Menurut pengertian bahasa, ilmu dapat diterjemahkan sebagai.
pengetahuan. Sehingga nama pengetahuan menceminkan adanya redudensi
peristilahan (words redudancy), yang tujuannya untuk
lebih menegaskan suatu makna, seperti jatuh ke bawah, naik ke atas dan lain
sebagainya. Ada dua jems pengetahuan, yaitu "pengetahuan ilmiah"
dan "Pengetahuan Biasa". Pengetahuan Biasa (knowledge)
diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti perasaan pikiran,
pengalaman, pancaindera dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa
memperhatikan objek, cara dan kegunaannya. Sedangkan "Pengetahuan
Ilmiah" (science) juga merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan
untuk mengetahui sesuatu, tetapi dengan memperhatikan obyek, cara yang
digunakan dan kegunaan dari pengetahuan tersebut. Dengan kata lain, pengetahuan
ilmiah memperhatikan obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan
aksiologis dari pengetahuan itu sendiri. Baik Science atau knowledge pada
dasamya keduanya merupakan hasil observasi pada fenomena alam atau fenomena
sosial. Dengan demikian, ilmu pengetahuan memiliki cakupan yang amat luas,
yaitu ilmu pengetahuan alam, sosial budaya dan seterusnya.
Penjelasan di atas, merupakan penjelasan umum ilmu dan
keterkaitannya dengan istilah Seins (Science) dan Knowledge, namun apabila
dilihat dari sisi bawah makna yang terkandung dalam kata ilmu perlu lebih
ditegaskan. Untuk menghindari kesalahpahaman, perlu dilakukan pambahasan
tentang peristilahan Sains dan ilmu. Seringkali istilah Sains (Science) dan
Ilmu ('Ilm) disepadankan, sehingga memberikan pensifatan yang sepadan pula
yaitu antara Scientific dengan ilmiah. Penyepadanan antara ilmu dengan Sains,
dimana Sains hanya berkaitan dengan obyek-obyek inderawi adalah menyempitkan
makna ilmu yang sebenamya. Konsekwensi dari penyepadanan tersebut adalah
mengeluarkan obyek-obyek yang tidak bisa diketahui, namun bisa dikenali
(Ma'rifah), seperti hal-hal yang terkait dengan "ke-Tuhanan"
dikeluarkan dari wilayah ilmu. Implikasi lebih jauhnya, tersirat dalam
penggunaan kata "Ilmiah" (Scientific).
Segala pernyataan yang tidak "ilmiah" (tidak
Sceintific) dianggap lebih rendah nilainya. Yang pada gilirannya berarti segala
ilmu yang bersumber dari agama yang tidak bisa "dibuktikan" secara
inderawi (masalah moral sebagai misal) menjadi tidak bernilai. Penyempitan
makna ini, baik secara sadar atau tidak, telah memberikan isyarat tentang
terjadinya proses penghapusan makna-makna ruhaniah (sekuralisasi) yang
sesungguhnya memang dimulai dari pemberian makna suatu bahasa.
Dalam pembahasan di sini, tidak.dilakukan perbedaan antara Sains dan Ilmu dan
tidak pula dilakukan penyempitan makna atau lingkup otoritas dari Sains.
Artinya Sains yang dimaksudkan di sini bisa memiliki otoritas cakupan sama
dengan yang dimiliki oleh limu.
Sains merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk
mengetahui sesuatu dengan memperhatikan objek (Otologi), cara (episteinologi)
dan kegunaaninya (aksiologi). Berangkat dari tiga kerangka tersebut, dengan
memanfaatkan kemampuan akal untuk memahami fenomena alam semesta (keseluruhan
ciptaan atau mahluk Allah) sebagai objek pemahaman yang pada akhirnya hasil
pemahaman tersebuti dipergunakan untuk memberikan nilai manfaat sebesar-besamya
bagi kemanusiaan.
Dalam perkembaiigan diskursus ilmu, daerah perbedaan yang sering
terjadi dalam Sains adalah pada Epistemologi dan Aksiologi. Perbedaan itu
terjadi di sekitar persoalan apakah sains itu bebas nilai atau surat nilai.
Bagi kita bangsa Indonesia, atau umumnya pada bangsa dari negara-negara yang
sedang berkembang persoalan mendasarnya bukanlah berada diskursus (discourse)
tentang apakah ilmu itu bebas atau sarat nilai. tetapi lebih mendasar yaitu
bagaimana kita bisa menguasai dan memanfaatkan ilmu untuk kemaslahatan
(kesejahteraan) masyarakat secara luas.
Para filosofi masih berbeda pendapat tenatng bagaimana
memperoleh Sains itu. Sehingga muncullah beberapa aliran antara lain :
Skeptisme, Academic Doubt, Rasionalisme, Empirisme dan Intuisi. Aliran-aliran
tersebut pada umumnya berbeda di dalam melihat fungsi dari panca indera dan
akal, seakan terjadi pertentangan antara citra inderawi (mahshushat) dengan
citra akliah (mu'qulat). Dalam dimensi keimanan, dari aspek aksiologinya,
penguasaan Sains semuanya harus bermuara pada Peningkatan Kualitas Keimanan
yang disimbolkan dengan. pengakuan kekuasaan Tuhan yang dalam konteks
penciptaan, bahwa segala ciptaan Tuhan tidak ada yang sia-sia. jadi ada
keterpaduan (koherenitas) antara penguasaan Sains dengan peningkatan 'kualitas
Keimanan. Di samping pengakuan akan kekuasaan Tuhan, munculnya rasa takut dan
permohonan -perlindungan dari kegagalan yang hakiki yaitu heraka.
Pengertian
Teknologi
Beberapa pengertian teknologi telah diberikan atara lain oleh
David L. GOETCH : people tools, resources ,to solve problems or to extend their
capabilities. Sehinga teknologi dapat dipahami sebagai "upaya" untuk
mendapatkan suatu "produk" yang dilakukan oleh manusta dengan
memanfaatkart peralatan (tools), proses dan sumberdaya (resources).
Pengertian yang lain, telah diberikan oleh Arnold Pacey
"The application os scientific and other knowledge to practical task by
ordered systems. that involve people and organizations, living things and
machines". Dari definisi ini nampak, bahwa teknologi tetap terkait pada
pihak-pihak yang terlibat dalain perencanaannya, karena itulah teknologi tidak
bebas organisasi, tidak bebas budaya dan sosial, ekonomi dan politik.
Definisi teknologi yang lain diberikan oleh Rias Van Wyk
"Technology is a "set of means" created by people to facilitate
human endeavor". Dari definisi tersebut, ada bebempa esiensi yang
terkandung yaitu :
- Teknologi terkait dengan ide atau pikiran yang tidak akan pernah berakhir, keberadaan teknotogi bersama dengan keberadaan budaya umat manusia.
- Teknologi merupakan kreasi dari manusia, sehingga tidak alami dan bersifat artificial
- Teknologi merupakan himpunan dari pikiran (set of means), sehingga teknologi dapat dibatasi atau bersifat universal, tergantung dari sudtit pandang analisis
- Teknologi bertujuan untuk memfasilitasi human endeavor (ikhtiar manusia). Sehingga tekno logi harus mampu merungkatkan performansi (kinreja) kemampuan manusia.
- Teknologi sebagai makna uiituk memenuhi suatu maksud di dalamnya terkandung apa saja yang dibutuhkan untuk merubah (mengkonversikan) sumberdaya (resources) ke suatu produk atau jasa.
- Teknologi tidak ubahriya sebagai pengetahuan, sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan (objective).
- Technologi adalah suatu tubuh dari ilmu pengetahuan dan rekayasa (Engineering) yang dapat diaplikasikan pada perancangan produk dan atau proses atau pada penelitian untuk mendapatkan pengetahuan baru.
7.3. Hubungan Ilmu Teknologi, Pengetahuan, Seni dan Agama
Proses Alir Teknologi (Technology Flow Process)
Suatu teknologi biasanya dimulai dari imajinasi baik secara individual atau kelompok dengan memanfaatkan sentuhan fenomena almn dan kebutuhan-kebutuhan praktis. Dari imajinasi tersebut seorang individu atau kelompok mengembangkan menjadi suatu temuan (Invention).
Daya invensi tersebut sangat dipengaruhhi oleh kreatifitas, kemampuan menangkap fenomena alam dan kebutuhan praktis dalam memenuhi kebutuhan hidup. Ujung dari semua itu terletak pada kualitas Sumber Daya Manusia, yang didalamnya pendidikan sebagai salah satu faktor yang sangat dominan. Hasil dari invensi tersebut memiliki dua kemungkinan yang pertama dapat "dikemas" untuk memenuhi kebutuhan pasar (marketed) dan yang kedua hasil invensi tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan atau tidak dapat dikomersialkan. Produk teknologi yang berada di pasar akan mengikuti "Siklus Teknologi" (Technology Cycle) yang diakhiri dengan masa kadaluwarsa (Obsolete) suatu produk teknologi.
Sedangkan Siklus Teknologi (Technology Cyclc,) terdiri dari 5 (lima) Fase yaitu : Fase Kesadaran (Awareness Phase), Fase Akuisisi (Acqtiuisition Phase), Fase Adaptasi (Adaptatio" Phase), Fase pengembangan (Advancement Phase) dan diakhiri dengan Fase Kedaluwarsa.(Abandonment Phase).
7.4. Multi Makna Penguasaan IPTEK
Terdapat koreksi yang kuat antara kemajuan suatu bangsa dan penguasaan IPTEK. Beberapa indikator dapat dijadikan sebagai tingkat penguasaan IPTEK antara lain ; Tingkat Literacy (melek huruf), Rasio jumlah tenaga ahli atau pakar terhadap jumlah populasi, jumiah anggaran (%) yang dialokasikan untuk kegiatan keilmuan (Riset dan Pengembangan). Jumiah karya ilmiah (karya tulis, patent dan lain sebagainya). Data berikut ini (tabel 7. 1) memberikan gambaran bagaiinana bangsa Indonesia masih harus beduang lebih serius dalam pe guasaan IPTEK.
Meskipun data tersebut relatif lama yaitu 12 (dua belas) tahun yang lalu, namun secara relatif data tersebut masih dapat dipergunakan untuk menggambarkan keadaan sekarang ini. Menurut Prof De Solla Proce, terdapat hubungan kesebandingan antara jumlah pakar (saintis dan insinyur) yang melakukan tiset dan pengembangan di suatu negara dengan GNP (Gross National Product atau Produk -National Bruto) per kapital.
Negara
|
US$ GNP/CAP
|
Pakar / juta penduduk
|
Pakar
/ juta per $ 1000 GNP / CAP
|
Amerika
Serikat
|
16.690
|
6.500
|
390
|
Perancis
|
9.540
|
4.500
|
472
|
Jerman Barat
|
10.925
|
3.000
|
275
|
Jepang
|
11.300
|
6.500
|
575
|
Belanda
|
9.290
|
4.500
|
484
|
Inggris
|
8.460
|
3.200
|
361
|
Pakistan
|
380
|
99
|
281
|
Indonesia
|
530
|
64
|
121
|
Nigeria
|
760
|
52
|
68
|
Turki
|
1.130
|
353
|
312
|
Iran
|
1.778
|
203
|
114
|
Israel
|
|
16.000
|
|
Pertanyaan / Diskusi :
- Jelaskan keterkaitan antara Ilmu dan Teknologi.
- Berikan beberapa contoh kasus suatu ilmu dengan menguraikan landasan Epistemologi, Ontologi dan Aksiologi.
- Jelaskan, inengapa dalam siklus suatu produk, pendifinisian produk (product definition) merupakan masalah yang paling krusial.
- Bagaimanakah pendapat Saudara tentang produk IPTN, yang jumlah terjualnya relatif rendah dan produk IPTN yang dibarter dengan Beras Ketan oleh Thailand dan Mobil Sedan Proton oleh Malaysia. Kalau dilihat dari.penguasaan Teknologi, apakah IPTN dikatagorikan memberikan makna pengembangan dan penguasaan Teknologi.
1. Gerard H. Gaynoi-, I-landbook of Technology Management, Mc Graw IEII, 1996.
2. Prof. A. Baiqui, Al Qur'an Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Dana Bhakti Wakaf, 1995.
3. Muhammad Null, 'I'eknologi Tepat Guna Sebagai Penunjang Ekonomi Kerakyatan, Dies Natalis XXXIV IKIP Surabaya, 17 Desember 1998.
7.5. Tinjauan Ilmu Secara Filsafat
- lstilah
ilmu dan pengetahuan dalam penggunaan sehari-hari (arti tersurat)
mempunyai banyak arti
1. sebagai pengetahuan pada umui-nnya (misal, ilmunya tinggi
2. sebagai cabang ilmu tertentu (misal, Antropologi, Geologi, Psikologi)
3. sebagai pengetahuan yang memberikan gagasan ilmu-ilmu kealaman (Natural Sciences) atau scring disebut Saixs dan Teknologi
Secara tersirat ilmu (science) mempunyai tiga makna yakni :Sebagai pengetahuan, sebagai aktivitas, dan sebagai metode.
Jadi ilmu merupakan suatu aktivitas tertentu yang menggunakan metode tertentu dan menghasilkan pengetahuaan tertentu - Suatu
ilmu senantiasa membahas suatu pokok soal (subject matter) tertentu yang
disebut obyek matereial yang bisa berupa ide abstrak (sifat bilangan) atau
benda fisis (misalnya geologi - obyek materialnya tanah, ilmu sosial -
obyek materiainya manusia, psikologi obyek materialnya juga manusia).
Tetapi obyek material saja tidak cukup untuk membedakan ilmu satu dengan yang lain, perlu titik usat minat / obyek formal (fociis of interest). Obyek material (manusia) bisa dibahas oleh Antropologi, biologic psikologi dan lain-lain. Obyek material (kekuasaan) bisa dibahas oleh ilmu politik, hukum, sosiologi Jadi misalnya psikologi - obyek materiainya manusia, obyek foi-malnya adalah kejiwaan.
Jadi Pengertian ilmu secara yang sesungguhnya (tersirat/konotatif) bisa dipahami dari ciri aktivitasnya, ciri metodenya dan ciri pengetahuannya. - Dengan
memiliki ilmu manusia dapat mencapai nilai kebenaran (ilmiah),
memahami aneka kejadian, meramalkan peristiwa yang akan terjadi bahkan menguasai alam untuk pemanfaatannya.
Untuk mendapatkan ilmu manusia menggunakan akalnya sebagai mahluk rasional yang memiliki do'rongan yang terus menerus dan mendalam guna memenuhi hasrat intelektual tersebut, dan ini tidak hanya menyangkut alam semesta dan diri sendiri, juga munculnya kebudayaan, masyarakat, melainkan perilaku, bahasa, dan berbagai segi kehidupan lainnya
Mengenai pemikiran rasional melainkan yang diartikan sebagai pernikiran yang mematuhi kaidah logika, bisa dibahas dalam bab Logika. - Sikap
ilmiah
Tujuan,pokok suatu ilmu adalah menemukan kebenaran, yaitu kebenaran ilmiah yang dapat ditemukan secara ilmiah atau dengan menggunakan Metode Ilmiah. Dalam proses menemukan kebenaran ilmiah ini dapat berkembang nilai-nilai lain yang sering dinamakan pola umum..Pemikiran Ilmiah yaitu kebenaran berfikir, kejujuran intelektual sikap obyektif, berpandangan terbuka dan sebagainya.
Mempunyai pemikiran ilmiah belum menjamin seseorang berkembang dalam menemukan kebenaran ilmiah tadi bila tidak didukung dengan sikap ilmiah. Sikap ilmiah bisa diartikan sebagai suatu kecenderungan pribadi seorang (ilmuwan) untuk berprilaku atau mcmberi tanggapan dalam hal-hal tertentu yang sesuai dengan pemikiran ilmiahnya atau tidak bertentangan dengan cita keilmuan pada umumnya.
Sikap ilmiah ini mempunyai ciri-ciri pokok yaitu :
· Keinginan mengetahui dan memahami.
· Kecondongan bertanya mengenai semua hal
· Kecondongan mencari data dan makna
· Kecondongan menuntut suatu pengujian
· Kecondongan memeriksa pangkal pikir,
· menyelidiki kesalahan atau kebenaran, dan kesimpulan logis.
· Penghargaan terliadap logika
1. bagaimana Ilmu itu dipahami secara baik dan benar ?
2. apa yang dibutuhkan untuk pemahaman "kebenaran ilmiah"
3. adakah kebenaran lainnya selain kebenaran ilmiah dan bagaimana penjelasannya
Referensi :
1. Susunan Ilmu Pengetahuan , CA Van Peursen (terjemahan), Gramedia, Jakarta
2. Kemmapuan Studi, No 21-26, tahun 1986 The Liang Gie 9id), Pusat Kemajuan Studi, Ygyakarta
3. Pengantar Filsafat Teknologi, The Liang Gie, 997, Penerbit andi, Jakarta
0 komentar