Posted by : sahdarullah
Jumat, 04 Oktober 2013
Pokok Bahasan ini
Meliputi :
·
Arti barang
·
Penggolongan
barang
·
Penemuan
barang baru
·
Pengembangan
barang baru
·
Pengorganisasian
penemuan barang baru
·
Kegagalan
barang baru
1. ARTI
BARANG
Dalam
istilah yang sangat sempit, barang
didefinisikan sebagai kumpulan atribut
dan sifat kimia yang secara fisik dapat
diraba dalam bentuk yang nyata.
Dengan demikian, setiap kategori barang mempunyai
nama yang berbeda seperti: apel, sepatu, dan sebagainya. Secar umum dapat
dikatakan bahwa setiap produk dengan merk tertentu merupakan produk yang
terpisah dari produk dengan merk lain walaupun jenisnya sama. Sebagai contoh :
aspirin bayer dan aspirn squibb. Kedua aspirin tersebut jenisnya sama, tetapi
dengan digunakannya merk yang berbeda, maka seolah-olah produk tersebut
berlainan. Perbedaan yang nyata terlihat dengan adanya merk yang berbeda.
jadi,merk tersebut dapat digunakan oleh konsumen untuk membedakan suatu produk
dari produk lain.
Suatu
keadaan dapat menciptakan produk menjadi produk yang baru, yaitu dengan
mengadakan perubahan bentuk fisik seperti: disain,warna, ukuran, bungkus, dan
sebagainya. Dalam pembahasan selanjutnya, kita tidak dapat ,menggunakan
definisi barang dimuka, karena definisi tersebut sifatnya sangat umum. Oleh
karena itu kita akan menggunakan definisi berikut ini sesuai dengan bidang
pemasaran.
Produk
adalah suatu sifat yang komplek baik
dapat diraba maupun tidak dapat diraba , termasuk bungkus, warna, harga
prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengece, yang
diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya
Menurut definisi tersebut, konsumen membeli
sekumpulan sifat fisik dan kimia sebagai alat pemuas kebutuhan. Setiap
kombinasi dari sifat-sifat merupakan produk yang tersendiri sebab setiap
kombinasi akan memberikan kepuasan yang berbeda-beda. Ada beberap istilah yang
bersangkut-paut dengan produk dan politik produk, seperti : perencanaan barang, pengembangan barang, dan
perdagangan (merchandising)
1. Perencanaan
Barang
Perencanaan barang (product planning)
ini mencakup semua kegiatan produsen dan penyalur untuk menentukan susunan
product line-nya (masalah product line akan dibahas pada bab selanjutnya). adanya
perencanaan barang ini akan mendorong perusahaan dalam menaikkan tingkat
labanya, atau paling tidak membuat stabil.
2. Pengembangan
Barang
Pengembangan
barang (product development) ini merupakan suatu istilah yang lebih terbatas
dibandingkan dengan perencanaan barang, yaitu mencakup kegiatan teknis tentang
penelitian, pembuatan dan pen-disain-an barang. Jadi, perencanaan pengembangan
barang ini meliputi masalah-masalah dan keputusan-keputusan sebagai berikut :
·
Barang
mana yang akan dibuat dan dibeli perusahaan?
·
Apakah
perusahaan akan menambah atau mengurangi jenis barang yang dijualnya?
·
Apakah
terdapat cara penggunaan baru dari masing-masing barang ?
·
Bagaimanakah
kemasan, merk, dan label yang akan dipakai pada masing-masing barang?
·
Bagaimanakah
barang itu akan dibuat dalam hal ukuranya, warnanya, bahan yang dipakai , corak
dan desainnya?
· Dalam jumlah berapakah masing-masing
barang itu dibuat?
· Dengan harga berapa barang tersebut akan
dijual?
3. Perdagangan
Perdagangan
(marchandising ) ini merupakan istilah yang sinonim dengan perencanaan barang
(telah dibahas pada bab 1 di muka), yaitu mencakup semua kegiatan
perencanaan dari produsen kepada
penyalur untuk menyesuaikan produknya dengan permintaan pasar. Produsen membuat
dan menjual produk, sedangkan penyalur
hanya menjual produk yang telah dibelinya.
2. PENGGOLONGAN BARANG
Di
bidang pemasaran, barang-barang (juga jasa) dapat digolongkan menurut dasar
yang berbeda-beda. Disini, kita akan menggolongkan barang-barang menurut : 1).
Tujuan pemakaiannya oleh sipemakai, 2). Tingkat konsumsi dan kekongkritannya,
3). Pengaruh psikhologisnya, dan 4). Karakteristiknya.
1). Penggolongkan
Barang Menurut Tujuan Pemakaiannya oleh Sipemakai
Penggolongan barang menurut tujuan
pemakaiannya oleh si pemakai ini banyak digunakan karena sangat praktis. Di
sini, barang dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu : (a) barang
konsumsi, dan (b) barang industri.
a.
Barang Konsumsi
Barang konsumsi adalah barang-barang yang dibeli
untuk dikonsumsikan. Pembelinya disarankan atas kebiasaan membeli dari
konsumen. Jadi, pembelinya adalah pembeli/konsumen akhir, bukan pemakai
industri karena barang-barang tersebut tidak dip roses lagi, melainkan dipakai
sendiri. Dalam hal ini, barang konsumsi dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu
: barang konvenien, barang shopping, dan barang special.
·
Barang konvenien.
Barang konvenien (convenience goods) adalah barang yang mudah
dipakai, membelinya dapat di sembarang tempat, dan pada setiap waktu. Misalnya
: rokok, sabun dan sebagainya
·
Barang shopping.
Barang shopping (shopping goods) yaitu barang yang harus dibeli
dengan mencari dahulu dan di dalam membelinya harus dipertimbangkan
masak-masak, misalnya dengan membanding-bandingkan mutu, harga, kemasan, dan
sebagainya. Termasuk ke dalam golongan barang shopping ini antara lain :
tekstil, perabot rumah tangga, dan sebagainya.
·
Barang special
Barang special (specialty goods) adalah barang yang mempunyai cirri
khas, dan hanya dapat dibeli di tempat tertentu saja. Dalam hal ini, pembeli
yang ingin memperolehnya harus mengeluarkan pengorbanan istimewa. Sebagai
contoh : barang antic di toko seni tertentu, pakaian wanita di rumah mode
tertentu, dan sebagainya.
Sebenarnya,
penggolongan barang konsumsi seperti ini sifatnya relative karena sangat
dipengaruhi oleh pandangan si pembeli. Sebagai contoh, sebuah mobil. Bagi
pembeli golongan menengah dan bawah, mobil dapat dimasukkan ke dalam golongan
barang spesial; tetapi bagi pembeli golongan atas (kaya), mobil tersebut dapat
digolongkan ke dalam barang shopping. Jadi, satu jenis barang dapat dimasukkan
ke dalam beberapa golongan karena pembelinya berbeda-beda.
b. Barang Industri
Barang industri adalah barang-barang
yang dibeli untuk diproses lagi atau untuk kepentingan dalam industri. Jadi,
pembeli barang industri ini adalah perusahaan, lembaga, atau organisasi,
termasuk organisasi non laba (organisasi yang tidak mencari laba). Dalam hal
ini, barang industri dapat dibedakan menjadi lima golongan sebagai berikut :
§ Bahan baku
Bahan baku ini merupakan bahan pokok
untuk membuat barang lain. Misalnya : kapas untuk membuat benang, jerami untuk
membuat kertas, minyak bumi untuk membuat bensin, dan sebagainya.
§ Komponen dan barang setengah jadi
§ Komponan dan barang setengah jadi merupakan barang-barang yang sudah
masuk dalam proses produksi dan diperlukan untuk melengkapi produk akhir.
Termasuk ke dalam jenis ini antara lain : benang untuk membuat tekstil,
onderdil-onderdil mobil, dan sebagainya.
§ Perlengkapan operasi (operating supplies)
§ Perlengkapan operasi adalah barang-barang yang dapat digunakan untuk
membantu lancarnya proses produksi maupun kegiatan-kegiatan lain di dalam
perusahaan. Dalam golongan ini termasuk juga pembekalan yang dipakai untuk
jangka waktu lama, misalnya: minyak pelumas untuk mesin-mesin, kertas dan
pensil untuk membuat catatan, dan sebagainya.
§ Instalasi
§ Instalasi yaitu alat produksi utama dalam sebuah pabrik/perusahaan
yang dapat dipakai untuk jangka waktu lama (termasuk barang tahan lama). Jadi,
instalasi ini merupakan tulang punggung dari sebuah pabrik/perusahaan. Sebagai
contoh : mesin penggiling padi pada perusahaan penggilingan padi, mesin tenun
pada perusahaan tekstil, mesin cetak pada perusahaan percetakan, dan
sebagainya.
§ Peralatan ekstra
Peralatan ekstra (accessory equipment) yaitu alat-alay yang dipakai
untuk membantu instalasi, seperti alat angkut dalam pabrik (truk pengangkut
barang/forklift truck), gerobong, dan sebagainya.
Penggolongan barang ke dalam
barang konsumsi dan barang industri ini sangat penting dalam penyusunan program
pemasaran perusahaan. Ini disebabkan karena setiap golongan barang akan dijual
ke pasar yang berlainan, dan memerlukan cara-cara pemasaran yang berbeda.
Misalnya di bidang perencanaan barang, mode, pembungkusan, warna, merk pada
umumnya lebih penting untuk barang konsumsi daripada barang industri.
Selain itu, kebijaksanaan
distribusinya juga berbeda karena saluran distribusi untuk barang-barang
konsumsi biasanya lebih panjang dan melibatkan lebih banyak perantara daripada
saluran distribusi untuk barang-barang industri. Demikian pula kebijaksanaan di
bidang periklanan. Produsen barang-barang konsumsi biasanya menggunakan lebih
banyak media advertensi daripada produsen barang-barang industri.
1. Penggolongan Barang Menurut Tingkat
Pemakaian Dan Kekonkritannya.
Penggolongan ini menunjukkan berapa kali sebuah
barang dapat digunakan, apakah sekali, dua kali, atau beberapa kali, atau
sekian banyak kali. Selain itu, penggolongan tersebut juga menunjukkan
konkrit-konkritnya suatu barang, sehingga barang-barang dibagi ke dalam : (a) barang
tahan lama, (b) barang tidak tahan lama, dan (c) jasa.
a.
Barang tahan lama
Barang tahan lama (durable goods) yaitu barang-barang yang secara
normal dapat dipakai berkali-kali; jadi dapat dipakai untuk jangka waktu yang
relative lama. Misalnya : pakaian, mesin tulis, kacamata, penggaris, dan
sebagainya.
b.
Barang tidak tahan lama
Barang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang-barang yang
secara normal hanya dapat dipakai satu kali atau beberapa kali saja, artinya
sekali barang itu dipakai akan habis, rusak, atau tidak dapat dipakai lagi.
Termasuk kedalam golongan barang ini antara lain : bahan baku, sabun, makanan, dan sebagainya.
c.
Jasa
Jasa yaitu kegiatan, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk
dijual. Misalnya : jasa reparasi, jasa ptong rambut, jasa pendidikan, dan
sebagainya. Menurut penggolongan di sini, jasa dimasukkan sebagai barang yang
tidak konkrit atau tidak kentara, sedangkan barang tahan lama dan barang tidak
tahan lama dimasukkan sebagai barang konkrit atau barang kentara.
2. Penggolongan Barang Menurut Pengaruh
Psikhologisnya
Beberapa karakteristik tertentu dari suatu barang dapat memberikan
pengaruh secara psikhologis terhadap perilaku pembeli. Oleh karena itu kita
perlu menggolongkan barang sesuai dengan pengaruh psikhologis yang
ditimbulkannya. Dalam hal ini, barang digolongkan menjadi enam golongan, yaitu
:
a.
Barang fungsional
Yang dimaksud dengan barang fungsional adalah barang yang tidak
mempunyai arti cultural atau sosial, seperti buah-buahan segar, air minum,
beras, sayuran, dan sebagainya.
b.
Barang prestise
Barang prestise yaitu barang yang dapat memberikan bukti kedudukan
atau sebagai lambing kemegahan dari pemiliknya, seperti : rumah mewah, mobil
BMW, dan barang mewah lainnya.
c.
Barang status
Barang status yaitu barang yang dapat menciptakan
status tertentu pada pemiliknya. Misalnya : Jaket UGM, topi UII, dan
sebagainya. Jadi, pemilik barang ini semata-mata merupakan anggota dari sebuah
organisasi atau lembaga tertentu. Perbedaannya dengan barang prestise yaitu
bahwa barang prestise menunjukkan kepemimpinan, sedangkan barang status
menunjukkan keanggotaan.
d.
Barang untuk orang dewasa
Barang ini dapat menunjukkan kepada pemiliknya, bahwa ia termasuk
orang dewasa meskipun belum cukup dianggap sebagai orang dewasa. Termasuk barang-barang ini antara lain :
bir, kosmetik, rokok, majalah detektif, dan sebagainya.
e.
Barang hedonis
Barang hedonis yakni barang-barang dibeli karena langsung dapat
mempengaruhi selera seseorang, misalnya : makanan yang berbau enak, barang
dengan kemasan yang menarik, dan sebagainya. Karena langsung mempengaruhi selera, maka
barang-barang seperti ini sering menimbulkan pembelian yang tidak direncanakan.
f.
Barang anxiety
Barang anxiety yaitu barang-barang yang dapat mengurangi atau
menghilangkan kegelisahan seseorang karena orang lain kurang menyukainya.
Misalnya : minyak wangi, permen, deodorant (penghilang bau keringat), dan
sebagainya.
3. PENEMUAN BARANG BARU
Sebelum kita membahas lebih jauh
tentang pentingnya menemukan barang baru, lebih dulu kita harus mengetahui
tentang apa yang dimaksud dengan barang baru. Kiranya tidak perlu mencari
definisi tentang barang baru, tetapi kita harus mengenal kategori-kategori dari
barang baru. Kategori tersebut adalah :
1. Barang yang betul-betul baru, tidak
ada barang penggantinya. Misalnya : obat kanker. Dalam kategori ini termasuk
juga barang-barang yang penggantiannya sangat beda, misalnya : tenaga nuklir
menggantikan tenaga air atau disel untuk membangkitkan listrik.
2. Barang yang sama jenisnya tetapi
menggunakan model baru. Jadi, barang ini sudah pernah atau sudah beberapa kali
diproduksi, dan mengalami perubahan model secara periodis. Misalnya : mobil
tahun 1979.
3. Barang tiruan yang baru bagi
perusahaan, tetapi tidak baru bagi pasar. Misalnya : tas dari kalp meniru tas
dari kulit, kursi dari besi meniru kursi dari kayu, dan sebagainya.
Pada setiap perusahaan selalu ada
kemungkinan gagal dalam memasarkan barang barunya. Dapat dijumpai bahwa
perusahaan yang berhasil sering meninggalkan (tidak memproduksi lagi) barang
yang tidak memenuhi tujuan pemasarannya. Oleh karena itu penting sekali dibuat
suatu program yang baik tentang perencanaan dan pengembangan barang baru.
Perlu diingat bahwa salah satu
tujuan perusahaan adalah memberikan kepuasan kepada konsumen, baik pemakai
industri maupun konsumen akhir. Tujuan ini sedapat mungkin diimbangi dengan
penggunaan sumber-sumber secara efektif oleh perusahaan untuk menghasilkan
barang yang sebaik-baiknya, agar tidak terjadi adalanya kegagalan dalam
pemasarannya.
Sebenarnya, program pemasaran
perusahaan dimulai jauh sebelum barang dibuat dan barang tersebut merupakan
salah satu faktor yang sangat penting. Untuk menjual barang perusahaan harus
berbuat sesuatu karena ada kemungkinan bahwa permintaan datangnya secara
tiba-tiba. Dalam hal ini, bagian pemasaran harus menentukan apakah mungkin
mencari pasar yang memadai bagi barang-barangnya, dan menentukan pula
perencanaan barang yang akan dibuat. Perencanaan barang baru ini sangat penting
bagi perusahaan dalam mempertahankan atau bahkan menaikkan tingkat labanya. Dengan
barang yang baik diharapkan perusahaan dapat mempertahankan penjualannya secara
kontinyu.
Untuk mempertahankan tingkat
labanya, paling tidak perusahaan harus mempertahankan atau bahkan meningkatkan
volume penjualannya. Adapun strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan volume penjualan adalah :
a.
Meningkatkan frekuensi
penggunaan barang
b. Mengembangkan/menemukan berbagai macam
penggunaan barang
c.
Menemukan penggunaan barang
baru.
4. PENGEMBANGAN BARANG BARU
Beberapa masalah yang akan dibahas dalam
pengembangan barang baru ini adalah : (1) keputusan untuk membuat sendiri atau
membeli, (2) tahap-tahap pengembangan barang baru, (3) criteria produsen untuk
barang baru, dan (4) criteria perantara untuk barang baru.
1.
Keputusan Untuk Membuat Sendiri
Atau Membeli
Sebelum mengambil keputusan untuk mengadakan pengembangan barang
baru, produsen menghadapi masalah apakah akan membuat sendiri atau membeli
komponen-komponen yang akan dipakai. Ini disebabkan karena banyak perusahaan
yang memerlukan berbagai macam komponen untuk membuat barang jadi/barang akhir.
Perusahaan mempunyai beberapa alternative dalam kaitannya dengan penggunaan
komponen-komponen tersebut, yaitu :
a.
Membuat seluruh komponen yang
diperlukan
b.
Membuat sebagian komponen yang
dipandang perlu dan membeli sebagian yang lain.
c.
Membeli seluruh komponen.
Bagi produsen,
masalah ini sangat penting, lain halnya dengan para perantara. Perantara
(pedagang besar dan pengecer) tidak memikirkan masalah pembuatan suatu barang,
tetapi hanya mementingkan keputusan untuk membeli saja.
Sebagai contoh, perusahaan mobil. Di sini beberapa komponen seperti
busi, ban batteray, lampu, dan sebagainya biasanya tidak dibuat sendiri,
melainkan dibeli dari perusahaan lain yang menyediakan komponen tersebut.
Karena masalah membuat atau membeli.
Ini sangat komplek, maka tidaklah mudah bagi produsen untuk mengambil
keputusan. Keputusan tersebut dapat diambil dengan mendasarkan pada beberapa
faktor berikut :
·
Ongkos
untuk membuat atau membeli
·
Kemampuan
khusus pada mesin-mesin, teknik, dan luasnya sumber produksi yang dibutuhkan.
·
Kemampuan
menggunakan kapasitas produksi
·
Waktu
dan kecakapan yang dimiliki oleh menejemen
·
Kerahasiaan
disain, corak, bahan-bahan, dan metode proses produksinya. Perusahaan tidak
dapat membuat barang-barang dengan hak patent yang sudah dimiliki oleh
perusahaan lain. Perusahaan hanya dapat memperoleh barang-barang tersebut
dengan cara membelinya.
·
Menarik
tidaknya investasi yang diperlukan untuk membuat suatu barang.
·
Kesiaan
untuk menanggung resiko musim dan resiko pasar yang lain. Jika perusahaan sudah
menetapkan untuk membeli; penyedia dapat mengalihkan sebagian resikonya kepada
perusahaan dengan jaminan kontrak untuk sejumlah barang tertentu.
·
Resiko ketergantungan pada
sumber-sumber luar.
·
Besarnya
balas jasa yang ada, apakah penyedia juga sebagai langganan dari perusahaan.
2. Tahap-Tahap Pengembangan Barang Baru
Ide tentang pengembangan barang baru
ini merupakan kemajuan dari suatu pemikiran di bidang produksi dan pemasaran.
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan barang baru. Secara umum, tahap-tahap tersebut dapat disusun sebagai berikut :
a.
Mencari ide tentang barang baru
Pengembangan barang baru dimulai dengan suatu ide yang dapat berasal
dari penjual (salesman), karyawan perusahaan, konsumen akhir atau pemakai
industri, perantara, lembaga-lembaga pemerintahan, pesaing, perkumpulan dagang
(asosiasi perdagangan), lembaga penelitian, dan para penanam modal.
b.
Menyaring ide-ide tersebut
Setelah dikumpulkan, ide-ide tersebut kemudian disaring untuk
menentukan ide mana yang akan dipilih.
c.
Mengadakan analisa
Dari ide yang sudah dipilih, menejemn dapat membuat sebuah rencana
dengan : (1) mengidentifikasikan bentuk barang, (2) memperkirakan permintaan
pasar dan kemampuan barang tersebut untuk memperoleh laba, (3) menentukan
program pengembangannya, dan (4) menentukan tanggungjawab dalam pengembangan
tersebut.
d.
Melaksanakan pengembangan
barang
Ide yang sudah ditetapkan kemudian diterapkan pada
barang secara fisik. Beberapa contoh barang (prototype) dibuat lebih dulu untuk
menentukan spesifikasinya, mengadakan uji laboratorium serta penilaian teknis
yang lain untuk melanjutkan pembuatan barang tersebut.
e.
Tes pemasaran
Tes yang dapat dipakai di sini adalah tes pasar (market test) yang
diterapkan di daerah tertentu, untuk menentukan program pemasarannya. Dalam
tahap ini, disain dan factor produksi harus disesuaikan dengan hasil tes
tersebut. Masalah yang luas sering dijumpai dalam tahap ini karena : (1) para
pesaing sering berusaha untuk menggagalkan penelitian tersebut, dan (2) mereka
dapat memanfaatkan waktu penelitian tersebut untuk memperkenalkan produk mereka
yang baru.
f. Memproduksi dan memasarkan barang tersebut
secara besar-besaran
Tahap terakhir ini baru dilakukan setelah
menejemen berhasil melaksanakan tahaptahap sebelumnya dengan baik.
Dalam masing-masing tahap menejemen harus
menentukan apakah (1) melaksanakan tahap berikutnya, (2) meninggalkan barang
tersebut (tidak jadi mengembangkan), dan (3) mencari tambahan informasi. Dalam
pengembangan barang baru ini perusahaan dapat menggunakan teknik-teknik
kuantitatif seperti :
·
Critical
Path Method (CPM), yang juga dapat digunakan untuk mengadakan penilaian
terhadap barang yang dipasarkan.
·
Program
evaluation and review technique (PERT) yang sangat membantu dalam
pengkoordinasian dan penentuan waktu dari beberapa kegiatan dalam proses
pengembangan barang baru.
3. Kriteria Produsen Untuk Barang Baru
Apakah kita harus menambah barang baru yang
diusulkan tersebut pada barang-barang perusahaan yang ada? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, ada beberapa pedoman yang dapat dipakai, yaitu :
a.
Permintaan
pasar harus memadai. Kriteria ini sangat penting dalam pemasaran suatu jenis
barang. Dengan kata lain
dapatlah dinyatakan dengan sebuah pertanyaan : “Apakah cukup banyak orang yang
membutuhkan barang tersebut ?. Dalam hal ini, menejemen
harus berusaha untuk mendapatkan ukuran-ukuran kuantitatif tentang luas dan
lokasi pasar potensialnya.
b. Barang tersebut harus disesuaikan dengan
factor-faktor lingkungan dan sosial yang ada. Apakah proses produksinya
menimbulkan polusi udara atau air (baja dan kertas)? Apakah penggunaan barang
perusahaan dapat merugikan konsumen atau lingkungan (seperti : mobil) ? Sesudah
dipakai, apakah barang tersebut dapat merugikan lingkungan (seperti : obat
pembasmi serangga) ? apakah barang tersebut mempunyai potensi untuk diolah lagi
?
c. Barang baru harus sesuai dengan struktur
pemasaran yang ada pada perusahaan. Pengalaman di bidang pemasaran adalah
sangat penting di sini. Apakah tenaga penjualan yang ada dapat digunakan ?
Apakah penjual mempunyai waktu dan kemampuan untuk menjual barang baru ? Apakah
saluran distribusi yang ada dapat digunakan ? Jika perusahaan memberikan
servis, apakah dapat menarik konsumen terhadap barang baru ?.
d. Barang baru akan lebih menguntungkan jika
menggunakan fasilitas produksi, tenaga kerja, dan menejemen yang ada.
e. Barang tersebut harus sesuai dengan
kemampuan keuangan untuk menghasilkannya.
f. Tidak ada pelanggaran hokum yang dilakukan
oleh menejemen, misalnya dalam bidang patent, label, merk, dan pembungkusan.
g. Menejemen harus mempunyai waktu dan
kemampuan yang memadai untuk menangani pembuatan dan penjualan barang baru
tersebut.
h. Barang tersebut harus sesuai dengan
cita-cita dan tujuan perusahaan. Perusahaan yang menghendaki harga barangnya
murah dan perputarannya (turn over) tinggi, sebaiknya tidak menambah barang
yang ada dengan barang prestise.
4. Kriteria Perantara Untuk Barang Baru
Bagi perantara yang akan menambah barang baru dalam product line-nya
harus memperhatikan semua criteria yang ada pada produsen, kecuali yang
berhubungan dengan produksi. Ia juga harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
a.
Hubungan dengan produsen : para
perantara, baik pedagang besar maupun pengecer harus mempertimbangkan reputasi
produsen, kemungkinan mendapatkan hak penjualan tunggal di daerah tertentu,
kemungkinan penyediaan yang cukup, dan sifat serta jumlah bantuan promosional
yang diberikan oleh produsen.
b.
Kebijaksanaan dan praktek
penjualan di toko : jenis usaha penjualan seperti apa yang diperlukan untuk
barang baru ? Dalam hal ini, perantara (khususnya pengecer) juga harus
mempertimbangkan apakah barang baru tersebut sesuai dengan usaha penjualan
kredit, penghantaran barang ke tempat pembeli, serta pelayanan teknis lainnya.
Toko-toko yang melaksanakan kebijaksanaan dan praktek pelayanan sendiri (self
service) biasanya tidak ingin menambah barang yang memerlukan demonstrasi dan
personal selling yang luas.
5. PENGORGANISASIAN
PENEMUAN BARANG BARU
Penemuan barang baru ini harus menjadi tanggungjawab dari pimpinan
(top management). Sampai seberapa jauh keaktifan pimpinan dalam menangani
program barang baru ini, merupakan factor yang penting untuk mencapai
keberhasilan perusahaan. Program tersebut perlu diorganisir dan diawasi secara
efektif. Dalam organisasi yang baik, kunci sukses tersebut terletak pada sikap
menejemen terhadap perencanaan dan pengembangan barang. Untuk itu, menejemen
harus baik, konstruktif, dan kritis.
Jenis Organisasi
Perusahaan harus menentukan jenis organisasi yang sesuai dengan
programnya. Keefektifan organisasi tersebut tergantung pada ukuran, barang,
kemampuan menejemen, dan keadaan lain dari perusahaan. Dalam sebuah perusahaan,
tanggungjawab perencanaan dan pengembangan barang baru dapat diberikan kepada
salah satu dari beberapa macam bagian/lembaga berikut ini : (1) Komite
perencanaan barang, (2) Departemen barang baru, (3) Menejer produk, (4) tim
p(5) staf ahli dari luar perusahaan..
1.
Komite perencanaan barang
Bentuk ini paling banyak digunakan dalam
perencanaan dan pengembangan barang baru. Selain pimpinan perusahaan, komite
ini juga mengikutsertakan kepala-kepala bagian pemasaran, produksi, keuangan,
penelitian, dan teknik sehingga dapat diambil keputusan dan kebijaksanaan
bersama. Komite ini hanya bertugas memberikan saran tentang perencanaan dan
pengembangan barang baru.
2.
Departemen barang baru
Departemen ini menerima tugas-tugas
dari Komite perencanaan barang. Umumnya, departemen barang baru ini relatif
kecil karena anggotanya tidak lebih dari lima orang, bahkan kadang-kadang hanya
satu orang. Dalam tugasnya, mereka memberikan laporan kepada pimpinan
perusahaan. Adapun tugas-tugas yang menjadi tanggungjawab antara lain :
menyusun program dan tujuan barang baru, memberikan nasehat tentang proyek baru
tersebut, merencanakan kegiatan, menciptakan dan menyaring ide-ide, serta
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan barang baru (termasuk
kegiatan dari departemen lain.
3. Menejer Produk
Tanggungjawab menejer produk tidak
hanya terbatas pada barang baru saja, tetapi juga barang lain yang dihasilkan
oleh perusahaan. Sering pula menejer produk ini disebut brand manager atau
merchandise manager, dan mempunyai kedudukan di bawah Kepala Bagian Pemasaran.
Menejer produk pada setiap perusahaan mempunyai tanggungjawab yang
berbeda-beda, tetapi pada pokoknya meliputi kegiatan-kegiatan : menentukan
tujuan pemasaran dan merencanakan strategi pemasaran, menentukan harga,
promosi, membuat anggaran, dan membantu penjual agar dapat bekerja secara lebih
efektif.
4.
Tim patungan
Tim patungan merupakan kelompok kecil yang terdiri atas wakil-wakil
dari bagian produksi, keuangan, teknik, dan riset pemasaran. Kegiatannya hanya
meliputi penemuan barang baru beserta segala masalah yang ada kaitannya. Tim
ini bertanggungjawab langsung kepada pimpinan/direktur dengan berpedoman pada
satu tujuan, yaitu memasuki pasaran baru yang menguntungkan. Apabila barang
baru tersebut sudah mulai dipasarkan, maka tugas tim patungan sudah selesai dan
melimpahkan tanggungjawabnya kepada Bagian Pemasaran. Dengan demikian tim
patungan ini dapat segera dibubarkan.
5.
Staf ahli dari luar perusahaan
Untuk mempercepat proses penemuan barang baru, perusahaan dapat
menggunakan staf ahli atau perusahaan lain yang khusus mengembangkan barang
baru. Konsultan dari luar
tersebut biasanya mengadakan kerjasama dengan departemen barang baru dalam
melaksanakan tugas-tugasnya. Alasan-alasan yang mendorong perusahaan untuk
menggunakan kombinasi tersebut antara lain : (a) pendekatan riset dan
pengembangan barang baru secara tradisional sering mengalami kelambatan untuk
menunjang persaingan dan (b) sering pengembangan barang baru itu tergantung
pada kemampuan teknis orang-orang yang melakukan riset dan pengembangan.
6. KEGAGALAN BARANG BARU
Tidak selalu barang baru berhasil dalam
pemasarannya karena banyak resiko yang dihadapi. Adapun alasan-alasan yang
dapat dikemukakan atas gagalnya barang baru adalah :
1. Analisa pasar yang tidak memadai.
Ini berarti terdapat kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan dalam
menganalisa pasar. Misalnya : terlalu tingginya estimasi penjualan potensial
barang baru, tidak mampunya menentukan motif dan kebiasaan membeli, dan salah
berpendapat tentang apakah barang tersebut dibutuhkan oleh pasar.
2. Kekurangan-kekurangan pada barang.
Kekurangan ini dapat berupa kualitas yang jelek/kurang baik. Selain itu, barang
tersebut tidak memberikan manfaat yang lebih besar daripada barang saingan yang
sudah ada di pasar.
3. Kurangnya usaha pemasaran yang
efektif. Kurangnya usaha pemasaran yang dilakukan perusahaan dapat diketahui
dari : kegagalan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan sesudah
program perkenalan, dan kegagalan dalam melatih personalia pemasaran untuk
barang baru dan pasar yang baru.
4. Biaya lebih tinggi daripada yang
diharapkan. Hal ini mengakibatkan harga jual menjadi lebih tinggi sehingga
volume penjualan menjadi lebih rendah dari yang diharapkan.
5. Kekuatan atau reaksi saingan.
Kecepatan dan mudahnya pihak lain meniru penemuan barang baru tersebut akan
lebih memperketat persaingan yang terjadi di pasar.
6. Waktu yang tidak tepat dalam
memperkenalkan barang baru. Kesalahan yang biasa terjadi di sini adalah
kelambatan dalam memperkenalkan suatu barang, sehingga saat memasuki pasar juga
mengalami kelambatan.
7. Masalah-masalah teknis atau
produksi. Misalnya : tidak mampunya memproduksi dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi permintaan, sehingga pasar yang tidak terkuasai dapat dimanfaatkan
oleh pihak pesaing.
Dengan mengetahui beberapa alasan
yang menyebabkan gagalnya barang baru, maka perusahaan dapat mengambil
tindakan-tindakan koreksi dengan lebih mensistematiskan proses pengembangan dan
pemasarannya. Misalnya (1) mengadakan riset pemasaran yang lebih baik untuk
menilai keinginan pasar dan calon konsumen, (2) memperbaiki cara-cara penyaringan
dan penilaian ide maupun barangnya, dan (3) mengadakan perubahan organisasi
yang lebih mementingkan perencanaan barang baru.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sangat informatif, Coba cek juga nih Dapatkan Kredit Pinjaman Terbaik di Indonesia
BalasHapus