Posted by : sahdarullah
Jumat, 21 Agustus 2015
Pengertian
dan penjelasan tentang Ontologi
Sebelum kita mengkaji landasan ontologis dalam ilmu manajemen maka kita
akan mengkaji terlebih dahulu tentang masaalah ontology.Filsafat tentang tametata
physika Aristoteles berpusat pada to hei on,artinya pengada sekedar pengada.
Kata yunani on merupakan bentuk netral dari oon dengan bentuk negatifnya
ontos.kata itu adalah bentuk partisipasif dari kata kerja einai ( ‘ada’ atau
‘mengada’ ), jadi berarti yang-ada atau pengada. Maka objek material bagi
filsafat pertama itu terdiri dari segala-galanya yang ada. Dan dari segi formal
ha-hal itu di tinjau bukan menurut aspek ini atau itu yang terbatas, bukan juga
sekedar manusia atau dunia atau tuhan, tetapi menurut sifat atau hal
mengadanya. Oleh karena itu walaupun Aristoteles sama sekali belum mempergunakan
nama itu, filsafat pertama ini kemudian hari akan disebut ontology
Namun Aristoteles belum pula menyadari segala implikasi penemuannya itu.
Sebelum Aritoteles bagi plato sifat “ada” belum memiliki arti yang sangat
istimewa. Jika dalam karyanya sophists diterangkan jenis-jenis paling pokok
yang termuat dalam konsep-konsep pengertian, maka plato menyejajarkan “ada” dan
“tidak-ada” identik dan berlainan, bergerak dan tidak-bergerak. Dengan keliru
Aristoteles sendiri masih berpendapat bahwa “mengada” itu hanya merupakan salah
satu sifat di samping sifat-sifat lain, walaupun sekaligus merupakan dasar pula
untuk segala-galanya. Dan sesudah Aristoteles, Platinos juga hanya akan
mengikuti “mengada” sebagai sifat alam-dunia (physis) belaka. Menurut dia sifat
mangada itu di angkat dan di atasi oleh sifat “hidup” dan “berpikir”. Baru
Thomas Aquinas akan mengelola rumus Aristoteles sedemikian rupa, sehingga
mencapai kepadanya yang penuh, yaitu “mengada” sebagai sifat yang melengkapi
dan yang mendasari segala sifat lainnya.
Maka menurut hasil perkembangan lebih kemudian tentang arti ‘mengada” sebagai objek pemikiran filsafat pertama sebagai “ontologi” di akui menjadi ilmu yang paling universal.
Objeknya
meliputi segala-galanya dengan seada-adanya. Maka einai dan to on lambat laun
tidak hanya berarti “ada atau tidaknya” tetapi meliputi segala-galanya saja
menurut segala bagiannya (segi ekstensif) dan menurut segala aspeknya (segi
intensif). Namun dalam pengantar ini objek ontology belum dapat diperinci lebih
lanjut, baru akan menjadi lebih jelas dalam uraian (discours) seluruh ontologi
sendiri
Ontologi adalah suatu spesifikasi formal dan eksplisit dari
konseptualisasi yang
dapat
dibagi.Yang dimaksud dengan konseptualisasi adalah suatu model abstrak dari
fenomena-fenomena yang ada pada dunia nyata. Sedangkan kata eksplisit menunjukkan
bahwa tipe dari konsep-konsep yang ada berikut relasinya didefinisikan secara
terbuka dan dengan tujuan tertentu. Kata formal merujuk pada fakta bahwa suatu
ontologi haruslah bisa dibaca dan diakses oleh mesin (machine-readable and
accessible). Konseptualisasi tersebut dapat dibagi karena ontologi menangkap
pengetahuan-pengetahuan yang telah disetujui oleh suatu kelompok.
Ontologi
merupakan suatu deskripsi dari konsep-konsep dan hubungan-hubungan yang mungkin
ada bagi sebuah agent ataupun komunitas agent
Pengertian ontologi seperti yang telah dijelaskan oleh Tom Gruber
tersebut tidaklah mutlak. Terdapat beberapa pengertian lain yang telah
didefinisikan oleh pada ahli ontologi, diantaranya yaitu pengertian menurut Smith
B. (2005) yang menjelaskan bahwa:
Ontologi
adalah ilmu tentang definisi, jenis, dan struktur dari obyek, properti-properti,
kejadian-kejadian,proses-proses dan relasi-relasi yang ada dalam setiap area kenyataan.Untuk
sebuah sistem informasi ontologi dapat diartikan sebagai suatu representasi
dari beberapa keberadaan awal domain kenyataan, dimana ontologi
tersebut Merefleksikan properti-properti yang dimiliki oleh obyek dalam domain dengan suatu cara tertentu sehingga dihasilkan suatu korelasi sistematik antara kenyataan dengan representasi itu sendiri.
tersebut Merefleksikan properti-properti yang dimiliki oleh obyek dalam domain dengan suatu cara tertentu sehingga dihasilkan suatu korelasi sistematik antara kenyataan dengan representasi itu sendiri.
Dapat
dimengerti oleh domain
expert.Cara penyusunannya memungkinkan ontologi tersebut untuk mendukung
pemrosesan informasi secara otomatis.
Ontologi
menjelaskan berbagai macam hal yang ada dalam suatu domain masalah, termasuk di
dalamnya properti, konsep, aturan, serta bagaimana relasi-relasinya, dimana
penjelasan tersebut akan mampu mendukung model referensi standar yang
dibutuhkan dalam integrasi data.
Objek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada
dataran studi filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika.
Istilah ontologi banyak di gunakan ketika kita membahas yang ada dalam konteks
filsafat ilmu.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
Dari
beberapa pengetahuan di atas dapat di simpulkan bahwa;
1.Menurut
bahasa, ontology ialah berasal dari bahasa yunani, On/Ontos=ada, logos=ilmu.Jadi,Ontlogi
adalah tentang ilmu yang ada.
2.
Menurut istilah, ontology ialah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada,
yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak.
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan
kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi
filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) “ada” itu (being Sein, het zijn).
Paham monoisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham
dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang
pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai
apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat
konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal
seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum
membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf
yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang
merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya
bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka
(sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).Hakekat
kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang:
1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak.
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak.
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
Secara sederhana ontologi bisa
dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara
kritis. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme,naturalisme,empirisme.Naturalisme di dalam seni
rupa adalah usaha menampilkan objek realistis dengan penekanan seting alam. Hal
ini merupakan pendalaman lebih lanjut dari gerakan realisme pada abad 19
sebagai reaksi atas kemapanan romantisme. Salah satu perupa naturalisme di
Amerika adalah William Bliss Baker, yang lukisan pemandangannya dianggap
lukisan realis terbaik dari gerakan ini. Salah satu bagian penting dari gerakan
naturalis adalah pandangan Darwinisme mengenai hidup dan kerusakan yang di
timbulkan manusia terhadap alam.
Pertama-tama pada latar filsafat diperlukan dasar ontologis dari ilmu
manajemen. Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan manajemen melalui pengalaman
pancaindra ialah dunia pengalaman manusia secara empiris baik yang berupa
tingkat kwalitas maupun kwantitas hasil yang dicapai. Objek materi ilmu
manjemen ialah sisi manajemen yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan,
yaitu, Perencanaan,pengorganisasian,Pengerahan(motivasi,kepemimpinan,pengambilan
keputusan,komonikasi,koordinasi,dan negoisasi serta pengembangan organisasi)
dan pengendalian (Meliputi Pemantauan,penilaian, dan pelaporan).
1.ObjekFormal.
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan
kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan
menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme,
idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. Yang natural ontologik akan diuraikan
di belakang hylomorphisme di ketengahkan pertama oleh aristoteles dalam bukunya
De Anima. Dalam tafsiran-tafsiran para ahli selanjutnya di fahami sebagai upaya
mencari alternatif bukan dualisme,tetapi menampilkan aspek materialisme dari
mental.
Menurut
aspek-aspek yang di selidiki, objek-objek material dapat di khususkan lagi.
Misalnya manusia saja dapat di pandang secara matematis, fisis, biotic, psikis
dan sebagainya. Mereka di bedakan menurut objek formal, ataupun menurut
kepadatannya, yaitu menurut aspek intensitas. Maka muncullah pertanyaan :
Apakah terdapat suatu ilmu pengetahuan yang begitu padat (mendalam), sehingga
serentak membicarakan segala aspek atau sudut formal yang ada dalam objek
(material) mana saja? Ilmu pengetahuan sedemikian itu (andaikata ada) akan
bersifat paling intensif (padat), dan akan memuat segala aspek penyelidikan
ilmiah mana saja.
2.ObjekMaterial
Menurut hal-hal yang di selidiki, di kembangkan ilmu pengetahuan
mengenai manusia, mengenai binatang, tumbuhan, laut, atom, dan sebagainya.
Mereka di bedakan menurut objek material, ataupun menurut keluasannya, yaitu
menurut aspek ekstensif. Maka layaklah bahwa timbul pertanyaan: Apakah ada
suatu ilmu pengetahuan begitu umum, sehingga serentak meliputi dan membicarakan
segala-galanya yang ada? Ilmu pengetahuan sedemikian itu (andaikan ada) akan
bersifat paling ekstensif, dan akan merangkum segala objek (material)
penyelidikan ilmiah manasaja.
Pengertian
dan penjelasan tentang Epistemologi.
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat
dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya
pengetahuan, sedangkan logos lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan
sistematik.
Dengan
demikian epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai
pengetahuan. Webster Third New International Dictionary mengartikan
epistemologi sebagai “The Study of method and ground of knowledge, especially
with reference to its limits and validity”. Paul Edwards, dalam The Encyclopedia
of Philosophy, menjelaskan bahwa epistemologi adalah “the theory of knowledge.”
Pada tempat yang sama ia menerangkan bahwa epistemologi merupakan “the branch
of philosophy which concerned with the nature and scope of knowledge, its
presuppositions and basis, and the general reliability of claims to knowledge.”
Epistemologi juga disebut logika, yaitu ilmu tentang pikiran. Akan
tetapi, logika dibedakan menjadi dua, yaitu logika minor dan logika mayor.
Logika minor mempelajari struktur berpikir dan dalil-dalilnya, seperti
silogisme. Logika mayor mempelajari hal pengetahuan, kebenaran, dan kepastian
yang sama dengan lingkup epistemologi.Gerakan epistemologi di Yunani dahulu
dipimpin antara lain oleh kelompok yang disebut Sophis, yaitu orang yang secara
sadar mempermasalahkan segala sesuatu. Dan kelompok Shopis adalah kelompok yang
paling bertanggung jawab atas keraguan itu.
Oleh karena itu, epistemologi juga dikaitkan bahkan disamakan dengan
suatu disiplin yang disebut Critica, yaitu pengetahuan sistematik mengenai
kriteria dan patokan untuk menentukan pengetahuan yang benar dan yang tidak
benar. Critica berasal dari kata Yunani, krimoni, yang artinya mengadili,
memutuskan, dan menetapkan. Mengadili pengetahuan yang benar dan yang tidak
benar memang agak dekat dengan epistemelogi sebagai suatu tindakan kognitif
intelektual mendudukkan sesuatu pada
tempatnya.Jika diperhatikan,batasan-batasan di atas nampak jelas bahwa hal-hal
yang hendak diselesaikan epistemologi ialah tentang terjadinya pengetahuan,
sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, validitas pengetahuan, dan kebenaran
pengetahuan.
Masalah epistimologi bersangkutan dengan pertanyaan-partanyaan tentang
pengetahuan. Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan, kita tidak akan
mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat di
ketahui.Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu pengetahuan
setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistimologi. Kita mungkin terpaksa
mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan, atau mungkin sampai
kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanyalah kemungkinan-kemungkinan
dan bukannya kepastian, atau mungkin dapat menetapkan batas-batas antara
bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian yang mutlak dengan
bidang-bidang yang tidak memungkinkannya.
Dalam penyelesaiaan masalah epistimologi hendaknya kita mempelajari
naskah psikologi yang baik dalam bab-bab mengenai pengindraan, pencerahan,
penyimakan dan pemikiran, karena di dalam suatu penyelesaian yang di sarankan
terhadap masalah, bahan-bahan keterangan yang terdapat di dalam naskah tersebut
harus di perhitungkan Makna pengetahuan jika di katakan masalah epistimologi
bersangkutan dengan pertanyaan tentang pengetahuan, apakah yang kita maksudkan
dengan pengetahuan? Di misalkan saya berkata “Saya mempunyai pengetahuan
tentang kenyataan bahwa Caesar telah di bunuh”, atau “Saya tahu siapa yang
membunuh Cock Robin.” Tepatnya, apakah yang saya maksudkan? Yang pertama di
antara kedua pernyataan tersebut dapat di singkat membacanya,”Saya tahu Bahwa
Caesar di bunuh”. Dapatlah kiranya di mengerti bahwa kapanpun kita mempunyai
pengetahuan, maka pengetahuan itu merupakan pengetahuan mengenai sesuatu.
Demikianlah di dalam kedua kalimat tersebut, terdapat fakta-fakta: Caesar telah
di bunuh dan Cock Robin di bunuh oleh seseorang yang saya ketahui.
Pengertian dan penjelasan tentang Aksiologi.
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang
berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi
dipahami sebagai teori nilai.
Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada
pemikiran atau suatu sistem seperti politik, social dan agama. Sistem mempunyai
rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai satu bentuk
pengendalian terhadap satu institusi dapat terwujud.Perkembangan yang terjadi
dalam pengetahuan ternyata melahirkan sebuah polemik baru karena kebebasan
pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa kita sebut sebagai netralitas
pengetahuan (value free). Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada
keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value baound. Sekarang mana
yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan
pada keterikatan nilai.Bagi ilmuwan yang menganut faham bebas nilai kemajuan
perkembangan ilmu pengetahuan akan lebih cepat terjadi. Karena ketiadaan
hambatan dalam melakukan penelitian. Baik dalam memilih objek penelitian, cara
yang digunakan maupun penggunaan produk penelitian. Sedangkan bagi ilmuwan
penganut faham nilai terikat, perkembangan pengetahuan akan terjadi sebaliknya.
karena dibatasinya objek penelitian, cara, dan penggunaan oleh nilai.
Kendati demikian paham pengetahuan yang disandarkan pada teori bebas nilai ternyata melahirkan sebuah permasalahan baru. Dari yang tadinya menciptakan pengetahuan sebagai sarana membantu manusia, ternyata kemudian penemuannya tersebut justru menambah masalah bagi manusia. Meminjam istilah carl Gustav Jung “bukan lagi Goethe yang melahirkan Faust melainkan Faust-lah yang melahirkan Goethe”.
Kendati demikian paham pengetahuan yang disandarkan pada teori bebas nilai ternyata melahirkan sebuah permasalahan baru. Dari yang tadinya menciptakan pengetahuan sebagai sarana membantu manusia, ternyata kemudian penemuannya tersebut justru menambah masalah bagi manusia. Meminjam istilah carl Gustav Jung “bukan lagi Goethe yang melahirkan Faust melainkan Faust-lah yang melahirkan Goethe”.
Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan
estetika. Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan
sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma
dan adat istiadat manusia.Etika merupakan salah-satu cabang filsafat tertua.
Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa Sokrates dan para
kaum shopis. Di situ dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan,
keadilan dan sebagianya. Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh
Franz Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Isi dari
pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah
norma-norma, adat, wejangan dan adat istiadat manusia. Berbeda dengan norma itu
sendiri, etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan,
melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar.
Tujuan dari etika adalah agar
manusia mengetahi dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.Dalam
perkembangan sejarar etika ada empat teori etika sebagai sistem filsafat moral
yaitu, hedonisme, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah
padangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan.
Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan. Dan tujuan
manusia adalah kebahagiaan. Selanjutnya utilitarisme, yang berpendapat bahwa
tujuan hukum adalah memajukan kepentingan para warga negara dan bukan
memaksakan perintah-perintah ilahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak
kodrati. Selanjutnya deontologi, adala h pemikiran tentang moral yang
diciptakan oleh Immanuel Kant. Menurut Kant, yang bisa disebut baik dalam arti
sesungguhnya hanyalah kehendak baik. Semua hal lain disebut baik secara terbatas
atau dengan syarat. Misalnya kekayaan manusia apabila digunakan dengan baik
oleh kehendak manusia. Sementara itu, cabang lain dari aksiologi, yakni
estetika dibahas dalam sesi lain. yang jelas, estetika membicarakan tentang indah
dan tidak indah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar