّتِي، وَالْجُمْعَةُ حَجُّ فُقَرائِها
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ayam adalah (kedudukannya seperti) kambing (bagi) orang-orang miskin dari umatku dan shalat jumat (kedudukannya seperti) haji bagi orang-orang miskin dari umatku”.
Hadits ini dikeluarkan oleh imam Ibnu Hibban[1], Ibnul Jauzi[2] dan ad-Dailami dalam “Musnadul Firdaus”[3] dengan sanad mereka dari jalur Mahmisy bin Yazid, dari Hisyam bin ‘Ubaidillah ar-Razi, dari Ibnu Abi Dzi’b, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadits ini adalah hadits palsu, dalam sanadnya ada perawi Mahmisy bin Yazid, nama aslinya ‘Abdullah bin Yazid an-Naisaburi, imam ad-Daraquthni berkata tentangnya: “Dia suka memalsukan hadits”. Imam adz-Dzahabi berkata: “Dia tertuduh berdusta”[4].
Hadits ini dihukumi sebagai hadits yang palsu dan batil oleh imam Ibnu Hibban, ad-Daraquthni, Ibnul Jauzi, adz-Dzahabi dan Syaikh al-Albani[5].
Imam ad-Daraqhuthni berkata: “Hadits ini adalah palsu dan dusta, yang tertuduh memalsukannya adalah Mahmisy bin Yazid, karena sungguh dia suka memalsukan hadits dari perawi-perawi yang terpercaya”[6].
Bagian akhir (kalimat kedua) dari hadits ini juga diriwayatkan dari hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan lafazh yang semakna dengan hadits di atas.
Dikeluarkan oleh imam Abu Nu’aim dalam kitab “Taariikhu Ashbahaan” (2/190), al-Qudha’i dalam kitab “Musnadusy syihaab” (1/81, no. 78 dan 79) dan Ibnu ‘Asakir dalam kitab “Taariikhu Dimasyq” (38/430-431) dengan sanad mereka. Tapi hadits ini juga palsu, dalam sanadnya ada perawi Muqatil bin Sulaiman al-Khurasani, imam Ibnu Hajar berkata tentangnya: “Para ulama menganggapnya sebagai pendusta dan mereka meninggalkannya”[7]. Juga ada perawi ‘Isa bin Ibrahim al-Hasyimi, imam al-Bukhari berkata tentangnya: “Haditsnya diingkari”. Abu Hatim dan an-Nasa-i berkata: “Haditsnya ditinggalkan (karena kelemahannya sangat parah)”[8].
Hadits kedua ini dihukumi sebagai hadits palsu oleh Imam asy-Syaukani dan Syaikh al-Albani[9].
Hadits ini adalah hadits palsu, sehingga tidak bisa dijadikan sebagai argumentasi untuk membolehkan berkurban dengan ayam bagi yang tidak mampu berkurban dengan kambing, karena hal itu tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam ucapan dan perbuatan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-hadits yang shahih.
Jika seseorang tidak mampu membeli kambing untuk kurban, maka tidak ada kewajiban baginya untuk berkurban, karena Islam tidak membebani seseorang dengan sesuatu yang di luar kesanggupannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
}لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا{
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS al-Baqarah: 286).
Dalam ayat lain, Dia ‘Azza wa jalla juga berfirman:
}فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ{
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu” (At-Tagaabun: 16).
Demikian pula dalam masalah shalat jum’at, tidaklah dikatakan sama kedudukannya dengan ibadah haji bagi yang tidak mampu, karena hal itu tidak ada dalam petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih.
Orang yang tidak mampu, maka tidak wajib baginya menunaikan ibadah haji, karena itu di luar kesanggupannya. Wa shallallahu waa sallam wa baraka ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad wa shahbihi ajma’in.
Menjaga Kemabruran Haji
Penulis : Ustadz Aris Munandar, M.A
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ أَ ى ب هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ مَن « – – صلى الله عليه وسلم
حَجَّ هَذَا الْبَيْتَ ، فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ ، رَجَعَ كَ ا م » وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Siapa yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya” (HR Bukhari)
Dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْغَازِى ى ف سَبِيلِ اللَّهِ وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ وَفْدُ اللَّهِ دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ
“Orang yang berperang di jalan Alloh, orang yang berhaji serta berumroh adalah tamu-tamu Alloh. Alloh memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan. Oleh karena itu jika mereka meminta kepada Alloh pasti akan Alloh beri” (HR Ibnu Majah, hasan).
أَمَّا خُرُوجُكَ مِنْ بَيْتِكَ تَؤُمُّ الْبَيْتَ فَإِنَّ لَكَ بِكُلِّ وَطْأَةٍ
تَطَأُهَا رَاحِلَتُكَ يَكْتُبُ اللَّهُ لَكَ بِهَا حَسَنَةً , وَ م يْحُو عَنْكَ بِهَا سَيِّئَةً , وَأَمَّا وُقُوفُكَ بِعَرَفَةَ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ إِ ى ل السَّ ا مءِ الدُّنْيَا فَيُبَاهِي بِهِمُ الْمَلائِكَةَ , فَيَقُولُ:هَؤُلاءِ عِبَادِي جَاءُو ي ن شُعْثًا غُ ر بًا مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ يَرْجُونَ رَحْمَتِي , وَيَخَافُونَ عَذَا ي ب , وَلَمْ يَرَوْ ي ن , فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْ ي ن؟فَلَوْ كَانَ عَلَيْكَ مِثْلُ رَمْلِ عَالِجٍ , أَوْ مِثْلُ أَيَّامِ الدُّنْيَا , أَوْ مِثْلُ قَطْرِ
السَّ ا مءِ ذُنُوبًا غَسَلَ اللَّهُ عَنْكَ , وَأَمَّا رَمْيُكَ الْجِ ا مرَ فَإِنَّهُ مَذْخُورٌ لَكَ , وَأَمَّا حَلْقُكَ رَأْسَكَ , فَإِنَّ لَكَ بِكُلِّ شَعْرَةٍ
تَسْقُطُ حَسَنَةٌ , فَإِذَا طُفْتَ بِالْبَيْتِ خَرَجْتَ مِنْ ذُنُوبِكَ
كَيَوْمِ وَلَدَتْكَ أُمُّكَ.
“Adapun keluarmu dari rumah untuk berhaji ke Ka’bah maka setiap langkah hewan tungganganmu akan Alloh catat sebagai satu kebaikan dan menghapus satu kesalahan. Sedangkan wukuf di Arafah maka pada saat itu Allah turun ke langit dunia lalu Allah bangga-banggakan orang-orang yang berwukuf di hadapan para malaikat.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Mereka adalah hamba-hambaKu yang datang dalam keadaan kusut berdebu dari segala penjuru dunia. Mereka mengharap kasih sayangKu, merasa takut dengan siksaKu padahal mereka belum pernah melihatKu. Bagaimana andai mereka pernah melihatKu?! Andai engkau memiliki dosa sebanyak butir pasir di sebuah gundukan pasir atau sebanyak hari di dunia atau semisal tetes air hujan maka seluruhnya akan Allah bersihkan. Lempar jumrohmu merupakan simpanan pahala. Ketika engkau menggundul kepalamu maka setiap helai rambut yang jatuh bernilai satu kebaikan. Jika engkau thawaf, mengelilingi Ka’bah maka engkau terbebas dari dosa-dosamu sebagaimana ketika kau terlahir dari rahim ibumu” (HR Tabrani, hasan).
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ أَ ى ب هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ مَن « – – صلى الله عليه وسلم
حَجَّ هَذَا الْبَيْتَ ، فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ ، رَجَعَ كَ ا م » وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Siapa yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya” (HR Bukhari)
Dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْغَازِى ى ف سَبِيلِ اللَّهِ وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ وَفْدُ اللَّهِ دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ
“Orang yang berperang di jalan Alloh, orang yang berhaji serta berumroh adalah tamu-tamu Alloh. Alloh memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan. Oleh karena itu jika mereka meminta kepada Alloh pasti akan Alloh beri” (HR Ibnu Majah, hasan).
أَمَّا خُرُوجُكَ مِنْ بَيْتِكَ تَؤُمُّ الْبَيْتَ فَإِنَّ لَكَ بِكُلِّ وَطْأَةٍ
تَطَأُهَا رَاحِلَتُكَ يَكْتُبُ اللَّهُ لَكَ بِهَا حَسَنَةً , وَ م يْحُو عَنْكَ بِهَا سَيِّئَةً , وَأَمَّا وُقُوفُكَ بِعَرَفَةَ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ إِ ى ل السَّ ا مءِ الدُّنْيَا فَيُبَاهِي بِهِمُ الْمَلائِكَةَ , فَيَقُولُ:هَؤُلاءِ عِبَادِي جَاءُو ي ن شُعْثًا غُ ر بًا مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ يَرْجُونَ رَحْمَتِي , وَيَخَافُونَ عَذَا ي ب , وَلَمْ يَرَوْ ي ن , فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْ ي ن؟فَلَوْ كَانَ عَلَيْكَ مِثْلُ رَمْلِ عَالِجٍ , أَوْ مِثْلُ أَيَّامِ الدُّنْيَا , أَوْ مِثْلُ قَطْرِ
السَّ ا مءِ ذُنُوبًا غَسَلَ اللَّهُ عَنْكَ , وَأَمَّا رَمْيُكَ الْجِ ا مرَ فَإِنَّهُ مَذْخُورٌ لَكَ , وَأَمَّا حَلْقُكَ رَأْسَكَ , فَإِنَّ لَكَ بِكُلِّ شَعْرَةٍ
تَسْقُطُ حَسَنَةٌ , فَإِذَا طُفْتَ بِالْبَيْتِ خَرَجْتَ مِنْ ذُنُوبِكَ
كَيَوْمِ وَلَدَتْكَ أُمُّكَ.
“Adapun keluarmu dari rumah untuk berhaji ke Ka’bah maka setiap langkah hewan tungganganmu akan Alloh catat sebagai satu kebaikan dan menghapus satu kesalahan. Sedangkan wukuf di Arafah maka pada saat itu Allah turun ke langit dunia lalu Allah bangga-banggakan orang-orang yang berwukuf di hadapan para malaikat.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Mereka adalah hamba-hambaKu yang datang dalam keadaan kusut berdebu dari segala penjuru dunia. Mereka mengharap kasih sayangKu, merasa takut dengan siksaKu padahal mereka belum pernah melihatKu. Bagaimana andai mereka pernah melihatKu?! Andai engkau memiliki dosa sebanyak butir pasir di sebuah gundukan pasir atau sebanyak hari di dunia atau semisal tetes air hujan maka seluruhnya akan Allah bersihkan. Lempar jumrohmu merupakan simpanan pahala. Ketika engkau menggundul kepalamu maka setiap helai rambut yang jatuh bernilai satu kebaikan. Jika engkau thawaf, mengelilingi Ka’bah maka engkau terbebas dari dosa-dosamu sebagaimana ketika kau terlahir dari rahim ibumu” (HR Tabrani, hasan).
Agar Buah Hati Menjadi Penyejuk Hati
Oleh: Ustadz Abdullah bin Taslim Al-Buthoni, Lc. MA
Kehadiran sang buah hati dalam sebuah rumah tangga bisa diibaratkan seperti keberadaan bintang di malam hari, yang merupakan hiasan bagi langit. Demikian pula arti keberadaan seorang anak bagi pasutri, sebagai perhiasan dalam kehidupan dunia. Ini berarti, kehidupan rumah tangga tanpa anak, akan terasa hampa dan suram. Allah berfirman :
الْ ا ملُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصّالِحَاتُ خَ ر يٌ عِنْدَ رَبّكَ ثَوَاباً وَخَ ر يٌ أمَلَاً
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal dan shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” (Al-Kahfi: 46).
Bersamaan dengan itu, nikmat keberadaan anak ini sekaligus juga merupakan ujian yang bisa menjerumuskan seorang hamba dalam kebinasaan. Allah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُوا إِنّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْ ادِكُمْ عَدُوّاً لَكُمْ لََ
فَاحْذَرُوهُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (At Taghaabun:14)
Makna “menjadi musuh bagimu” adalah melalaikan kamu dari melakuakan amal shaleh dan bisa menjerumuskanmu ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah.
Ketika menafsirkan ayat di atas, syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata: “…Karena jiwa manusia memiliki fitrah untuk cinta kepada istri dan anak-anak, maka (dalam ayat ini) Allah memperingatkan hamba-hamba-Nya agar (jangan sampai) kecintaan ini menjadikan mereka menuruti semua keinginan istri dan anak-anak mereka dalam hal-hal yang dilarang dalam syariat. Dan Dia memotivasi hamba-hamba-Nya untuk (selalu) melaksanakan perintah-perintah-Nya dan mendahulukan keridhaan-Nya…”
Kehadiran sang buah hati dalam sebuah rumah tangga bisa diibaratkan seperti keberadaan bintang di malam hari, yang merupakan hiasan bagi langit. Demikian pula arti keberadaan seorang anak bagi pasutri, sebagai perhiasan dalam kehidupan dunia. Ini berarti, kehidupan rumah tangga tanpa anak, akan terasa hampa dan suram. Allah berfirman :
الْ ا ملُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصّالِحَاتُ خَ ر يٌ عِنْدَ رَبّكَ ثَوَاباً وَخَ ر يٌ أمَلَاً
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal dan shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” (Al-Kahfi: 46).
Bersamaan dengan itu, nikmat keberadaan anak ini sekaligus juga merupakan ujian yang bisa menjerumuskan seorang hamba dalam kebinasaan. Allah mengingatkan hal ini dalam firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُوا إِنّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْ ادِكُمْ عَدُوّاً لَكُمْ لََ
فَاحْذَرُوهُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka…” (At Taghaabun:14)
Makna “menjadi musuh bagimu” adalah melalaikan kamu dari melakuakan amal shaleh dan bisa menjerumuskanmu ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah.
Ketika menafsirkan ayat di atas, syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata: “…Karena jiwa manusia memiliki fitrah untuk cinta kepada istri dan anak-anak, maka (dalam ayat ini) Allah memperingatkan hamba-hamba-Nya agar (jangan sampai) kecintaan ini menjadikan mereka menuruti semua keinginan istri dan anak-anak mereka dalam hal-hal yang dilarang dalam syariat. Dan Dia memotivasi hamba-hamba-Nya untuk (selalu) melaksanakan perintah-perintah-Nya dan mendahulukan keridhaan-Nya…”
Teliti Memilih Herbal
Penulis : dr. Avie Andriyani
Obat Herbal, Antara Pro dan
Kontra Tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan herbal dalam praktek pengobatan selalu
menarik perhatian banyak pihak. Di satu sisi, kalangan yang pro selalu mendengungkan bahwa obat herbal aman dikonsumsi karena telah digunakan selama berabad-abad lamanya oleh nenek moyang kita. Di sisi lain, kalangan akademisi senantiasa menekankan pada aspek bukti ilmiah yang harus menyertai bahan yang digunakan untuk proses pengobatan. Terlepas dari perbedaan pandangan tersebut, kenyataan menunjukkan bahwa praktek penggunaan obat herbal telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak dahulu.
Herbal sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan, baik dalam rangka mengobati penyakit maupun sekedar untuk pemeliharaan stamina tubuh. Mahalnya biaya pengobatan medis juga menyebabkan masyarakat lebih memilih herbal, apalagi seringkali didukung dengan cerita atau testimoni (kesaksian) dari beberapa orang yang telah membuktikan kemanjuran herbal. Seiring berkembangnya penggunaan herbal, produsen obat herbal banyak bermunculan dan berlomba-lomba menawarkan produk herbal yang terbaik bagi para konsumen. Bahkan ada oknum produsen obat herbal yang melakukan tipu daya dengan menambahkan obat-obatan kimia untuk meningkatkan khasiatnya. Padahal, kandungan zat kimia pada obat herbal bisa berbahaya karena seringkali dosisnya tidak terkontrol.
Permasalahan dalam Penggunaan Obat Herbal
Penggunaan obat herbal ternyata tidak terlepas dari berbagai permasalahan. Berikut ini beberapa masalah yang muncul dalam pemanfaatan obat herbal di bidang kesehatan :
Obat Herbal, Antara Pro dan
Kontra Tidak dapat dipungkiri bahwa penggunaan herbal dalam praktek pengobatan selalu
menarik perhatian banyak pihak. Di satu sisi, kalangan yang pro selalu mendengungkan bahwa obat herbal aman dikonsumsi karena telah digunakan selama berabad-abad lamanya oleh nenek moyang kita. Di sisi lain, kalangan akademisi senantiasa menekankan pada aspek bukti ilmiah yang harus menyertai bahan yang digunakan untuk proses pengobatan. Terlepas dari perbedaan pandangan tersebut, kenyataan menunjukkan bahwa praktek penggunaan obat herbal telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sejak dahulu.
Herbal sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan, baik dalam rangka mengobati penyakit maupun sekedar untuk pemeliharaan stamina tubuh. Mahalnya biaya pengobatan medis juga menyebabkan masyarakat lebih memilih herbal, apalagi seringkali didukung dengan cerita atau testimoni (kesaksian) dari beberapa orang yang telah membuktikan kemanjuran herbal. Seiring berkembangnya penggunaan herbal, produsen obat herbal banyak bermunculan dan berlomba-lomba menawarkan produk herbal yang terbaik bagi para konsumen. Bahkan ada oknum produsen obat herbal yang melakukan tipu daya dengan menambahkan obat-obatan kimia untuk meningkatkan khasiatnya. Padahal, kandungan zat kimia pada obat herbal bisa berbahaya karena seringkali dosisnya tidak terkontrol.
Permasalahan dalam Penggunaan Obat Herbal
Penggunaan obat herbal ternyata tidak terlepas dari berbagai permasalahan. Berikut ini beberapa masalah yang muncul dalam pemanfaatan obat herbal di bidang kesehatan :
PENGANTAR EKONOMI I (MIKROEKONOMI)
I : PENJELASAN UMUM MATERI KULIAH
PENGANTAR EKONOMI MIKRO
1.
GAMBARAN
UMUM ILMU EKONOMI
1.
APAKAH
ILMU EKONOMI ITU ?
Ilmu ekonomi adalah ilmu
yang mempelajari upaya manusia baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat
dalam rangka melakukan pilihan penggunaan sumber daya yang terbatas guna
memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas akan barang dan jasa.
2.
KELANGKAAN
(SCARCITY), PILIHAN (CHOICE), DAN ALOKASI (ALOCATION).
Kelangkaan (scarcity)
akan barang dan jasa akan timbul apabila jumlah kebutuhan seseorang atau masyarakat lebih besar
daripada tersedianya barang dan jasa tersebut. Barang yang langka ini disebut
juga sebagai barang ekonomi.
Barang ekonomi
adalah barang yang untuk memperolehnya diperlukan pengorbanan atau biaya.
Sedangkan barang bebas adalah barang
di mana untuk memperolehnya tidak perlu pengorbanan.
Barang ekonomi
dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu barang konsumsi (consumer goods) dan barang modal (capital goods).
Barang
konsumsi adalah barang yang dibeli oleh konsumen akhir, sedangkan barang modal
adalah barang yang dibeli untuk menghasilkan barang lain.
Kebutuhan
manusia pada dasarnya lebih besar daripada barang dan jasa yang tersedia, maka
diperlukan pilihan (choice).
Kebutuhan
manusia pada dasarnya lebih besar daripada pendapatan maka diperlukan pilihan
untuk menentukan alokasi pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan yang paling mendasar/mendesak.
3.
MASALAH
(PROBLEM) EKONOMI
Pilihan/alokasi
meliputi jawaban yang harus diberikan kepada setiap individu, masyarakat maupun
negara terhadap masalah berikut:
a. Barang
dan jasa apa yang harus dihasilkan (what).
b. Bagaimana
barang dan jasa tersebut dihasilkan (how).
c. Untuk siapa
barang dan jasa tersebut dihasilkan (for
whom).
LATAR BELAKANG DAN SEJARAH BANK BAGI HASIL
Syariah Islam sebagai suatu syariah yang
dibawa oleh rasul terakhir, mempunyai keunikan tersendiri. Syariah ini bukan
saja menyeluruh atau komprehensif tetapi juga universal. Karakter istimewa ini
diperlukan sebab tidak akan ada syariah lain yang datang untuk
menyempurnakannya. Syariah Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ritual
(ibadah) maupun sosial (muamalah) dan dapat diterapkan dalam setiap
waktu dan tempat sampai hari akhir nanti.
Kebangkitan kembali nilai-nilai
fundamental telah melahirkan Islamisasi sektor finansial dengan fokus
bank bebas bunga (Free interest banking) atau secara luas
dikenal dengan bank Islam (Islamic Banking). Secara umum pengertian
Bank Islam (Islamic Banking) adalah bank yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip syariah Islam.
Menurut Muhammad Budi Setiawan,
prinsip-prinsip Islam dalam muamalah yang harus diperhatikan oleh pelaku
investasi syariah (pihak terkait) adalah :
1. Tidak
mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun cara
mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang haram.
2. Tidak mendzalimi
dan tidak didzalimi.
3. Keadilan
pendistribusian kemakmuran.
4. Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha.
5. Tidak ada
unsur riba, maysir (perjudian/spekulasi), dan gharar (ketidakjelasan/samar-samar).
Fungsi
bank syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional, yakni
sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) yang
mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut
kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan.
Perbedaan pokoknya terletak dalam jenis
keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang dilakukannya. Bank Syariah
melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga (interest fee),
tetapi berdasarkan pada prinsip syariah yaitu prinsip pembagian keuntungan dan
kerugian (profit and loss sharing atau PLS).
Hipotesis
A. Pengertian Hipotesis
Margono (2004: 80) menyatakan bahwa hipotesis berasal dari
perkataan hipo (hypo) dan
tesis (thesis). Hipo berarti kurang dari, sedang tesis berarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara, belum benar-benar berstatus
sebagai suatu tesis. Hipotesis memang baru merupakan suatu kemungkinan jawaban dari masalah yang diajukan. Ia mungkin timbul sebagai dugaan
yang
bijaksana dari si peneliti atau diturunkan (deduced) dari teori yang telah ada.
Pada bagian lain, Margono (2004: 67) pun mengungkapkan pengertian lainnya tentang hipotesis. Ia menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling
mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Secara teknik, hipotesis
adalah pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya melalui data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan keadaan parameter yang akan diuji melalui
statistik sampel. Di dalam hipotesis itu terkandung suatu ramalan.
Ketepatan ramalan itu tentu tergantung pada penguasaan peneliti itu atas
ketepatan
landasan teoritis dan generalisasi yang
telah
dibacakan pada
sumber-sumber
acuan ketika melakukan telaah pustaka.
Mengenai pengertian hipotesis ini, Nazir
(2005: 151) menyatakan
bahwa hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap permasalahn
penelitian, yang
kebenarannya
harus diuji secara empiris. Menurutnya,
hipotesis menyatakan hubungan apa yang
kita cari
atau yang
ingin kita pelajari. Hipotesis
adalah
pernyataan yang
diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal
dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah
keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks.
Trelease (Nazir, 2005: 151) memberikan definisi hipotesis
sebagai “suatu keterangan sementara
sebagai
suatu
fakta
yang dapat
diamati”.
Sedangkan Good dan Scates (Nazir,
2005:
151)
menyatakan bahwa hipotesis
adalah sebuah taksiran atau referensi
yang dirumuskan
serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya. Kerlinger (Nazir, 2005: 151)
menyatakan bahwa hipotesis adalah
pernyataan yang bersifat terkaan dari
hubungan antara dua atau lebih variabel.
Langganan:
Postingan (Atom)
0 komentar