• Posted by : sahdarullah Jumat, 11 Oktober 2013



    Pokok Bahasan ini meliputi :

    ·               Harga yang didasarkan pada biaya
    ·               Analisa break-even
    ·               Analisa marjinal
    ·               Penetapan harga dalam hubungannya dengan pasar


    1.  HARGA YANG DIDASARKAN PADA BIAYA

    Metode penetapan harga yang didasarkan pada biaya dalam bentuk yang paling sederhana adalah :
    n  Cost-plus pricing method
    n  Mark – up pricing method

    1.      Cost-Plus Pricing Method

    Dalam metode ini, penjual atau produsen menetapkan harga jual untuk satu unit barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya per unit ditambah dengan suatu jumlah untuk menutup laba yang diinginkan (disebut marjin) pada unit tersebut; formulanya dapat dilihat berikut ini :


    BIAYA TOTAL + MARJIN + HARGA JUAL

    Sebagai contoh :
    Seorang kontraktor bangunan menghitung-hitung bahwa untuk membangun dan menjual lima buah rumah yang sejenis, akan dikeluarkan sejumlah biaya dengan perincian sebagai berikut :
    n  Biaya material                                                                   Rp. 7.500.000,-
    n  Biaya tenaga kerja                                                             Rp. 2.500.000,-
    n  Biaya lain seperti sewa kantor, penyusutan
    alat-alat, gaji pimpinan, dan sebagainya                           Rp. 4.000.000,-
                                                                                             -------------------
                                                                      Jmlah :             Rp.14.000.000,-

    Apabila ia menghendaki laba sebesar 10% dari biaya total , maka :

    Harga total      = biaya total + laba
                            = Rp. 14.000.000,- + (10% x Rp. 14.000.000,-)
                            = Rp. 15.400.000,-.

    Dengan demikian masing-masing rumah akan dijual seharga Rp. 3.800.000,- (dari Rp.15.400.000,- + 5) dengan laba sebesar Rp. 280.000,- (dari Rp.1.400.000,- + 5).
    Jika rumah-rumah tersebut tidak semuanya laku, maka ada kemungkinan laba akan turun, atau bahkan menderita kerugian. Namun perlu diketahui bahwa pada umumnya kontraktor baru melaksanakan pembangunan setelah memperoleh pesanan atau kontrak, jadi barang yang dibuat sebenarnya sudah terjual pada saat kontrak pesanan disetujui.

    2.      Mark – Up Pricing Method

    Variasi lain dari metode cos-plus adalah mark-up pricing method yang banyak dipakai oleh para pedagang. Pedagang yang membeli barang-barang dagangan akan menentukan harga jualnya setelah menambah harga beli dengan sejumlah mark-up

    HARGA BELI + MARK UP = HARGA JUAL

    Jadi, mark-up ini merupakan kelebihan harga jual di atas harga belinya. Keuntungan bisa diperoleh dari sebagian mark-up tersebut. Selain itu, pedagang tersebut juga harus mengeluarkan sejumlah biaya eksploatasiyang juga diambilkan dari sebagian mark-up.
    Setelah kita mengetahui kedua metode tersebut, perlu pula kita mengetahui beberapa istilah biaya yang ada kaitannya. Beberapa istilah biaya itu antara lain : (a) biaya tetap total, (b) biaya variabel, (c) biaya total, (d) biaya marjinal.

    a.       Biaya tetap total
    Biaya tetap total (total fixed cost) adalah elemen-elemen seperti sewa, gaji pimpinan, dan pajak kekayaan yang tetap konstan untuk setiap tingkat hasil (output). Untuk tingkat kapasitas tertentu atau untuk periode waktu yang pendek, biaya ini tetap sama besarnya. Tetapi untuk jangka panjang, biaya ini akan berubah menjadi biaya variabel. Biaya tetap yang dibebankan pada masing-masing unit disebut biaya tetap rata-rata (average fixed cost)
    b.      Biaya variabel
    Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang berubah-ubah disebabkan oleh adanya perubahan jumlah hasil. Apabila jumlah barang yang dihasilkan bertambah, maka biaya variabelnya juga akan meningkat. Biaya variabel yang dibebankan pada masing-masing unit disebut biaya variabel rata-rata (average variabel cost).
    c.       Biaya total
    Biaya total (total cost) adalah biaya keseluruhan, meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Untuk masing-masing barang, biaya ini disebut biaya total rata-rata (average total cost)
    d.      Biaya marjinal
    Biaya marjinal (marginal cost) adalah biaya untuk memproduksi dan menjual tambahan satu unit produk yang terakhir. Apabila biaya untuk memproduksi 10 unit produk adalah sebesar Rp.500,- dan untuk memproduksi 11 unit produk sebesar Rp.590,- dikurangi Rp.500,-).





    2.  ANALISA BREAK – EVEN

    Sebuah metode penetapan harga yang didasarkan pada permintaan pasar dan masih mempertimbangkan biaya adalah dengan analisa break-even. Perusahaan dapat dikatakan dalam keadaan break-even bilamana penghasilan (revenue) yang diterima sama dengan ongkosnya, dengan anggapan bahwa harga jualnya sudah tertentu. Menurut metode ini, perusahaan akan mendapatkan laba bilamana penjualan yang dicapai berada di atas titik break-even, maka perusahaanakan menderita rugi.

    Ttitik Break Even dapat dihitung dengan formula sbb. :

                                            Biaya tetap total
    Titik break-even dan unit =    -----------------------------------------
                                                    Konrtibusiper unit pada overhead

    Kontribusi per unit pada everhead dapat diartikan sebagai kelebihan harga jual per unit di atas biaya variabel rata-rata yang dipakai untuk menutup biaya tetap. Jadi, kontribusi per unit produk pada overhead ini dapat diperoleh dengan menggunakan formula sebagai berikut :

    Kontribusi per unit produk pada overhead = Harga jual per unit - Biaya variabel rata-rata

    Contoh :

    n  Dengan sebuah contoh seperti pada tabel 10, biaya tetap perusahaan adalah Rp500,- dan biaya variabelnya adalah konstan, yakni Rp 60,- per unit. Jadi biaya total (total cost) untuk satu unit produk adalah Rp 560,- yang diperoleh dari Rp500,- + Rp.60,-. Sekarang, berapakah biaya totalnya jika perusahaan membuat dan menjual sebanyak 5 unit ?

    Biaya total                   = biaya tetap + biaya variabel
                                        = Rp 500,- + (5 x Rp 60,-)
                                        = Rp.800,-

    Apabila 5 unit tersebut dijual dengan harga Rp 160,- per unit, maka penghasilan perusahaan (total revenue) yang diterima dari penjualan adalah sebesar 5 X Rp 160,- = Rp 800,-. Dalam hal ini biaya total Rp 800,-) sama besar dengan penghasilannya (Rp800,-). Pada saat inilah perusahaan berada dalam keadaan break-even

                Jika menejemen mempunyai kebijaksanaan lain dimana harga jual per unitnya bukan  Rp.160,- melainkan Rp 200,-,-, maka tentunya menejemen akan memperoleh laba; perhitungannya sebagai berikut :




    ·         Penjualan = 5 unit  @ Rp 200,-                                                    = Rp 1.000,-
    ·         Biaya total :
    -          Biaya variabel  =  5 X Rp 60,- = Rp 300,-
    -          Biaya tetap       =                       = Rp 500,-
                                                            -------------
                                                                                                 Rp    800,-
                                                                                         ----------------------
                                                                                      Laba = Rp   200,-


    Atau dengan kata lain, apabila harga jual yang ditetapkan sebesar Rp 200,- per unit, maka supaya menejemen tidak rugi ia harus menjual minimal sebanyak 3,6 unit.

    Sedangkan kelebihannya yang 1,4 unit (sudah dibulatkan) merupakan keuntungan, dengan perhitungan sebagai berikut :

    * Penjualan                  =  1,4 unit X Rp. 200,- = Rp. 280,-
    * Biaya variabel          =  1,4 unit X Rp.   60,- = Rp.    80,-
                                                                            ----------------
                                                                Laba     =  Rp.200,-

    Dalam perhitungan tersebut biaya tetap sudah dibebankan pada yang 3,6 unit, sehingga tidak perlu dihitung lagi.
                Makin tinggi harga yang ditetapkan, akan semakin kecil pula jumlah unit produk yang harus dijual untuk mencapai titik break-even. Sebaliknya, kalau harga yang ditetapkan semakin rendah, maka untuk mencapai titik break-even perusahaan harus menjual satuan produk lebih banyak. Bilamana 5 unit produk tersebut dijual lebih rendah, yakni Rp.120,- per unit, maka perusahaan akan menderita rugi sebesar Rp. 200,-.

    Hal ini disebabkan karena biaya totalnya lebih besar dari penghasilan totalnya dan untuk mencapai titik break-even minimal harus dijual sebanyak 8,3 unit, tidak 5 unit.

    3. ANALISA MARJINAL

                Dalam analisa marjinal, harga ditentukan atas dasar  keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Untuk mendapatkan laba maksimum, penjual/produsen dapat menentukan harga per unit dimana permintaan per unit seimbang dengan biaya per unitnya. Metode ini sama seperti analisa marjinal tentang permintaan dan penawaran yang dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi klasik maupun neoklasik. Mereka mengembangkan teori tentang persaingan monopoli atau persaingan tidak sempurna.
                Karena tingkat harga yang ditawarkan oleh penjual sangat dipengaruhi oleh faktor persaingan, maka perlu bagi kita  untuk mengetahui struktur persaingan di pasar. Pada umumnya, penjual selalu berusaha mengawasi harga-harga yang ditetapkannya. Struktur pasar tersebut dapat digolongkan dengan mendasarkan pada jumlah penjual, jumlah pembeli dan tingkat homogenitas barang.

                Dalam persaingan monopoli, penjual dapat menentukan harga yang tinggi. Tetapi untuk memperluas pasarnya ia harus menurunkan harga tersebut. Apabila harga ditentukan dengan menyeimbangkan permintaan dan penawaran, penjual harus mengetahui konsep tentang pendapatan rata-rata dan pendapatan marjinal, juga biaya rata-rata dan biaya marjinal.

    n  Pendapatan rata-rata (average revenue) adalah harga per unit pada tingkat penjualan produk yang ada, atau sama dengan pendapatan total dibagi jumlah produk yang dijual.
    n  Pendapatan marjinal adalah penghasilan yang berasal dari penjualan unit produk terakhir (unit marjinal).


    4.  PENETAPAN HARGA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PASAR

                Di sini, pendapatan harga tidak didasarkan pada biaya, tetapi justruharga yang menentukan biaya dari perusahaan. Penjual dapat menentukan harga sama dengan tingkat harga pasar agar dapat ikut dalam persaingan; atau dapat pula ditentukan lebih tinggi atau lebih rendah dari tingkat harga dalam persaingan.

    1.      Penetapan Harga Sama Dengan Harga Saingan

    Sering dijumpai adanya penjual yang menetapkan harga sama dengan harga saingan. Cara seperti ini akan lebih menguntungkan jika dipakai pada saat harga dalam persaingan itu tinggi. Biasanya penjual menggunakan cara tersebut untuk barang-barang standard.

    2.      Penetapan Harga Di Bawah Harga Saingan

    Metode ini biasanya digunakan oleh para pengecer, dan perusahaan sering tidak mengetahui adanya praktek-praktek tersebut. Mereka mempunyai suatu prinsip bahwa mark-up yang lebih rendah akan menghasilkan volume penjualan yang lebih tinggi. Mereka juga berpendapat bahwa nama baik produsen ikut membawa nama baik pengecer. Penetapan harga di bawah harga saingan ini juga merupakan suatu cara yang baik bagi perusahaan untuk memasuki pasar yang baru. Oleh karena itu banyak pengecer menggunakan metode tersebut untuk barang-barang yang permintaannya elastis.

    3.      Penetapan Harga Di Atas Harga Saingan

    Kadang-kadang produsen dan pengecer menetapkan harga produknya di atas tingkat harga pasar. Metode ini hanya sesuai digunakan oleh perusahaan yang sudah mempunyai reputasi atau perusahaan yang menghasilkan barang-barang prestise. Ini disebabkan karena konsumen kurang memperhatikan harga dalam pembeliannya. Tetapi mereka lebih mengutamakan kualitas atau faktor prestise yang akan diperolehnya dari barang tersebut

    0 komentar

  • Copyright © 2013 - Unbreakable Machine Doll - Ilmu Bermanfaat - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan