• Posted by : sahdarullah Jumat, 04 Oktober 2013


     

    Pokok Bahasan ini meliputi :

    §  Product mix, product line, dan product item
    §  Strategi product line
    §  Faktor-faktor yang mendorong perusahaan mengubah product mix
    §  Siklus kehidupan barang
    §  Kekunoan (obsolescence) yang direncanakan
    §  Corak dan mode.


    1. PRODUCT MIX, PRODUCT LINE DAN PRODUCT ITEM

    Untuk membahas dengan jelas tentang product mix, product line, dan product item ini, tunjauan kita akan dimulai dari toko serba ada. Hal ini disebabkan karena bisanya toko serba ada menawarkan berbagai macam barang.
    Bagi toko serba ada, sepatu dan sandal merupakan satu product line. Demikian pula alat-alat olah raga, tekstil, pakaian jadi, perabot rumah tangga, masing-masing juga merupakan satu product line. Bagi toko sepatu dan sandal, sepatu merupakan satu product line. Bagi toko sepatu, sepatu pria merupakan satu product line. Kemudian, apa yang dimaksud dengan product line ? secara definisi dapat dikatakan bahwa

    Product line adalah sekelompok barang-barang yang pada pokoknya cenderung mempunyai tujuan penggunaan sama dan memiliki karakteristik secara fisik yang hampir sama.

    Jadi, dalam satu product line terdapat barang-barang seperti yang telah disebutkan di muka. Satu jenis barang yang terdapat dalam product line tersebut dinamakan product item. Sedangkan product mix adalah seluruh barang yang ditawarkan untuk dijual oleh sebuah perusahaan.
    Ditinjau pada susunan ketiga kelompok barang tersebut, maka product item merupakan jenis yang paling sempit dan product mix adalah jenis yang paling luas. Sedangkan product line berada di tengah antara product mix dan product item. Jadi, bagi toko serba ada seluruh barang yang ditawarkan disebut product mix, sepatu dan sandal merupakan product line, dan sebagai product itemnya adalah sepatu dan sandal. Masih banyak pula product line yang lain pada toko serba ada tersebut.

    Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang product mix, product line, dan product item ini, dapatlah dilihat satu contoh lain seperti pada gambar berikut :






    PRODUCT MIX   (sepatu)

    Dimensi lebar
    Dimensi dalam
    - Sepatu pria
    a). sepatu vantovel, b) sepatu bertali, c) sepatu bot, d) sepatu sandal
    - Sepatu wanita
    a). Sepatu vantovel, b) sepatu bertali, c) sepatu bot, d) sepatu sandal.
    - Sepatu anak-anak
    a). Sepatu vantovel, b) sepatu bertali, c) sepatu bot, d) sepatu sandal.

    Dari gambar  di atas dapat dilihat adanya dua dimensi dalam susunan satu product mix yaitu dimensi lebar dan dimensi dalam. Dimensi lebar diukur dengan jumlah product line dan dimensi dalam diukur dengan pemisahan ukuran, warna, dan model yang ditawarkan dalam masing-masing product line.


    2. STRATEGI PRODUCT LINE

    Ada beberapa strategi product line yang dapat digunakan oleh produsen dan perantara dalam memasarkan produk mereka. Kebanyakan dari strategi tersebut menyangkut perubahan product mix. Namun, ada pula yang menemukan penggunaan baru dari barang yang ada tanpa merubah product mix-nya. Sedangkan masalah kekunoan yang direncanakan (planned obsolescence) sebagai strategi barang, dan mode sebagai factor yang mempengaruhi product mix, akan dibahas juga dalam bab ini. Adapun strategi product line yang dimaksud antara lain : (1) perluasan product mix, (2) penyempitan product mix, (3) perubahan produk yang ada, (4) pengembangan penggunaan baru dari product yang ada (5) penentuan posisi produk, (6) trading up dan trading down, dan (7) diferensiasi barang dan segmentasi pasar.

    1.      Perluasan Product Mix
    Perusahaan dapat mengadakan perluasan product mix yang ada dengan menambah jumlah product line dan/atau menambah jumlah item dalam product line-nya. Penambahan product line tidak selalu berupa barang yang masih ada kaitannya dengan produk yang ada, tetapi dapat pula menambah product line yang tidak ada hubungannya sama sekali. Misalnya, menambahkan rokok pada pakaian.

    2.      Penyempitan Product Line
    Dalam strategi ini, perusahaan mengadakan pengurangan jumlah product line dan/atau mengurangi jumlah item dalam product line. Biasanya, barang yang dihilangkan berupa barang-barang yang kurang menguntungkan, sehingga perusahaan mengharapkan dapat memperoleh keuntungan lebih besar dari barang-barang yang ada. Beberapa masalah yang berkaitan dengan pengurangan product line antara lain : (a) kurangnya bahan baku, (b) pengurangan energi, dan (c) turunnya angka kelahiran. Dengan kondisi seperti ini, lebihbaik apabila perusahaan mengutamakan penggunaan material dan energi yang efisien serta menguntungkan.

    3.      Perubahan Produk Yang Ada
    Satu alternative lain untuk mengembangkan barang baru adalah dengan mengadakan perubahan pada barang yang ada. Sering, perbaikan barang yang ada dapat memberikan keuntungan lebih besar dan mengurangi resiko daripada mengembangkan satu jenis barang baru. Perubahan ini dapat berupa :

    §  Perubahan disain (mendisain kembali
    • Bagi barang industri khususnya, perubahan disain ini menyebabkan barang tersebut menjadi lebih menarik, lebih mudah penggunaannya, dan bahkan ongkos produksinya menjadi lebih rendah.
    §  Perubahan bungkus
    • Perubahan bungkus ini terutama banyak dilakukan terhadap barang konsumsi.
    §  Penggunaan bahan baru
    Alternatif perubahan yang lain berupa penggunaan bahan baru. Dengan bahan baru ini diharapkan perusahaan dapat meningkatkan efisiensi produksinya. Misalnya : tekstil dari katun dan wool diganti dengan bahan sintetis seperti nylon dan tetoron.

    4.      Pengembangan Penggunaan Baru Dari Produk Yang Ada
    Perusahaan yang menempuh strategi dengan mencari pemakaian cara baru dari barang yang ada, bertujuan meningkatkan volume penjualan dan laba, juga memperpanjang siklus kehidupan barang itu sendiri. Misalnya : kertas, yang tadinya hanya digunakan untuk membuat buku, surat kabar, dan sebagainya, sekarang dapat dipakai untuk membuat pakaian dan tempat makanan seperti mangkok, piring, dan sebagainya.

    5.      Penentuan Posisi Produk (Product Positioning
    Kemampuan menejemen untuk menentukan posisi produknya di pasar merupakan factor yang ikut mempengaruhi laba perusahaan. Untuk menentukan posisi produknya, perusahaan harus melihat hubungannya dengan produk-produk lain terutama produk saingan dan produk yang dipasarkan oleh perusahaan itu sendiri. Misalnya : perusahaan mobil Toyota, di samping membuat mobil sedan dan truk, juga membuat jip (hardtop). Seolah-olah produk ini hanya diperuntukan bagi kaum remaja dan kaum dewasa yang berjiwa muda. Contoh lain : perusahaan minuman cocacola sekaligus memasarkan fanta dan sprait. Penambahan produk tersebut dimaksudkan untuk memperkuat posisi perusahaan dalam persaingan. Namun perlu diketahui bahwa strategi ini tidak selalu berhasil seperti yang dialami oleh Xerox dan General Elektric. Mereka tidak lagi membuat computer karena produk tersebut tidak dapat mencapai posisi yang kuat dalam persaingannya dengan IBM (perusahaan yang memiliki posisi kuat di bidang computer).

    6.      Trading Up Dan Trading Down
    Strategi ini pada hakekatnya sama dengan perluasan dan penyempitan product mix. Hanya saja, strategi tersebut lebih menekankan pada kegiatan promosi. Kedua istilah, trading up dan trading down dapat diartikan sebagai berikut :
    Trading up berarti bahwa perusahaan atau perantara menambah barang prestise (barang yang berharga lebih tinggi) pada product line yang ada, dengan harapan penjualan produk yang berharga murah akan meningkat. Perusahaan yang menganut kebijaksanaan trading up ini dapat memilih :
    §  Menggantungkan penjualan produk lama yang berharga lebih murah untuk meningkatkan dan mempertahankan volume penjualan, dan dalam promosnya lebih mengutamakan produk lama tersebut.
    §  Atau dalam promosinya perusahaan lebih mengutamakan produk baru dengan harga yang lebih mahal. Sehingga makin lama produk yang berharga murah akan makin berkurang penjualannya dan digantikan oleh produk baru yang berharga lebih mahal tersebut.

    Trading down dapat berarti bahwa perusahaan menambah barang yang berharga lebih mahal (barang prestise), dengan harapan barang-barang berharga murah tersebut dapat dibeli oleh orang yang tidak sanggup membeli barang prestise yang ada. Biasanya, perusahaan yang menganut strategi ini beranggapan bahwa barang tersebut tetap akan memberikan status tertentu

    Kedua strategi di muka (trading up dan trading down) merupakan strategi yang berbahaya karena resikonya besar. Sehingga ada kemungkinan bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan tidak dapat terlaksana. Pada strategi trading down, nama baik perusahaan akan menurun dengan diproduksinya barang-barang yang berharga lebih murah. Hal ini dapat menimbulkan kesan pada konsumen bahwa perusahaan tidak selalu membuat barang yang berkualitas baik saja, tetapi barang dengan kualitas yang kurang baik juga diproduksikan. Lain halnya dengan trading up. Strategi trading up dapat menimbulkan kesan bahwa barang baru yang berharga lebih mahal tersebut mempunyai kualitas lebih baik.

    7.      Diferensiasi Barang Dan Segmentasi Pasar
    Strategi ini dapat digunakan oleh perusahaan yang ingin memasuki persaingan bukan harga (non price competion) dalam pasar yang berbentuk persaingan monopoli atau persaingan tidak sempurna. Strategi ini sering dipandang sebagai strategi promosi dan strategi perencanaan barang, karena biasanya lebih banyak memerlukan pertimbangan periklanan dan usaha-usaha promosi yang lain.
    Dalam menjalankan deferensiasi barang ini usaha promosi perusahaan lebih ditekankan pada pengertian bahwa barang yang dipromosikan berbeda dengan barang saingannya. Kadang-kadang perusahaan membedakan kualitas atau disain barangnya, atau hanya membedakan merk/pembungkusannya, meskipun secara fisik susunan kimianya tidak berbeda. Strategi ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang memproduksi barang standard, (seperti sabun, rokok, pasta gigi, dan sebagainya) dengan tujuan untuk memperluas pasar yang ada.
    Diferensiasi barang ini dapat dipakai untuk mendukung pelaksanaan strategi segmentasi pasar.
    Seperti telah dibahas pada bab 4 di muka, dalam menjalankan strategi segmnetasi pasar perusahaan membagi pasarnya yang heterogin ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) lebih kecil yang bersifat homogin. Masing-masing segmen pasar mempunyai perbedaan dalam hal keinginan, motivasi dan karakteristik lainnya.

    3. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG PERUSAHAAN MENGUBAH PRODUCT MIX

    Menejer pemasaran yang ingin menggunakan strategi product mix harus mengetahui dan mempertimbangkan beberapa factor penting yang mempengaruhi perusahaan dalam perluasan atau penyempitan product line-nya. Tanpa memperhatikan factor-faktor tersebut, perusahaan akan kurang bersemangat untuk merubah product mix-nya. Faktor-faktor yang dimaksud adalah : (1) perubahan-perubahan dalam permintaan pasar, (2) tindakan dan reaksi saingan, (3) pengaruh pemasaran, (4) pengaruh produksi, (5) pengaruh keuangan, dan (6) keinginan untuk merubah kesan terhadap perusahaan.

    1.      Perubahan-Perubahan Dalam Permintaan Pasar

    Perubahan-perubahan dalam permintaan pasar ini dapat disebabkan oleh beberapa factor, seperti : (a) perubahan komposisi penduduk dan lokasi pemakai industri, (b) perubahan daya beli, dan (c) perubahan perilaku konsumen.

    n  Perubahan komposisi penduduk dan lokasi pemakai industri.
    Dengan semakin meningkatnya angka kelahiran, perusahaan dapat memperluas product line-nya dengan barang-barang untuk keperluan bayi. Sedangkan dalam pasar industri, adanya mobilitas pemakai industri dapat memaksa perusahaan untuk mengurangi jumlah barang dalam produc line-nya. Selain itu, pemindahan lokasi pemakai industri kadang-kadang menimbulkan kesulitan dalam pengangkutan barang dari perusahaan.
    n  Perubahan daya beli
    Semakin meningkatnya daya beli konsumen dapat mendorong perusahaan untuk memperluas product line-nya dengan barang-barang yang lebih baik. Dengan dipasarkannya barang-barang tersebut menyebabkan barang yang berharga lebih murah dan berkualitas rendah akan semakin tidak laku
    n  Perubahan perilaku konsumen
    Perubahan perilaku konsumen (seperti : motif, sikap, kesukaan, dan kebiasaan membeli) dapat mendorong perusahaan untuk memperluas atau mempersempit product mix-nya. Adanya konsumen yang menghendaki “belanja sekali saja” akan mendorong supermarket untuk memperluas product mix-nya dengan barang lain, seperti : majalah, obat-obatan, dan sebagainya. Kadang-kadang, dorongan untuk merubah product mix ini berasal dari perantara dengan alasan untuk promosi atau persaingan.

    2.      Tindakan Dan Reaksi Saingan

    Untuk menghadapi saingan secara lebih efektif, perusahaan dapat men-doferensiasikan produknya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari usaha membanding-bandingkan harga oleh pembeli. Selain itu, perusahaan dapat pula mengadakan diversifikasi product line-nya (membuat serbagai macam barang) sedemikian rupa untuk membebaskan diri dari kondisi persaingan yang sangat ketat; sebab persaingan yang sangat ketat dapat menekan majin keuntungan perusahaan.

    3.      Pengaruh Pemasaran

    Dua alasan utama untuk meningkatkan jumlah produk perusahaan adalah :
    n  Untuk meningkatkan penjualan dengan memasuki segmen pasar yang baru, atau memperluas pasar yang ada
    n  Dan, agar kemampuan pemasaran perusahaan dapat digunakan secara efisien dengan mengerahkan tenaga penjualan yang lebih baik.
    Menurut sebuah penelitian, penambahan jumlah barang sebanyak 10% biasanya akan mengakibatkan kenaikan kurang dari 10% pada gaji penjual, biaya pengangkutan, biaya riset pemasaran, serta biaya pemasaran lainnya. Tentu saja ada kemungkinan perusahaan lain yang dapat meningkatkan efektivitas pemasarannya dengan mempersempit product line.

    4.      Pengaruh Produksi

    Sering produsen mempunyai keinginan untuk mengubah product mix agar penggunaan kapasitas produksinya dapat lebih efektif, sehingga dapat menurunkan biaya produksi neto. Usaha ini hanya dapat dilakukan bilamana kapasitas perusahaan masih memungkinkan atau belum maksimum. Dapat pula perusahaan menambah produknya dengan jenis produk yang sudah tidak dibuat lagi oleh perusahaan lain. Kemungkinan lain yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah memanfaatkan barang-barang yang seharusnya dibuang (barang rusak).

    5.      Pengaruh Keuangan

    Ada beberapa alasan dari segi keuangan, mengapa perusahaan ingin mengubah product mix-nya. Alasan-alasan tersebut adalah : (a) untuk membagi-bagi resiko keuangannya, (b) meningkatkan volume penjualan, (c) meningkatkan kemampuan keuangannya.
    n  Membagi-bagi resiko keuangan
    Beberapa faktor dapat menyebabkan sebuah barang itu menjadi kuno/usang, maka perusahaan perlu membebankan resiko keuangannya pada beberapa jenis barang (tidak hanya satu jenis barang saja). Dilakukannya usaha tersebut disebabkan oleh munculnya barang saingan yang baru di pasaran.
    n  Meningkatkan volume penjualan
    Alasan lain bagi perusahaan yang mengadakan perluasan product mix-nya adalah untuk meningkatkan volume penjualan. Dalam hal ini menejemen harus melihat secara keseluruhan volume penjualan yang hendak dicapainya (volume penjualan total yang menguntungkan).
    n  Meningkatkan kemampuan keuangan dalam membuat barang.
    Kemampuan keuangan perusahaan dalam membuat barang sangat berkaitan dengan jumlah barang yang diproduksi. Dengan semakin banyaknya barang yang diproduksi maka dana yang dibutuhkan juga semakin besar. Namun kita perlu mengingat bahwa jumlah barang yang semakin besar akan memberikan beban biaya yang semakin kecil pada setiap barang. Selain memperluas, perusahaan juga dapat mempersempit product line-nya dengan alasan : investasi yang tertanam pada fasilitas produksi dan penyimpanan sangat terbatas.

    6.      Keinginan Untuk Mengubah Kesan Terhadap Perusahaan

    Usaha untuk mengubah product mix dapat pula ditujukan untuk mengubah kesan pembeli terhadap perusahaan agar reputasi perusahaan meningkat. Strategi ini berkaitan dengan trading up atau trading down (lihat strategi product line di muka)


    4. SIKLUS KEHIDUPAN BARANG (PRODUCT LIFE CYCLE)

    Seperti halnya manusia, barang juga memiliki siklus kehidupan/umur (life cycle). Pada tahap permulaan dalam perekonomian kita, barang-barang mempunyai siklus kehidupan yang relative panjang. Sekarang, keadaan ini sudah jauh berbeda. Perubahan corak kehidupan konsumen dan kemajuan teknologi telah memperpendek siklus kehidupan sejumlah barang.
    Siklus kehidupan barang ini terdiri atas lima tahap yang berbeda-beda, dan masing-masing tahap berada dalam lingkungan pemasaran yang berbeda pula. Panjangnya siklus kehidupan ini tidak selalu sama di antara masing-masing jenis barang (ditujukan dengan kurve volume penjualan), ada yang hanya mengalami beberapa minggu atau satu musim yang pendek saja (seperti mode pakaian), ada lagi barang yang mempunyai siklus kehidupan bertahun-tahun (seperti mobil), bahkan lamanya masing-masing tahap juga dapat berbeda.

    Dalam kenyataannya, tidak semua barang-barang perusahaan selalu melewati kelima tahap, ada yang mengalami kegagalan pada tahap pertama (tahap perkenalan), ada lagi yang hanya berhasil mencapai tahap kedua (tahap pertumbuhan) sja. Namun, tahap terakhir (tahap kemunduran) pada umumnya tidak dapat dihindari karena :

    ·         Kebutuhan akan barang tersebut sudah tidak ada lagi
    ·         Munculnya barang baru yang lebih baik dan lebih murah untuk kebutuhan yang sama (misalnya : plastic telah menggantikan kayu, logam, dan kertas).
    ·         Pesaing telah melaksanakan kegiatan pemasarannya dengan baik.

    Sangat penting bagi menejemen untuk membagi siklus kehidupan barangnya dalam beberapa tahap karena lingkungan persaingan dan hasil program pemasaran masing-masing barang dapat berbeda-beda. Hal ini tergantung pada masing-masing tahap sebagai berikut :

    n  Tahap perkenalan (introduction)
    n  Tahap pertumbuhan (growth)
    n  Tahap kedewasaan (maturity)
    n  Tahap kejenuhan (saturation)
    n  Tahap kemunduran atau menurun (decline).

    1.      Tahap Perkenalan

    Pada tahap ini, barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun volume penjualannya belum tinggi. Barang yang dijual umumnya barang baru (betul-betul baru) seperti mesin pencuci tanpa menggunakan air; atau baru dalam bentuk/modelnya, seperti : mobil. Karena masih beradapada tahap permulaan, biasanya ongkos yang dikeluarkan tinggi terutama biaya periklanan. Promosi yang dilakukan memang harus agresif dan menitikberatkan pada merk penjual. Di samping itu, distribusi barang tersebut masih terbatas, dan laba yang diperoleh masih rendah.

    2.      Tahap Pertumbuhan

    Dalam tahap pertumbuhan ini kurve penjualan dan kurve laba semakin meningkat dengan cepat. Karena permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang bersangkutan, maka usaha promosi yang dilakukan perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Di sini, pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi lebih ketat. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperluas dan meningkatkan distribusinya adalah dengan menurunkan sedikit pada harga jualnya.

    3.      Tahap Kedewasaan Dan Kejenuhan

    Kadang-kadang sulit untuk mengatakan bahwa kedua tahap ini terpisah atau berada dalam satu tahap. Pada tahap kedewasaan kita melihat bahwa penjualan masih meningkat pada tahap berikutnya tetap. Dalam tahap-tahap ini kurve laba mulai menurun baik laba produsen maupun laba pada pengecer. Persaingan harga menjadi sangat tajam sehingga perusahaan perlu memperkenalkan produknya dengan model yang baru. Penjualan dengan cara tukar tambah sering pula terjadi. Pada tahap kedewasaan, usaha periklanan biasanya mulai ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan; dan pada tahap kejenuhan, perusahaan sudah lebih banyak mempertimbangkan usaha periklanan produk baru. Di sini, penggunaan penyalur yang baik juga sangat menentukan.

    4.      Tahap Kemunduran 

    Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu mengalami kekunoan atau keusangan, dan harus diganti dengan barang baru. Dalam tahap ini, barang baru harus sudah dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun jumlah pesaing sudah berkurang, tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting karena permintaan sudah jauh menurun. Apabila barang yang lama tidak segera ditinggalkan tanpa mengganti dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas.

    Alternatif-alternatif yang dapat dilakukan oleh menejemen pada saat penjualan menurun antara lain :

    a.       Memperbarui barang (dalam arti fungsinya)
    b.      Meninjau kembali dan memperbaiki program pemasaran serta program produksinya agar lebih efisien.
    c.       Menghilangkan ukuran, warna, dan model yang kurang baik.
    d.      Menghilangkan sebagian jenis barang untuk mencapai laba optimum pada barang yang ada.
    e.       Meninggalkan sama sekali barang tersebut.


    5. KEKUNOAN YANG DIRENCANAKAN

    Kebutuhan pasar akan sesuatu yang bersifat baru dapat mendorong menejemen untuk mengikuti strategi barang dengan membuat kekunoan/keusangan yang direncanakan (planned obsolescence). Kekunoan yang direncanakan ini ditujukan untuk membuat suatu barang menjadi ketinggalan jaman, usang, atau basi. Sehingga penggantian pasarnya akan semakin meningkat. Adapun cara-cara yang termasuk dalam kekunoan ini adalah : (1) kekunoan teknologis, (2) kekunoan yang ditunda, (3) kekunoan fisik yang disengaja, dan (4) kekunoan corak.

    1.      Kekunoan Teknologis
    Kekunoan teknologis atau kekunoan fungsional (functional obsolescence) ini dapat diukur dengan standarg teknis. Misalnya : pemasangan transmisi otomatis pada mobil (Hondamatic) akan menyebabkan kekunoan teknologis pada mobil-mobil lama.

    2.      Kekunoan Yang Ditunda
    Sering perusahaan tidak segera memperkenalkan teknologi baru atau perbaikan dari barang-barang produksinya. Bilamana pengenalan teknologi baru atau perbaikan tersebut tidak dilakukan sampai permintaan pasar terhadap model lama menurun, maka akan terjadi kekunoan yang ditunda.

    3.      Kekunoan Fisik Yang Disengaja
    Dalam hal ini, perusahaan membuat agar produknya hanya dapat digunakan sementara. Strategi tersebut mengandung resiko dan dapat membahayakan nama baik perusahaan, sebab keawetan masih menjadi motif pembelian yang utama bagi konsumen.

    4.      Kekunoan Corak
    Kadang-kadang kekunoan corak (style obsolescence) ini juga disebut kekunoan psikhologis atau kekunoan mode. Adapun tujuan mengadakan kekunoan corak ini adalah untuk membuat orang merasa ketinggalan jaman apablia tetap menggunakan model yang lama. Di sini, karakteristik barang diubah sedemikian rupa sehingga model baru tersebut mudah dibedakan dengan model yang lama. Kekunoan corak ini merupakan istilah yang sering dipakai untuk menyatakan kekunoan yang direncanakan jika tidak dinyatakan dalam istilah yang lain.


    6. CORAK DAN MODE

    Kedua istilah tersebut sering disalahtukarkan dalam pemakaiannya; istilah corak diartikan sebagai mode, dan istilah mode diartikan sebagai corak. Memang kelihatannyakedua istilah tersebut merupakan istilah yang sama, tetapi sebenarnya berbeda. Kedua istilah ini dapat didefinisikan sebagai berikut :

    n  Corak adalah suatu cara pembuatan atau penyajian dalam berbagai seni, pekerjaan, atau produk; juga dapat berarti cara bernyanyi, bermain atau bertingkahlaku
    n  Mode adalah beberapa corak yang sedang digemari dan dibeli secara luas oleh sekelompok masyarakat selama periode waktu tertentu.

    Dari definisi tersebut kita dapat mengetahui adanya beberapa corak dalam berbagai macam barang. Misalnya : untuk mobil ada corak sedan, stationwagon; untuk pakaian renang ada corak bikini dan corak pakaian renang biasa (terusan); untuk tarian ada corak Jawa, Sumatra, Bali; untuk musik ada corak keroncong, pop, jazz, melayu (dangdut0 ; dan sebagainya.
    Sedangkan mode selalu didasarkan pada corak. Tetapi setiap corak bukanlah mode. Sebelum corak ini diterima secara umum, tidak akan menjadi mode. Jadi, setiap corak dapat menjadi mode bilamana sedang digemari secara umum. Kesukaan masyarakat terhadap suatu corak dapat menimbulkan mode, dan biasanya ini didasarkan pada hal-hal yang baru. Sehingga mode ini dapat mempengaruhi pola pembalian konsumen.
    Corak sifatnya tidak berubah-ubah, sedangkan mode selalu berubah. Kekunoan corak ini terdapat pada semua jenis barang (seperti : mebel, rumah), juga pada bidang-bidang yang berbeda seperti arsitektur, musik, dan sebagainya. Jadi, mode terdapat pada setiap masyarakat , naik masyarakay primitif maupun masyarakat modern.
    Orang-orang sering mengikuti pola yang telah dilakukan oleh pelopor opini (lihat bab 5 di muka) dalam kelompok mereka sebab pada dasarnya, manusia adalah konformis (mudah menyesuaikan diri). Pada saat yang sama mereka ingin berbuat dan berada sedikit berbeda dari yang lain.
    Volume penjualan suatu jenis barang dapat menurun atau bahkan mati dalam siklus kehidupannya karena adanya kekunoan teknologis. Demikian pula mode, akan berakhir karena adanya kekunoan mode. Suatu mode akan sangat disukai bilamana timbulnya sangat cepat. Adapun tahap-tahap yang ada dalam siklus mode ini dapat dilihat pada gambar 23, yaitu :

    ·               Tahap perkenalan
    ·               Tahap percobaan (trial)
    ·               Tahap pengakuan umum (popular adoption)
    ·               Tahap kedewasaan
    ·               Tahap kemunduran
         

    Dalam tahap perkenalan, mula-mula suatu mode diperkenalkan oleh seorang perancanag pada kelompok yang terbiasa , misalnya pada para hadirin dalam suatu peragaan busana.
    Kemudian, pada tahap percobaan kelompok lain seperti perancang lain, produsen lain, dan konsumen yang berpenghasilan lebih rendah menyadari akan adanya mode tersebut, menilainya, dan mulai ikut mencobanya.
    Pada tahap pengakuan umum, mode tersebut menjadi sangat berkembang. Dalam hal ini, pelopor opini dari suatu kelompok sosial dapat menerima mode tersebut dan menggunakannya. Oleh karena itu produsen berusaha untuk memproduksikannya. Secara besar-besaran dengan harga yang lebih rendah. Sering pendekatan pada pelopor opini ini merupakan kunci sukses bagi menejer pemasaran.
    Tahap kedewasaan ditandai dengan adanya permintaan yang tetap terhadap mode tersebut. Karena permintaannya tetap, maka bentuk kurve volume penjualannya mendatar.
    Akhirnya, pada tahap kemunduran volume penjualannya semakin menurun sampai pada titik terendah. Untuk barang-barang mode seperti ini arah kurve penjualannya berbentuk sangat curam.

    Dengan mengetahui tahap-tahap yang ada dalam siklus mode ini menejer pemasaran dapat mempertimbangkan kapan akan memasuki pasar secara besar-besaran, dan kapan harus mengganti mode yang baru. Dalam hal ini perlu pula dipertimbangkan bahwa penjual (baik produsen maupun pengecer) yang memasuki siklus mode pada tahap permulaan, akan mengetahui bahwa kemampuan mereka untuk mengidentifikasikan serta mengadakan komunikasi dengan pembeli pertama dalam beberapa kelompok, merupakan satu kunci yang sangatpenting bagi berhasilnya pemasaran suatu mode.

    { 1 komentar... read them below or add one }

    1. saya ingin bertanya,apakah saya bisa mengetahui referensi yang digunakan dalam blog ini?karna tugas saya harus mencantumkan referensi buku,terima kasih

      BalasHapus

  • Copyright © 2013 - Unbreakable Machine Doll - Ilmu Bermanfaat - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan