Posted by : sahdarullah
Senin, 27 Oktober 2014
Modal kerja merupakan salah satu unsur yang
sangat penting dalam perusahaan, selain aktiva tetap. Hal ini disebabkan,
karena modal kerja berfungsi sebagai kekuatan perusahaan untuk membelanjai kegiatan
operasi sehari-hari, seperti pembayaran utang pendek. Oleh karena itu, maka
modal kerja harus dapat dikelola dengan baik dalam rangka efisiensi.
Modal kerja dapat diartikan sebagai
keseluruhan dana yang tertanam dalam aktiva lancar (kas, surat berharga, piutang, dan persediaan),
dimana aktiva ini dapat berubah menjadi kas dalam jangka waktu kurang dari 1
tahun.
KONSEP MODAL KERJA
Konsep modal kerja ada 3 golongan, yaitu :
1. Konsep kuantitatif.
Modal
kerja menurut konsep ini adalah jumlah
(kuantitas) dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar (Gross working
capital)
2. Konsep Kualitatif
Modal
kerja menurut konsep ini adalah
kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar (Net workingcapital)
3. Konsep Fungsional
Konsep
ini menyatakan bahwa modal kerja adalah setiap dana yang digunakan dalam
perusahaan yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan (curren income).
Konsep ini membagi modal kerja
menjadi 2, yaitu :
-
Modal
kerja (working capital), yang menghasilkan penjualan.
-
Modal
kerja potensial (potensial working capital), yang menghasilkan langsung
keuntungan.
PERPUTARAN MODAL KERJA
Modal kerja dalam perusahaan secara kontinue
beroprasi (perputar) setiap waktu (setiap hari).
Periode perputaran modal kerja dimulai sejak
dana (kas) yang diinvestasikan dalam unsur-unsur modal kerja, sampai kembali
menjadi kas.
Semakin pendek periode perputaran,
maka semakin tinggi tingkat perputaran (turnover rate) dari modal kerja
terseut.
Tingkat perputara modal kerja dapat
digambarkan sbb. :
1.
Penjualan
Tunai
Kas1 Barang Kas2
Pembelian Penjualan tunai
2.
Penjualan
Kredit
Kas1 Barang Piutang Kas2
Pembelian Penjualan Kredit Penerimaan kas
3. Perputaran yang mengalami proses produksi
Upah Kas2
Kas1 Barang jadi Piutang Kas2
Material penjualan
kredit penerimaan kas
PENENTUAN BESARNYA KEBUTUHAN MODAL KERJA
Besarnya kebutuhan modal kerja dalam
perusahaan, sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
1.
Periode
perputaran modal kerja (jangka waktu terikatnya dana modal kerja), yaitu
keseluruhan jangka waktu pemberian kredit, lamanya penyimpanan bahan baku, lamanya proses
produksi, lamanya produk jadi disimpan dan lamanya penerimaan piutang.
2.
Jumlah
pengeluaran kas rata-rata setiap hari,
adalah keseluruhan pengeluaran untuk pembelian bahan baku, bahan pembantu, upah tenaga kerja, dan
biaya-biaya lainnya.
3.
Persediaan
kas minimal yang diinginkan oleh perusahaan
Contoh :
Rumah makan “Fajar” dalam
operasi sehari-hari membutuhkan modal kerja untuk membeli bahan makanan
sebesar Rp. 1.000.000,- perhari
untuk melayani pesanan karyawan kantor Gubernur Sultra. Penjualan dilakukan
secara kredit dengan syarat pembayaran 7 hari setelah waktu penjualan.
JAWAB :
Penjualan tgl. 1 baru akan dibayar pada
tanggal 8, penjualan tgl. 2 baru akan dibayar pada tgl. 9 dan seterusnya.
Jadi rumah makan ini akan mengeluarkan modal
kerja dari tgl. 1 s/d tgl 8 sebesar Rp. 1.000.000,- perhari, sehingga untuk
dapat melayani pesanan RM. Fajar harus
menyiapkan modal kerja sebesar Rp. 8.000.000,-
Ilustrasi :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Contoh-2
Perusahaan ubin Indonesia memproduksi Paving
Blok setiap hari sebanyak 250 buah.
Jumlah hari kerja perbulan 30 hari.
Biaya-biaya perunit paving blok adalah sbb. :
a.
Bahan
Baku terdiri dari :
-
Semen
seharga Rp. 200,-
-
Pasir
seharga Rp. 20,-
b.
Upah
tenaga kerja Rp.280,-
c.
BOP
terdiri dari :
-
Biya
Adm. & Umum Rp.1.500.000,-
-
Gaji
mandor dan karyawan tetap Rp. 1.750.000,-
-
Gaji
Pimpinan Rp. 250.000,-
-
Sewa
Bangunan pabrik Rp. 12.000.000,- per tahun
d.
Informasi
lain :
-
Pembayaran
persekot kepada dealer semen rata-rata 7
hari sebelum semen diterima.
-
Jangka
waktu proses pencampuran dan pencetakan adalah 1 hari
-
Proses
pengeringan 5 hari.
-
Penjualan
Paving Blok dilakukan dengan kredit dengan syarat pembayaran 10 hari setelah
Paving Blok diterima.
-
Kas
minimum yang harus disediakan oleh perusahaan sebesar Rp. 200.000,-
PENYELESAIAN :
Menghitung lama (berapa hari) terikatnya dana
pada masing-masing unsur Modal Kerja :
a). Modal Kerja terikat
pada Bahan Baku dan Bahan penolong :
Bahan baku Semen :
Persekot 7 hari
Proses
penc. & pencetakan 1 hari
Proses pengeringan
5 hari
Penjualan Kredit
10 hari
------------ 23
hari
Bahan Pasir, Tenaga Kerja Langsung, &
BOP :
Proses
penc. & pencetakan
1 hari
Proses pengeringan
5 hari
Penjualan Kredit
10 hari
------------ 16
hari
II. Menghitung kebutuhan
dana yang akan ditanam dalam setiap unsur modak kerja : (Dalam 1 Bulan)
:
1.
Bahan Baku :
-
Semen : 23 hari x 250 x Rp. 200,- = Rp. 1.150.000,-
-
Pasir : 16 hari x 250 x Rp.
20,- =
Rp. 80.000,-
-------------------------- Rp. 1.230.000,-
2.
BTKL : 16 hari
x 250 x Rp. 280,- Rp.
1.120.000,-
3.
BOP :
- BOP
(perbulan) :
- By. Adm. Umum Rp.
1.500.000,-
- By. Gaji Mandor & karyawan Tetap Rp.
1.750.000,-
- By. Gaji pimpinan Rp. 250.000,-
- By. Sewa
bangunan pabrik : Rp.
1.000.000,-
----------------------
Total
BOP Rp. 4.500.000,-
BOP akan dialokasikan sbb. :
-
Produksi 1
bulan : 30 x 250 biji = 7.500 biji
-
Jadi alokasi BOP perunit adalah : 4.500.000 / 7.500 = Rp. 600,-
Jadi dana yang dibutuhkan
untuk BOP selama periode perputaran :
16 harti x 250 x Rp. 600,- Rp. 2.400.000,-
Kas Minimum
……………………………………………………………….. Rp. 200.000,-
------------------
JUMLAH
KEBUTUHAN MODAL KERJA Rp.4.950.000,-
CASUS UNTUK LATIHAN :
Perusahaan ”Kalong yang memproduksi minuman sedang
diperhadapkan pada masalah penentuan besarnya modal kerja yang harus disiapkan
oleh manajer pada bulan September 2011, agar dapat melakukan kegiatan
operasinya dengan baik.
Saudara
diminta dapat membantu manajer perusahaan ini untuk menentukan
besarnya modal kerja yang harus disiapkan oleh perusahaan dalam Bulan September
2011, dengan bantuan data-data berikut ini :
-Biaya bahan baku
perunit Rp. 350,-
-Biaya bahan penolong
perunit Rp. 50,-
-Biaya tenaga kerja
langsung perunit Rp. 500,-
-Biaya Overhead Pabrik
terdiri dari :
*Biaya Adm. Dan Umum perbulan Rp. 2.000.000,-
*Biaya Gaji kayawan tetap
perbulan 5 orang @Rp. 1.000.000,-
*Biaya Gaji Pimpinan
perbulan Rp. 2.000.000,-
*Biaya Penyusutan gedung dalam satu tahun sebesar Rp.
24.000.000,-
Manajer perusahaan telah
mengambil kebijaksanaan sebagai berikut :
- Pada Bulan September 2011 akan memproduksi minuman sebanyak 3.500 unit perhari dengan jumlah hari kerja perbulan 30 hari.
- Pembayaran harga bahan baku kepada suplier dilakukan 10 hari sebelum bahan diterima, sedangkan pembayaran harga bahan penolong harus dilakukan 5 hari sebelum bahan diterima.
- Penjualan dilakukan secara kredit dengan syarat pembayaran 12 hari setelah barang diterima oleh langganan.
- Manajer menginginkan adanya uang kas minimal sebesar Rp. 550.000,-
- Proses produksi selama 2 hari.
- By. Pemeliharaan gedung Rp. 6.000.000,- pertahun
JAWABAN
KASUS LATIHAN :
I. Menentukan lamanya Modal kerja terikat pada setiap
unsur modal kerja :
a). Modal Kerja terikat
pada Bahan Baku dan Bahan penolong :
Bahan baku :
Persekot 10 hari
Proses
produksi 2 hari
Penjualan kredit 12
hari
Lama terikat 24
hari
Bahan penolong :
Persekot/panjar 5 hari
Proses
produksi 2 hari
Penjulaan Kredit 12
hari
Lama terikat 19 hari
b). Modal kerja terikat
dalam Tenaga kerja
langsung, dan BOP :
Proses
produksi :
2 hari
Penjualan
kredit 12 hari
Lama
Terikat 14 hari
II. Menghitung keutuhan dana yang akan ditanam dalam
setiap unsur modak kerja : (Dalam 1 Bulan) :
- Bahan baku : 24 hari x
3.500 x Rp. 350,- Rp. 29.400.000,-
- Bahan penolong : 19 hari x
3.500 x Rp. 50,- Rp. 3.325.000,-
- Tenaga kerja langsung
: 14 x 3.500 x Rp. 500,- Rp. 24.500.000,-
- BOP (perbulan) :
- By. Adm. Umum Rp.
2.000.000,-
- By. Gaji karyawan Tetap Rp.
5.000.000,-
- By. Gaji pimpinan Rp.
2.000.000,-
- By. Pemeliharaag Gedung :
6.000.000 / 12 Rp. 500.000,-
- By. Penyusutan Gedung :
24.000.000 / 12 Rp.
2.000.000,-
JUMLAH BOP Rp.
11.500.000,-
Jumlah Produksi satu bulan : 30 x 3.500 unit = 105.000 unit
Jadi BOP perunit : Rp. 11.500.000 /
105.000 = Rp. 109,52
Dana yang digunakan selama periode perputaran
adalah
14 x 3.500 x Rp. 109,52
= ...................................................... Rp. 5.366.480,-
- Persediaan Kas minimum
= ............................................................... Rp. 550.000,-
JUMLAH KEBUTUHAN MODAL
KERJA = .................................... Rp.63.141.480,-
TRADE – OFF
(KAITAN/HUBUNGAN) ANTARA PROFITABILITAS DAN RESIKO.
ASUMSI :
1.
Jenis
perusahaan yang akan dibahas adalah PERUSAHAAN INDUSTRI.
2. Kemampuan aktiva dalam
memperoleh hasil. Perusahaan industri diasumsikan akan memperoleh hasil yang lebih besar dari aktiva
tetapnya dibanding dengan aktiva lancar.
LIKUIDITAS,
menginginkan sebagian besar modal perusahaan tertanam dalam aktiva lancar, agar
perusahaan tidak mengalami kesulitan (Resiko) dalam membayar utang-utang jangka
pendeknya.
DILAIN PIHAK PROFITABILITAS,
menginginkan agar sebagian besar dana perusahaan dioperasikan atau
diinvestasikan dalam aktiva tetap, agar dapat memperoleh hasil yang lebih
tinggi.
3.
Biaya
modal
Perusahaan dapat memenuhi
kebutuhan modalnya dalam dua bentuk, yaitu : MODAL JANGKA PENDEK DAN MODAL
JANGKA PANJANG.
a.
SUMBER
MODAL JANGKA PENDEK (utang lancar) merupakan sumber modal yang murah biayanya
dibanding dengan SUMBER MODAL JANGKA PANJANG.
ANALISA PROFITABILITAS DAN RESIKO
Apabila perusahaan bermaksud untuk
meningkatkan keuntungan, maka peningkatan keuntungan tersebut akan diikuti oleh
resiko yang semakin besar, demikian juga sebaliknya kalau perusahaan mengurangi
resiko, akan diikuti oleh penurunan keuntungan.
Catatan
: Resiko yang dimaksud disini adalah
resiko tidak terjaminnya likuiditas perusahaan.
Pemilihan dari kedua alternatif ini dapat
dilakukan dengan perobahan-perobahan pada posisi aktiva perusahaan atau dengan
melihat Net Working Capital yang tersedia di dalam perusahaan.
PERUBAHAN-PERUBAHAN MODAL KERJA
I. PERUBAHAN PADA AKTIVA LANCAR
a). Pengaruh dari peningkatan aktiva
lancar.
Bilamana ratio aktiva lancar terhadap total aktiva meningkat, maka
profitabilitas dan resiko yang dihadapi akan menurun, sebab aktiva lancar
menghasilkan lebih sedikit dibanding dengan aktiva tetap (asumsi aktiva lancar
tetap).
b). Pengaruh dari penurunan aktiva
lancar.
Bilamana
ratio aktiva lancar terhadap total aktiva menurun, akan mengakibatkan
peningkatan profitabilitas dan resiko yang dihadapi oleh perusahaan, sebab
lebih banyak modal yang diinvstasikan dalam aktiva tetap yang dapat memberikan
profitabilitas yang lebih besar dibanding dengan aktiva lancar.
Contoh aplikasi :
Perusahaan BL mempunyai data neraca
sbb. :
Neraca per 31 Desember 2002
Aktiva lancar
Aktiva tetap
|
Rp. 270.000
Rp. 430.000
|
Utang Lancar
Ut.Jangk.panjang
Modal
|
Rp. 160.000
Rp. 240.000
Rp.
30.000
|
Total aktiva
|
Rp. 700.000
|
Total passiva
|
Rp. 700.000
|
Perusahaan BL dapat menghasilkan sebesar 6% dari aktiva lancarnya, dan 40%
dari aktiva tetapnya, maka jumlah penghasilan perusahaan adalah :
- Aktiva lancar : 6% x Rp. 270.000,- = Rp.
16.200,-
- Aktiva tetap : 40% x Rp. 430.000,- = Rp. 172.000,-
Total penghasilan = Rp. 188.200,-
- Net Working Capital (NWC) perusahaah adalah :
Rp.
270.000 - Rp. 160.000 =
Rp. 110.000,-
- Ratio aktiva lancar terhadap aktiva tetap
adalah :
270.000
----------------
x 100% = 38,6%
700.000
§
Apabila
perusahaan BL menurunkan aktiva lancar sebesar
Rp. 30.000,- dan jumlah ini ditambahkan kedalam aktiva tetap, maka
rationya sekarang adalah :
240.000
------------
x 100% =
34,3%
700.000
Dengan adanya penurunan ratio/komponen aktiva
lancar, maka penghasilan perusahaan akan meningkat menjadi :
- Aktiva lancar : 6% x Rp. 240.000,- = Rp.
14.400,-
- Aktiva tetap : 40% x Rp. 460.000,- = Rp. 184.000,-
Total
penghasilan =
Rp. 198.400,-
- Pada keadaan ini NWC adalah :
Rp. 240.000 – Rp. 160.000 =
Rp. 80.000,-
(menurun).
-
Keuntungan naik sebesar Rp. 198.400 – Rp. 188.200 = Rp. 10.200
§
Apabila
perusahaan BL menaikkan aktiva lancar dengan jalan menjual aktiva tetapnya
sebesar Rp. 30.000,- dan hasil penjualannya ditambahkan pada aktiva lancar,
maka rario aktiva lancar terhadap total aktiva sekarang adalah :
300.000
------------
x 100% =
42,86% (naik)
700.000
§
Keuntungan
yang diperoleh perusahaan adalah :
-
Aktiva lancar : 6% x Rp. 300.000,- =
Rp. 18.000,-
- Aktiva tetap : 40% x Rp. 400.000,- = Rp. 160.000,-
Total penghasilan =
Rp. 178.000,- (turun)
§
NWC : sebesar
Rp. 300.000 – Rp. 160.000 = Rp. 140.000,- (naik).
§ Penghasilan /
keuntungan turun sebesar Rp. 188.200 –
Rp. 178.000 = Rp. 10.200,- (sama dengan
di atas).
II. PENGARUH PERUBAHAN PADA HUTANG
LANCAR
Pengaruh dari perubahan hutang
lancar terhadap profitabilitas dan resiko yang dihadapi oleh perusahaan dapat
dilihat pada ratio antara Hutang Lancar dengan Total Aktiva.
Ratio ini menunjukkan : berapa besar
(%) total aktiva yang dibiayai oleh modal jangka pendek (Hutang Lancar).
a). Pengaruh dari Peningkatan Utang
Lancar :
Dengan
meningkatnya utang lancar, maka akan meningkatkan profitabilitas dan resiko,
dengan asumsi bahwa aktiva lancar tetap, berarti Net Working Capital akan
menurun. Hal ini berarti meningkatkan Resiko
yang dihadapi perusahaan.
b). Pengaruh dari Penurunan Utang
Lancar :
Penurunan dari ratio utang lancar
terhadap total aktiva akan menyebabkan menurunnya tingkat profitabilitas dan
resiko.
b.
penurunan
tingkat profitabilitas disebabkan karena
perusahaan menggunakan lebih banyak modal jangka panjang yang mempunyai Biaya
yang lebih tinggi dibanding modal jangka pendek.
c.
Namun
penurunan profitabilitas ini diikuti pula oleh menurunnya resiko, karena
semakin kecilnya hutang lancar, berarti
Net Working Capital semakin besar.
CONTOH :
Perusahaan BL mempunyai data neraca
sbb. :
Neraca per 31 Desember 2002
Aktiva lancer
Aktiva tetap
|
Rp. 270.000
Rp. 430.000
|
Utang Lancar
Ut.Jangk.panjang
Modal
|
Rp. 160.000
Rp. 240.000
Rp.
30.000
|
Total aktiva
|
Rp. 700.000
|
Total passiva
|
Rp. 700.000
|
§
Apabila
biaya modal jangka pendek diperkirakan 18% dan biaya modal jangka panjang 24%,
maka total biaya adalah :
- Hutang lancar : 18% x Rp. 160.000,- = Rp.
28.800,-
-
Hutang J.panjang : 24% x Rp.
240.000,- = Rp. 57.600,-
Total Biaya =
Rp. 86.400,-
§
Ratio
utang lancar terhadap Total aktiva :
160.000
------------
x 100% =
22,9% (turun)
700.000
§
Apabila
utang jangka pendek bertambah sebesar
Rp.30.000,- yang merupakan pengalihan dari utang jangka panjang, maka Total biaya pada keadaan ini adalah :
- Hutang lancar : 18% x Rp. 190.000,- = Rp.
34.200,-
-
Hutang J.panjang: 24% x Rp. 210.000,-= Rp.
50.400,-
Total Biaya =
Rp. 84.600,- (turun)
NWC sekarang : Rp. 270.000 –
Rp.190.000 = Rp. 80.000,-
§
Ratio
utang lancar terhadap Total aktiva :
190.000
------------
x 100% =
27,14% (naik)
700.000
Ø Sebaliknya perusahaan mengurangi Jumlah Utang
Jangka Pendek sebesar Rp. 30.000,- dan menggantinya dengan
hutang jangka panjang dengan jumlah yang sama, maka pengaruhnya adalah sbb. :
-
Hutang lancar : 18% x Rp. 130.000,- =
Rp. 23.400,-
-
Hutang j.Panjang : 24% x Rp. 270.000,-= Rp.
64.800,-
Total Biaya =
Rp. 88.200,- (naik)
Ø Namun NWC
meningkat menjadi Rp. Rp.270.000 – Rp. 130.000 = Rp.
140.000,- artinya semakin likuid.
Ø Ratio Hutang Lancar terhadap total aktiva :
130.000
------------
x 100% =
18,6% (turun)
700.000
Peningkatan
atau penurunan Biaya akan diikuti oleh perubahan yang sama dalam penghasilan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Jumlah kebutuhan modal kerja Rp.63.141.480 yg d jwaban contoh kasus itu dari mana yah ?
BalasHapus