Posted by : sahdarullah
Sabtu, 05 September 2015
Jakarta | Ketua Umum Badan Amil Zakat
Nasional (Baznas) Didin Hafidhuddin mengatakan, penekanan sistem ekonomi Islam berbeda dengan sistem
ekonomi kapitalis,
terutama dalam bidang keadilan dan pemerataan yang menjadi dampaknya. "Ekonomi yang kapitalistik menekankan
kepada pertumbuhan, bukan pada pemerataan, sedangkan ekonomi Islam
menekankan kepada kedua-duanya, baik pertumbuhan maupun pemerataan," kata
Didin dalam Peringatan "100 Tahun Buya Hamka"
di Masjid Agung Al Azhar Jakarta Selatan, (15/02).
Didin memaparkan, ekonomi Islam membolehkan seseorang
memiliki harta sebanyak-banyaknya, tetapi juga harus diingat bahwa harta tersebut juga harus
dipergunakan untuk kepentingan umat.
Ia juga menyayangkan bila harta yang
terdapat di dalam masyarakat hanya tersebar di satu kelompok tertentu saja seperti para konglomerat.
"Harta jangan hanya terpusat pada
kelompok yang kaya saja, tetapi harus dibagikan secara adil kepada mereka yang berhak menerimanya," katanya kepada
ratusan peserta acara tersebut.
Didin juga menegaskan, ekonomi Islam juga sangat berbeda
dengan sistem
komunis yang secara teori sama sekali tidak memperbolehkan adanya kepemilikan pribadi. Namun, lanjutnya, dalam praktiknya harta
kekayaan di negara komunis lebih banyak dikuasai oleh para penguasanya seperti yang terjadi pada negara Uni Sovyet
dahulu. Didin juga mengimbau agar umat Islam jangan bergantung
secara ekonomis kepada pihak lain karena bila itu terjadi maka umat dapat diombang-ambing dengan mudah.
"Umat Islam akan dipandang dengan hormat ketika
membangun dengan kekuatan sendiri, tetapi bila bergantung kepada pihak lain maka umat akan dengan mudah
dipermainkan," katanya.
Menurut dia, krisis yang menimpa bangsa
Indonesia bukanlah karena kemiskinan ekonomi, tetapi lebih pada kemiskinan rohani dan spiritual. Untuk itu, ia mengajak kepada umat agar
memiliki etos kerja yang tinggi sehingga dapat bangkit secara rohaniah dan spiritual dan memiliki kepercayaan diri
untuk membangun negara ini menjadi negeri yang sejahtera.
Mengenai definisi negara sejahtera, Didin
mengutip Hamka yang mengatakan bahwa masyarakat yang sejahtera baru benar-benar terwujud bila warganya terbebas
dari kemusyrikan, tercukupi kebutuhan hidupnya, dan terpenuhi rasa amannya. (ant)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar