Posted by : sahdarullah
Sabtu, 19 September 2015
Ada empat hal yang
menjadi key success factors (KSF)
dalam mengelolah suatu bisnis, agar mendapat celupan nilai-nilai moral yang
tinggi. Untuk memudahkan mengingat, kita singkat dengan SAFT, yaitu :
1. Shiddik (benar
dan jujur)
2. Amanah (terpercaya,
kredibel)
3. Fathanah (cerdas)
4. Thabligh (komunikatif)
Keempat
SKF ini “shiddiq, amhanah, dan thablig” merupakan sifat-sifat Nabi
Muhammad Saw. Yang suda sangat dikenal dikalangan ulama, tapi masi jarang
diimplementasikan khususnya dalam dunia bisnis.
Shiddiq
Shiddik adalah sifat Nabi Muhammad Saw.,
artinya “benar dan jujur”. Jika seorang
pemimpin, ia senantiasa berperilaku benar dan jujur dalam sepanjang
kepemimpinannya. Benar dalam mengambil keputusan-keputusan dalam perusahaan
yang bersifat strategis, menyangkut visi/misi, dalam menyusun objektif dan
sasaran serta evektif dan efisien dalam implementasi dan operasionalnya
dilapangan. Sebagai pemimpin perusahaan, ia selalu jujur, baik kepada company (pemegang saham), cultomer (nasabah), competitor (pesaing), maupun kepada people (karyawan sendiri), sehingga bisnis ini benar-benar berjalan
dengan prinsip-prinsip kebenaran dan kejujuran..
Jika ia seorang pemasar, sifat shiddiq (banar dan jujur) haruslah
menjiwai seluruh perilakunya dalam melakukan pemasaran, dalam berhubungan
dengan pelanggan, dalam bertransaksi dengan nasabah, dan dalam membuat
perjanjian dengan mitra bisnisnya. Ia senantiasa mengedepankan kebenaran
informasi yang diberikan dan jujur dalam menjelaskan keunggulan produk-produk
yang dimiliki. Sekiranya dalam produk yang dipasarkan terdapat kelemahan atau
cacat, maka ia menyampaikan secara jujur kelemahan atau cacat dalam produknnya
kepada calon pembeli. Inilah bisnis syari’ah yang diwarnai oleh sifat shiddiq nya Nabi Muhammad Saw.,
sebagaimana beliau juga mencontohkan hal yang sama ketika melakukan perdagangan
yang suda banyak dibahas didepan.
Rasulullah Saw. Adalah mahkluk Allah yang paling
sempurna dalam hal kejujuran. Pada awal kerasulannya Muhammad Saw. Perna
bertanya sekalian beliau kukatakan bahwa dibalik bukit ini mereka, “Ya, engkau
tidak perna disangsikan. Belum perna kami melihat engkau berdusta”.
Jawaban orang Quraisy itu
disampaikan secara spontan karena yang bertanya adalah Muhammad ibn Abdullah.
Sosok yang selama ini mereka gelari dengan al-amin ini, karena gelar al-amin ini keluar dari mulut orang-orang Quraisy. Padahal, sejarah
pencatat bahea peradaban Quarisy saat
itu dan jazirah arab umumnya berada ditengah peradaban jahiliah. Sebuah
peradaban yang sudah tidak bias lagi membedakan antara yang hak (benar) dan
(batil) salah. Namun kejujuran Muhammad
ibn Abdullah tidak luntur oleh peradaban disekelilingnya. Justru
orang-orang yang hidup diperadaban jahiliah itu (Quraisy) secara suka rela
memberikan penghargaan kepada kejujuran Muhammad dengan menggelarinya al-amin.
Sikap jujur berarti selalu
melandaskan ucapan, keyakinan, serta
perbuatan berdasarkan ajaran Islam. Tidak ada kontradiksi dan
pertentangan yang disengaja antara ucapan dan perbuatan. Oleh karena itulah,
Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk senantiasa memiliki sifat shiddiq dan juga dianjurkan untuk
menciptakan lingkunan yang shiddiq. Sebagaimana firman Allah Swt., “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (QS
Al-Taubat [9]: 119).
Selain itu dalam sebuah hadis
Rasulullah Saw. Bersabda, “Hendaklah
kalian jujur (benar) karena kejujuran mengantarkan kepada kebaikan. Dan
kebaikan akan mengantarkan kedalam surga. Seseorang yang selalu berusaha untuk
jujur akan dicatat oleh Allah sebagai orang jujur. Dan jauhilah skalian oleh
kamu sekalian dusta (kidzib), karena dusta itu akan mengantarkan kepada
kejahatan. Dan kejahatan akan mengantarkan kedalam neraka seseorang yang selalu
berdusta akan dicatat oleh Allah sebagai pendusta (HR Al-Bukhari).
Alangkah indahnya jika kita bias
menjalankan bisnis dengan sifat shiddiq dan
memengaruhi lingkungan bisnis kita dengan sifat siddiq. Kekotoran, kezaliman, kemunafikan, penipuan, dan
keserakahan akan lenyap dengan menghidupkan sifat-sifat shiddiq di benak semua pelaku bisnis.
Dalam dunia bisnis, kejujuran bias
juga ditampilkan dalam bentuk kesungguhan dan ketepatan (mujahadah dan itqan), baik ketepatan waktu, janji, pelayanan,
pelaporan, mengakui kelemahan dan kekurangan (tidak ditutup-tutupi) yang
kemudian diperbaiki secara terus-menerus, serta menjauhkan diri dari berbuat
bohong dan menipu (baik kepada diri sendiri, teman sejawat, perusahaan maupun
mitra kerja). Tarmasuk memberikan informasi
yang penuh kebohongan adalah iklan-iklan di media tulis dan elektronik.
Bisnis yang dipenuhi kebohongan dan manipulasi seperti ini insyah Allah tdk
akan mendapat rahmat dan barokah dari Allah Swt.
Akan
tetapi, perlu menjadi catatan pula bagi para profesional bisnis syari’ah bahwa berbekal kejujuran saja
dalam menjalankan suatu bisnis tuntu tidaklah cukup. Sekirahnya bekal kejujuran
saja cukup menjadi syarat bagi seseorang untuk ditunjuk menjadi pemimpin, maka
Abu Dzar Al-Ghifari (sahabat Nabi Muhammad Saw yang paling jujur) pasti telah
mendapat amanat untuk pemimpin pemerintahan dari Nabi Muhammad Saw.
Ibn
Taimiyyah mengatakan, sesungguhnya Abu Dzar r.a. adalah sahabat yang paling
saleh dalam hal amanat dan kejujuran (daripada Khalid ibn Wahid), tetapi
Rasulullah Saw. Sendiri bersabda kepadanya, “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya aku melihat dirimu itu lemah, dan sesungguhnya aku mencintai untuk kamu
atas sesuatu yang kamu mencintainya untuk diriku : janganlah kamu memerintah
dua orang dan menjadi wali bagi harta anak yatim!” (HR Muslim)
Padahal
sebuah kesaksian mengatakan, “sesungguhnya tidak terdapat dikolong langit dan
di atas bumi orang yang paling jujur perkataannya melebihi Abu Dzar”.
Amanah
Amanah artinya adapat “dipercaya
“, bertanggung jawab dan kredibel , dan amanah bisa juga bermakna keinginan
untuk memenuhi sesuatu sesuai dengan ketentuan.diantara nilai-nilai yang
terkait dengan kejujuran dan melengkapinya adalah amanah. Ia juga merupakan
salah satu moral keimanan. Seorang pebisnis haruslah memiliki sifat amanah
karena allah menyebutkan sifat orang-orang mukmin yang beruntung adalah yang
dapat memelihara amanat yang diberikan kepadanya. Allah SWT. Berfirman ,” dan orang –orang yang memelihara
amanat-amanat dan janji-janjinya “(QS Al–Mu’Minun [23] :8 ).
Konsekuensi amanah adalah
mengembalikan setiap hak kepada pemiliknya ,baik sedikit ataupun banyak, tidak
mengambil lebih banyak dari pada yang ia miliki, dan tidak mengurangi hak orang
lain, baik itu berupa hasil penjualan ,fee, jasa atau upah buruh.
Amanah juga memiliki tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan padanya.amanah dapat
ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, dan pelayanan yang optimal kepada
nasabah. Allah SWT .berfirman, “
sesungguhnya allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya ,dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu.sesungguhnya allah maha melihat lagi maha mendengar “.(
QS AL –NISSA [4]: 58.
Rasulullah Saw .bersabda, “bahawa amanah akan menarik rezeki dan
sebaliknya khianat akan mengakibatkan kekafiran”. (HR Al – Dailami ).
Sifat amanah ini akan membentuk
kredibilitas yang tinggi dan sikap penuh tanggung jawab pada setiap individu
muslim. Kumpulan individu dengan kredibilitas yang tinggi akan melahirkan
masyarakat yang kuat ,karena dilandasi oleh saling percaya antara
anggotanya.sifat amanah memainkan peranan yang fundamental dalam ekonomi dan
bisnis, karena tanpa kredibilitas dan tanggung
jawab ,kehidupan ekonomi dan bisnis akan hancur.
Dalam praktik perdagangan yang islami , dikenal adanya
istilah “ perdagangan atas dasar amanah“.dalam akad –akad tijarah yang menggunakan prinsip mudharabah,murabahah,syirkah,dan wakalah, diperlukan komitmen semua pihak atas amanah yang diberikan
kepadanya. Adanya salah satu pihak yang khianat atas amanah yang dipercayakan
kepadanya bisa mengakibatkan pembatalan akad perjanjian. Misalnya, pihak
pengelola ternyata menggunakan dana tersebut untuk memperkaya diri sendiri,atau
untuk bisnis yang diharamkan allah Swt. Karena itu, rasulullah Saw. Mengatakan,
“allah azza wa jalla berfirman : “ aku adalah pihak ketiga dari kedua belah
pihak yang berserikat selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati
temannya. Jika salah satu dari keduanya telah mengkhianati temannya , aku
berlepas diri dari keduanya “. ( HR Abu Dawud ).
Dalam riwayat lain disebutkan , “ tangan allah menyertai kedua orang
berserikat selama salah satu dari keduanya tidak mengkhianati yang lain.
Apabila dari salah satu keduanya telah mengkhianati temannya, dia mengangkat
kembali tangan- Nya dari keduanya “. ( HR Al- Duruqhutni ).
Integritas seseorang akan terbentuk dari
sejauh mana orang tersebut dapat memelihara amanah yang diberikan kepadanya.
Pebisnis yang baik adalah yang mampu memelihara integritasnya ,dan integritas
yang terpelihara akan menimbulkan kepercayaan (trust ) bagi nasabah, mitra bisnis,bahkan semua stakeholder dalam suatu bisnis.dari
sinilah, bisnis yang didasarkan dengan nuansa syariah akan bangkit, sepanjang
sifat-sifat nabi muhammad Saw .tadi menjadi jiwa dari perilaku bisnisnya.
Fathanah
Fathanah
dapat diartikan sebagai intelektual, ‘kecerdikan atau kebijaksanaan ‘. Pemimpin
perusahaan yang fathanah artinya pemimpin yang memahami,mengerti dan menghayati
secara mendalam segala hal yang menjadi tugas
dan kewajibannya.
Sifat fathanah
dapat dipandang sebagai strategi hidup setiap muslim, karena untuk mencapai
sang pencipta, seorang muslim harus mengoptimalkan segala potensi yang
diberikan olehnya. Potensi paling berharga dan termahal yang hanya diberikan
pada manusia adalah akal ( intelektualitas ). Karena itu ,allah dalam Al-Quran
selalu menyindir orang-orang yang menolak seruan untuk kembali (tobat)
kepadanya dengan kalimat “Apakah kamu
tidak berpikir ? Apakah kamu tidak menggunakan akalmu ? allah menciptakan siang
dan malam, menjadikan gunung-gunung ,tanaman-tanaman yang berbeda sebagai tanda
kebesaran-Nya bagi kaum yang berpikir. “Allah Swt .berfirman , “dan dialah tuhan yang membentangkan bumi
dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya.dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan. Allah
menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kebesaran allah) bagi kaum yang memikirkan “(QS Al –Ra’d [13] : 3 ).
Salah satu
ciri orang yang paling bertakwa adalah orang paling mampu mengoptimalkan
potensi pikirnya. Dalam Al-Quran, orang yang senantiasa mengoptimalkan potensi
pikirnya biasa disebut ulu al-albab,
yaitu orang yang iman dan ilmunya berinteraksi secara seimbang (Dynamic Equilibrium ).
Allah Swt. bahkan Memberikan peringatan
keras kepada orang –orang yang tidak
menggunakan akalnya, “dan tidak seorang
pun akan beriman kecuali dengan izin allah ; dan allah menimpakan kemurkaan
kepada orang-orang yang tidak
mempergunakan akalnya.’’ (QS Yunus [10] : 100 ).
Dalam bisnis, implikasi ekonomi sifat
fathanah adalah bahwa segala aktivitas dalam manajemen suatu perusahaan harus
dengan kecerdasan, dengan mengoptimalkan semua potensi akal yang ada untuk
mencapai tujuan. Memiliki sifat jujur, benar, dan bertangguang jawab tidak
cukup dalam mengelola bisnis secara profesional. Para pelaku bisnis syariah
juga harus memiliki sifat fathanah , yaitu sifat cerdas, cerdik, dan bijaksana
agar usahanya labih efektif dan efisien serta mampu mengalisis situasi persaingan
(competitive setting ) dan
perubahan-perubahan (change) di masa
yang akan datang.
Kecerdasan yang dimaksudkan disini adalah
juga kecerdasan spiritual seperti yang dikatakan,Ary Ginanjar dalam bukunya
yang sangat terkenal dan laris, yaitu : “ kemampuan untuk memberi makna ibadah
terhadap setiap perilaku kegiatan,
melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia
seutuhnya ( hanif ) ,dan
memiliki pola pemikiran tauhid (Inte-gralistik ), serta berprinsip hanya karena allah.’’
Sifat fathanah
juga ini juga akan menumbuhkan kreaktivitas dan kemampuan untuk melakukan
berbagai macam inovasi yang bermanfaat. Kreaktif dan inovatif hanya mungkin dimiliki ketika seorang selalu berusaha
untuk menambah berbagai ilmu pengetahuan dan informasi, baik yang berhubungan
dengan pekerjaannya maupun perusahaan secara umum. Sifat fathanah
(perpaduan antara ‘Alim dan hafidz ).
Telah mengantarkan Nabi Yusuf a.s .dan tim ekonominya berhasil membangun
kembali negeri mesir .” berkata Yusuf , ‘
jadikanlah aku bendaharawan negara (mesir).sesungguhnya aku adalah orang yang
pandai menjaga lagi berpengetahuan “ ( QS Yusuf [12]:55 ). Dia lalu diberi
jabatan sebagai menteri keuangan mesir. Dengan tim ekonominya, dia kemudian kembali membangun mesir yang sudah
dijurang kehancuran karena krisis ekonomi , kembali bangkit menjadi negara yang
surplus dan makmur.
Sifat fathana pulalah seperti yang
diriwayatkan Imam Al Bukhari yang mengantarkan Nabi Muhammad Saw .( sebelum
menjadi nabi ) mendapat keberhasilan dalam
kegiatan perdagangan. Kita mesti mampu mengadopsi sifat ini jika ingin
menjadi seorang pebisnis yang sukses di masa depan, terutama dalam menghadapi
situasi persaingan ( Competitive Setting
) yang bukan hanya rumit (Complicated)
dan canggih (Sophisticated ), tetapi
bahkan kadang-kadang menghadapi situasi yang kacau (Chaos ) . kita juga harus mempunyai kecerdasan memprediksi situasi
persaingan global kedepan dengan kemajuan dengan teknologi komunikasi yang
demikian pesat, yanh sudah tidak mengenal batas garis wilayah dan teritorial
suatu negara.
Saat ini kita dapat berkomunokasi dan
melakukan transaksi bisnis ke mancanegara hanya melalui perangkat komputer di
dalam kamar tidur kita ; tanpa harus kekantor , bertemu klien secara langsung
atau malah meninjau perusahaan klien yang ada di negara tertentu. Di sini sifat
fathanah kita perlu optimalkan.
Tabliq
Sifat tabliq hartinya komunitatif dan argumentatif .
Orang
yang memiliki sifat tabliqh,akan menyampaikan dengan benar (berbobot) dandengan tutur kata yang tepat (bi
Al-hikmah) jika merupakan seorang pemimpin dalam dunia bisnis, ia haruslah menjadi seseorang yang mampu mengkomunikasikan visi dan misinya dengan benar kepada karyawan dan stakeholder lainya .
Jika seorang pemasar ,ia harus menyampaikan keunggulan-keunggulan produknya dengan jujur dan tidak harus berbohong dan tidak menipu pelanggan. Diaharus menjadi komunikator yang baik dan bias berbicara benar dan bi Al- hikmah
(bijaksana dan tepat sasaran) kepada mitra bisnisnya. Kalimat-kalimat yang
keluar dari ucapannya “terasa berat’’ dan berbobot. Al-Qur’an menyebutnya dengan istilah qaulansadidun
(pembicaraan yang benar dan berbobot). Allah
berfirman “Hai orang-orang yang beriman ,bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (qaulansadidun) ,nisca ya allah akan memeperbaiki bagimu amal-amalmu -dosamu.
Dan barangsiapa menaati
Allah danRasul-Nya,maka sesunggunya ia telah mendapatkan kemenangan yang
besar”(Qs Al-ahzab[33]:7071).
Dalam ayat lain disebutkan “oleh karena itu ,hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (qaulansadidan)”(Qs
Al-nisa[4]:9)
Picthall,
seorang ahli komunikasi menerjemahkn kata-kata
qaulqnsadi dan dengan dua cara.
Pada
surah al-ahzabayat 70-71, ia menerjemehkan dengan speak words
straight to the point (bicaralah langsung kepada pokok persoalanya),tetapi pada surah Al-nisaayat
29,ia menerjemakannya dengan
speak justly (
bicaralah yang benar). Keduanya menyampaikan makna yang tepat untuk kata sadidan
,demikian pendapat jalaludin rakhmat.
Orang
yang mendapat hidaya dari Allah Swt. Memiliki pembicaraan
yang ”benar”, berbobot , dan benar (qaulansadidan).Mereka biasanya adalah
orang-orang yang ibadanya baik, ahlaknya baik ,tidak pernah meninggalkan tahajud, dan dalam bermuamalah pun selalu terpelihara dari bisnis yang
transaksinya terlarang.
Alangkah mulianya jika dalam mengelola bisnis kita memiliki pemimpin, karyawan , atau pemasar yang
bisa di percayaan karena kesalehan dan kejujurannya yang di
cintai karna kepribadian dan kecerdasannya ,sehingga bias menjadi panutan bagi siapa saja yang berinteraksi denganya. Kata-katanya selalu menjadi rujukan dan di dengarkan karna mengundang kebenaran dan memiliki makna yang dalam. Antisipasinya jauh kedepan menjangkau masa yang akan dilalui suatu bisnis.
Lebih dari itu, seorang pembisnis islami selain harus memiliki gagasan-gagasan segar, juga harus mampu mengomunikasika ngagasan-gagasannya secara tepat dan mudah di pahai oleh siapapun yang mendengarkan
. Dalam bahasa AlQuran disebut dengan bi al-hikma. Allah Swt, berfirman ‘’serulah (manusia) kepada jalanTuhanmu dengan hikma
(bi al hikma) dan pelajaran
yang baik , bantah mereka dengan cara yang baik, sesungguhnyaTuahnmu yang lebih mengetauhi tentanng siapa yang tersesat dari jalan –Nya dialah yang maha mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk
“(Qs Al –Nahl[16:125]).
Disini juga tersirat makna bahwa selain harus bi al- hikma dan penyampaian yang baik,
seorang pemimpin juga harus mampu berargumentasi, berdialog, dan berdiskusi dengan baik. Karena itu, kami menganggap sifat tabliq hini merupakan salah satu key success
factors dalam mengolola bisnis di masa depan.
Sifat tabliqh dengan bahasanya yang bi
al-hikma, artinya berbicara dengan orang lain
dengan sesuatu
yang mudah dipahaminya dan diterima oleh akalnya, bukan berbicara sesuatu yang sulit di
mengerti .Ali R.A. pernah mengatakan ,” Ajaklah manusia berbicara dengan sesuatu yang mereka pahami, dan tinggalkan apa yang ( tidak mereka mengerti) .Apakah kamu ingin Allah dan Rasul-Nya di dustakan ?
Termasuk dalam kategori bi al-hikmah adalah berdiskusi melakukan presentasi bisnis dengan orang lain
dengan bahasa
yang mudah dimengerti sehingga orang tersebut mudah memahami pesan bisnis yang ingin kita sampaikan. Allah berfirman , ”kami tidak mengutus seorang –seorang Rasul pun ,melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya dia dapat member penjelasan dengan terang kepada mereka ”(Qs Ibrahim[14];4).
Pengertianya kini bukan sekedar bahwa orang-orang Cina hendaknya diajak bicara dengan bahasa Cina atau orang-orang Rusia harus menggunakan bahasa Rusia, tetapi maksud yang lebih dalam dari pemahamanya kini adalah bahwa orang-orang
berpendidikan diajak berbicara dengan bahasa yang lebih ilmiah, orang-orang
awam dengan bahasa yang lebih sederhana mudah di pahami, serta orang-orang
bisnis dengan menggunakan bahasa bisnis.
Kita harus memahami budaya mitra bisnis kita, jika dia orang JawaTimur, pakailah gaya bahasa Timuran , yang terkeaan yang
lebih bebas, akrab, tanpa harus menjaga tata karma dan tutur kata yang lembut seperti ketika ketemirekan bisnis yang berasal dari Jawa Tengah, sekalipun mereka sama-sama orang jawa. Penyampaian yang benar telah disesuaikan dengan lawan bicara kita, niscaya akan menambah daya saing perusahaan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
makasih atas referensinya membantu sekali :)
BalasHapus