Posted by : sahdarullah
Senin, 30 September 2013
PERILAKU DAN MOTIF PEMBELI
Pokok Bahasan ini melipui :
·
Pengaruh
distribusi pendapatan pada pembelian konsumen
·
Pengaruh
pola pengeluaran pada pembelian konsumen
·
Teori-teori
tingkah laku pembeli
·
Pengaruh
kebudayaan, klas sosial dan faktor psikhologis terhadap tigkah laku pembeli
·
Proses
pembelian
·
Motif
dan riset motivasi
·
Teknik-teknik
dalam riset motivasi
1. PENGARUH DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA PEMBELIAN
KONSUMEN
Orang
itu sendiri tidak menciptakan suatu pasar; tetapi mereka harus mempunyai uang
untuk belanja. Dapatdikatakan mereka harus mempunyai uang untuk belanja. Dapat dikatakan bahwa uang yang mereka
miliki merupakan pendapatan atau penghasilan. Dalam hal ini, penghasilan dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu : 1. penghasilan uang, dan 2. penghasilan
riil.
·
Penghasilan uang adalah sejumlah uang yang di terima oleh seseorang
sebagai upah, gaji, sewa, bunga, dan dividen.
·
Penghasilan rill adalah penghasilan berupa uang yang diterima oleh
seseorang sesuai dengan pengeluarannya. Jika penghasilan uang seseorang naik 5%
dalam satu tahun tetapi pengeluaran meningkat 8%, maka penghasilan riil menjadi
turun 3%.
Pada pokoknya, jumlah penduduk dan jumlah
keluarga dapat digolongkan ke dalam tiga tingkatan menurut jumlah penghasilan
yang mereka terima. Namun,
penggolongan tersebut sangat relative karena lebih menekankan pada segi
kualitatifnya.
Golongan
pasar ini adalah :
1.
pasar yang berpenghasilan
rendah.
2.
pasar yang berpenghasilan
menengah.
3.
pasar yang berpenghasilan
tinggi.
Masing-masing
golongan sulit ditentukan secara tepat berapa jumlah penghasilannya. Misalnya,
pasar yang berpenghasilan rendah meliputi orang-orang dengan penghasilan Rp
10.000,- per bulan ke bawah. Atau dapat pula ditentukan sebagai kelompok
orang-orang yang berpenghasilan kurang dari Rp. 15.000,- sebulan. Demikian pula pada golongan pasar
yang lain, criteria jumlah penghasilannya dapat berbeda-beda sesuai dengan
pengamatan dan pendapatan seseorang. Pembelian masing-masing golongan
berbeda-beda, baik jumlah maupun jenisnya. Pasar yang berpenghasilan tinggi
l;ebih banyak menggunakan penghasilan mereka untuk membeli barang mewah. Sedangkan pasar yang berpenghasilan
menegah dan rendah umumnya tidak demikian.
2. PENGARUH POLA PENGELUARAN PADA PEMBELIAN
KONSUMEN
Sekarang,
masalah distribusi pendapatan ini kita kaitkan dengan pola pengeluaran keluarga
karena keduanya mepunyai hubungan yang erat. Pola pengeluaran akan berbeda-beda
sesuai dengan tahap-tahap siklus kehidupan keluarga, dan tergantung pada
pengasilan keluarga.
Ernst
engel, seorang ahli statistic berkebangsaan jerman, berdasarkan penelitiannya
(lebih seabad yang lalu) tentang pola pengeluaran konsumen dalam hubungannya
dengan tingkat pendapatan keuarga telah
berhasil membuat sebuah rumusan, yang dikenal dengan hukum engel. Hukum tersebut menyatakan bahwa :
Apabila Pendapatan Keluarga Meningkat, Maka :
§ presentase
pengeluaran untuk pangan berkurang,
§ persentase
pengeluaran untuk sandang tidak banyak berubah,
§ persentase
pengeluaran untuk perumahan juga tidak banyak berubah,
§ persentase
pengeluaran untuk keperluan lain-lain seperti rekreasi, pendidikan, kesehatan,
dan sebagainya meningkat.
Hukum
Engel tersebut dapat memberi latar belakang yang luas, dan bagian pemasaran
dari sebuah perusahaan dapat mengadakan analisa pasar untuk produk atau jasa
yang ditawarkannya. Ingat definisi “pasar” di muka! Meskipun seseorang memiliki
kemauan untuk membelanjakan uanganya, namun jumlah pengeluarannya sangat
dibatasi oleh tingkat penghasilan yang diterimanya. Selain itu, jumlah keluarga
ataupun tahap-tahap dalam siklus kehidupan dalam keluarga sangat berpengaruh
terhadap pola pengeluaran keluarga tersebut.
Setiap
tahap dalam siklus kehidupan keluarga mempunyai pola pengeluaran yang
berbeda-beda.sepasang pengantin muda yang belum mempunyai anak, akan lebih
banyak menggunkan pendapatannya untuk rekreasi, pakaian , mobil, sepeda motor. Apabila
keluarga tersebut sudah mempunyai anak, maka pengeluarannya lebih banyak
digunakan untuk perlengkapan rumah seperti alat pencuci, televisi, dan
perlengkapan bayi. Setelah anak menjadi besar, mak pengeluaran untuk makan,
pakaian, pendidikan dan saran hiburan menjadi lebih besar. Pada tahap terakhir,
dimana hanya tinggal seorang diri sebagai duda atau janda, mak semua macam
pengeluaran menjadi lebih berkurang.
3. TEORI-TEORI TINGKAH-LAKU PEMBELI
Perlu diketahui adanya berbagai macam
factor yang dapat memberikan alas an mengapa seorang membeli suatu produk.
Selai jenis produk, factor demografi, dan factor ekonomi; factor psikhologis
juga dapat mempengaruhi pembelian seseorang. Termasuk psikhologis ini dapat:
motif, sikap, keyakinan, minat, kepribadian, angan-angan, dan sebagainya.
Menejemen
perlu mempelajari factor-faktor tersebut agar program pemasarannya dapat lebih
berhasil. Selain itu, kedaan keluarga dalam kelompok lain juga perlu dipelajari
(hubungan entern mereka, sikap mereka dan penyebaran informasi diantara mereka)
karena kelompok tersebut juga dapat mempengaruhi tingkah laku pembeli.
Sebuah
alasan mengapa orang membeli produk tertentu (product buying motive)atau membeli pada penjual tertentu (patronage
motive)merupakan factor yang sangat penting bagi penjual dalam menentuakn
program promosi yang efektif, disain produk, harga, saluran distribusi yang
efektif, dan beberapa aspek lain dari program pemasaran perusahaan.
Motif
pembelian dapat dikelompokkan kedalam beberapa tingkatan yang berbeda dimana
pembeli menyadari akan motif-motif pembeliannya dan kesediaan mereka untuk
memberitahukannya. Kelompok-kelompok tersebut adalah :
§ kelompok pembeli yang mengetahui dan bersedia memberitahukan motif
pembelian mereka terhadap produk tertentu.
§ Kelompok tersebut yang mengetahui alas an merekanuntuk membeli
produk tertentu, tetapi tidak bersedia memberitahukannya. Misalnya seorang
wanita membeli kosmetik tidak bersedia memberitahukannya motif pembeliannya. Bilamana ditanya, ia kakan mengemukakan
alas an yang lain karena merasa malu diketahui orang lain. Sebenarnya, motif
pembelian kosmetik bagi wanita pada umumnya adalah untuk mempercantik diri.
§ Kelompok pembeli yang tidak mengetahui
motif pembelian sesungguhnya terhadap produk tertentu. Biasanya,
motif pembelian mereka sangat sulit diketahui.
Jarang sekali suatu penmbelia hanya
didorong oleh satu motif. Adapun motif-motif yang menjadi factor pendorong
suatu pembelian antara lain: motif biologis, sosiologis, ekonomis, agama, dan
sebagainya.apabila dalam suatu keadaan yang mana seseorang memiliki beberapa
motif, maka motif-motif tersebut dapat saling memperkuat, atau justru saling
bertentangan.selain bersifat komplek, motif pembelian seseorang juga
berubah-ubah sesuai dengan perjalanan waktu. Perilaku mereka juga
berubah–ubah karena adanya perubahan
usia, pendapatan dan factor lainya. Kita dapat memahami lebih dalam tentang perilaku
pembeli ini dengan mempelajari beberapa model teori, seperti: 1. teori ekonomi
mikro,2.teori psikologis,3. teori sosiologis, dan 4.teori antropologis.
Sebenarnya, tidak ada teori prilaku
pembeli yang diakui secara umum karena masing-masing memiliki pengetahuan
khusus dan hanya dapat ditarapkan dalam situasi yang berbeda.
1.
Teori Ekonomi Mikro
Teori
ekonomi mikro atau teori ekonomi mikro klasik ini dikembangkan oleh ahli-ahli
ekonomi klasik seperti adam smith dan
kawan-kawanya. Mereka mendasarkan pada suatu pengertian bahwa orang itu adalah
ekonomis, rasional, dan pada setiap saat ia bertindak kerena tertarik pada
sesuatu. Kemudian teori ini disempurnakan oleh ahli-ahli ekonomi neoklasik, terutama Alfred
marshall.konsep tersebut menganut teori kepuasan marjinal (marginal
utility) yang menyatakan bahwa konsumen akan meneruskan pembelianya terhadap
suatu produk untuk jangka waktu yang lama, karena telah mendapatkan kepuasan
dari produk yang sama yang telah dikonsumsinya. Dalam hal ini, kepuasan yang
didapatkannya sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang
diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk lain.
Teori
ini didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu:
a)
Bahwa konsumen selalu mencoba
untuk memaksimumkan kepuasannya dalam batas-batas kemampuan finansialnya
b)
Bahwa ia mempunyai pengetahuan
tentang beberapa alternative sumber untuk memuaskan kebutuhannya.
c) Bahwa ia selalu bertindak dengan rasional
Faktor psikologis dan sosiologis yang
sebenarnya juga dapat mempengaruhi prilaku konsumen tidak termasuk dalam model
tersebut. Meskipunu sering dijumpai banyaknya konsumen yang bertindak dengan
rasional, namun banyak pula yang berprilaku dengan tidak rasional atau
berperilaku maenurut sekehendak/dorongan hatinya. Perilaku semacam ini disebut perilaku yang tidak direncanakan ( impulse
behavior). Dengan adanya perilaku yang tidak direncanakan ini akan sulit
bagi menejemen dalam menentukan besarnya kepuasan konsumen terhadap suatu
produk.
Konsep
marginal utility ini sering pula digunakan oleh pembeli industri sebagai dasar
dal mengambil keputusan untuk membeli semua atau sebagian barang. Sedangkan
bagi konsumen rumah tangga, model ekonomi ini sering menentukan keputusan
pembelian mereka pada saat membeli barang –barang yang berharga mahal, seperti
mobil.
2.
Teori Psikhologis
Ada beberapa teori yang termasuk dalam
teori psikhologis ini yaitu: (a). teori
belajar (learning theory) dan (b) teori
psikhoanalistis (psychoanalytic theory).
a.
Teori belajar
Teori belajar ini lebih menekankan
pada tindakan penafsiran dan peramalan.jadi, penafsiran dan peramalan terhadap
proses belajar konsumen merupakan kunci untuk mengetahui tingka laku
pembeliannya.beberapa prinsip yang terkandung dalam teori belajar ini adalah:
§ Stimulus response theory ( teori rangsangan tanggapan)
Teori ini mula–mula dikemukakan
oleh psikholog-psikholog seperti Pavlov, skinner, dan hull dengan mengadakan
percobaan-percobaan pada binatang. Mereka berpendapat bahwa proses belajar itu
merupakan suatu tanggapan dari seseorang (atau binatang) terhadap suatu
rangsangan yang dihadapinya. Mereka mengadakan percobaan pada binatang (
anjing) dengan memberikan sesuatu rangsangan ; kemudian mereka memberikan
hadiah sebagai pemuas kebutuhan(daging) untuk tanggapan yang betul, dan memberi
hukuman (pukulan) atas tanggapan yang salah. Rangsangan tersebut diulang-ulang
sampai mendapatkan tanggapan yang sama dan betul secara terus menerus. Akhirnya
akan muncul suatu kebiasaan dan tingkahlaku tertentu. Jadi, disini terdapat tingkahlaku yang dpelajari (learned
behavior).
Teori ini dapat dterapkan
pada usaha-usaha pemasaran perusahaan seperti bidang periklanan. Jika
perusahaan ingin memperoleh tanggapan dari konsumen tentang produknya, maka
perusahaan harus mengadakan periklanan secara terus menerus. Selain itu,
pengamatan dan sikap juga dapat menpengaruhi tanggapan konsumen terhadap
periklanan yang berulang-ulang.
§ Cognitive theory (teori
kesadaran)
Dalam S-R (Stimulus Response Theory)
diatas, tingkahlaku merupakan hasil yang positif atau negative dari suatu
tanggapan, dan tidak ada variable-variabel lain yang turut mempengaruhinya.
Oleh karena itu, S-R teori ini dapat diibaratkan sebagai mesin. Sedangakn pada
cognitive theory, proses belajar itu dipengaruhi oleh factor-faktor seperti :
-
Sikap,
-
Keyakinan,
-
Pengalaman masa lalu, dan
-
Keinsyafan mengetahui bagaiman
memanfaatkan suatu keadaan untuk mencapai tujuan.
Para ahli
cognitive theory lebih menekan pada proses pemikiran seseorang karena sangat
menentukan dalam pembentukan pola perilakunya.
§ Gestalt dan field theory
(teori bentuk dan bidang
“Gestalt” (istilah bahasa jerman)
dapat berarti “pola”, “bentuk”, atau “ujud”. Teori bentuk (gestalt theory)ini
memendang proses balajar dan tingkahlaku secara keseluruhan. Jadi berlawanan
dengan pendekatan secara individual dalam S-R theory. Pengamatan, pengalaman
masa lalu, dan pengarahan tujuan merupakan variabel yang menentukan terhadap
tingkahlaku. Juga diasusiakan bahwa orang-orang bertingkahlaku karena mempunyai
suatu tujuan.
Kurt
lewin telah mengemukakan teori bidang (field theory) untuk menyempurnakan
teori bentuk. “bidang” atau “ruang linkup” seseorang merupakan variable yang
sangat terpenting dalam teori ini. Dalam variable tersebut termasuk pula factor
lingkunagn yang dapat mempengaruhi tingkahlaku seseorang dan memuaskan
kebutuhannya. sebagai contoh :pada acara iklan dilayar televisi, ada seseorang
yang memakai baju putih (seperti baju dokter), mengiklankan sebuah merk tapal
gigi. Dalam hal ini, para penonton dapa beranggapan bahwa diaadalah seorang
dokter. Cara seperti dapat mengikat konsumen karena yang mengiklankan adalah
seorang dokter meskipun sebenarnya belum tentu seorang dokter.
§ Teori psikhoanalitis
Teori psikhoanalitis ini dikemukakan
oleh Sigmund freud. Dalam teorinya,
ia terpengaruh dari kodisi pekerjaannya. Ia menyatakan bahwa tingkahlaku itu
dipengaruhi oleh adanya keinginan yang terpaksa dan adanya motif yang
tersembunyi. Jadi, teori yang dikemukakan menyangkut kepribadian seseorang. Tindakan
seseorang yang tidak direncanakan akan mudah sekali menimbulkan akibat-akibat
yang kurang baik. Namun tidak berarti bahwa akubat yang ditimbulakn selalu
tidak baik; dapat pula terjadi sebalikanya. Misalnya, sebuah contoh dapat kita
lihat pada perilaku pembelian dari orang-orang yang tinggal di kotabesar
seperti Jakarta.
Mereka membeli sesuatu karean ingin dipandang lebih kaya dari orang lain.
b. Teori Psikhoanalitis
Teori Psikhoanalitis ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Dalam
teorinya ia lebih banyak terpengaruh dari kondisi pekerjaannya. Ia mengatakan
bahwa tingkah laku itu dipengaruhi oleh adanya keinginan yang terpaksa dan
adanya motif yang tersembunyi. Jadi teori yang dikemukakan menyangkut
kepribadian seseorang. Tindakan seseorang yang tidak direncanakan akan mudah
sekali menimbulkan akibat-akibat yang kurang baik. Namun tidak berarti bahwa
akibat yang ditimbulkan selalu tidak baik. Dapat pulan terjadi sebaliknya.
3.
Teori Sosiologis
Teori psikologis yang
telah kita bahas dimuka, ditujukan dan dipusatka pada individu beserta
lingkungannya. Dalam teori sosiologis yang dikemukakan oleh para ahli sosilogis
ini lebih menitikberatkan pad hubungan dan pengaruh antara individu-individu
yang dikaitkan dengan tingklahlaku mereka. Jadi, lrbih mengutamakan pada
perilaku kelompok, bukannya perilaku individu. Analisanya diarahkan pada kegiatan-kegiatan
kelompok, seprti keluarga, teman-teman sekerja, perkumpulan olahraga, dan
sebagainya.
4. Teori Anthropologis
Teori anthropologis ini
juga menekankan tingkah laku pembelian dari suatu kelompok masyarakat. Namun,
kelompok-kelompok masyarakat yang lebih di utamakan dalam teori antropologis
ini bukannya kelompok kecil seperti keluarga, tetapi kelompok besar atau
kelompok yang ruang lingkupnya sangat luas. ( kelompok paling besar ), subkultur ( kebudayan
daerah ), dan klas-klas social. Di sini, menejemen dapat menggunakan teori
antropologis dalam mempelajari akibat-akibat yang ditimbulkan oleh
factor-faktor tersebut terhadap tingkah laku konsumen
4. PENGARUH
KEBUDAYAAN, KLAS SOSIAL DAN FAKTOR PSIKOLOGI TERHADAP TINGKAHLAKU PEMBELI
Kebudayaan
dan klas-klas social yang beranggotakan para individu sendiri, mempunyai
pengaruh besar terhadap perilaku mereka dalam melakukan pembelian suatu barang.
Selain itu, factor-faktor psikologis seperti : pengalaman, kepribadian, sikap
dan kepercayaan, serta konsep tentang diri sendiri, juga tidak sedikit
pengaruhnya terhadap konsumen.
1. KEBUDAYAAN
Kebudayaan ini sifatnya sangat luas,
dan menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Oleh staton, kebudayaan ini didevinisikan sebagai berikut
: kebudayaan ini adalah symbol dan fakta yang komplek, yang di ciptakan oleh
manusia, di turunkan dari generasi kegenerasi sebagai penentu dan pengatur
tingkah laku manusia dalam masyarakat yang ada.
Symbol tersebut dapat bersifat tidak
kentara ( seperti : sikap, pendapat, kepercayaan, nilai, bahasa, agama ) atau
dapat pula bersifat kentara ( alat-alat, perumahan, produk, karya seni, dan
sebagainya ). Setiap orang dapat merasakan lapar, tetapi apa yang harus dimakan
dan bagaimana caranya untuk memuaskan rasa lapar tersebut, semua ini terdapat
didalam kebudayaan. Jadi, dalam kenyataan memang banyak perilaku manusia yang
di tentukan oleh kebudayaan; dan pengaruhnya akan selalu berubah setiap waktu
sesuai dengan kemajuan/perkembangan jaman dari masyarakat tersebut.
2. KLAS SOSIAL
Faktor sosial kebudayaan lain yang
dapat mempengaruhi pandangan dan tingkahlaku pembelian adalah klas social. Pada
pokoknya, masyarakat kita ini dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan,
yaitu:
§ Golongan atas
Yang termasuk dalam klas ini antara lain : pengusaha-pengusaha kaya,
pejabat-pejabat tinggi.
§ Golongan menengah
Yang termasuk dalam klas ini antara lain :karyawan instansi
pemerintah, pengusaha menengah
§ Golongan rendah
Yang
termasuk dalam klas ini antara lain :buruh-buruh pabrik, pegawai rendah, dan pedagang
kecil.
Pembagian masyarakat ke dalam tiga golongan di atas
bersifat relative kareana sulit dikuantifikasikan secara pasti. Dasar yang
dipakai dalam penggolongan ini adalah :tingakat pendapatan, macam perumahan,
dan lokasi tempat tinggal. Dalam kenyataannya, masing-masing klas mempunyai
tingkat kebahagian sendiri-sendiri. Oleh karena itu tidak dapat selalu
menganggap bahwa klas atas lebih bahagia atau lebih superior daripada klas
menengah dan klas rendah.
Diantara klas-klas tersebut
juga terdapat perbedaanperbedaan secara psikhologis. Ini kelihatan jelas sekali pada saat mereka
memberikan tanggapan yang berbeda-beda terhadap iklan perusahaan. Keanggotaan
seseorang dalam suatu klas dapat mempengaruhi tingkahlakunya dalam pembelian.
Pada umumnay, seseorang dari golongan rendah akan menggunakan sejumlah uangnya
denag cermat dibandingkan dengan orang lain dari golongan atas yang menggunakan
uangnya dalam jumlah sama besar. Dalam memilh penjual, golonag atas lebih
cenderung memasuki dan berbelanja di toko yang paling baik.
3.
KELOMPOK REFERENSI KECIL
Kelompok reperensi kecil ini juga
mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembeliannya, dan sering dijadikan
pedoman oleh konsumen dalam bertingkahlaku. Oleh karena itu, konsumen selalu
mengawasi kelompok tersebut baik tingkahlaku fisik maupun mentalnya. Termasuk
kelompok reperensi keci antara:serikat buruh, tim atletik, perkumpulan agama,
lingkungan tetangga, dan sebagainya. Masing-masing kelompok biasanya mempunyai pelopor opini (opinionlearder) yang
dapat mempengaruhi anggota-anggotanya dalam membeli sesuatu. Interaksi mereka
sering di lakukan secara individual (misalnya dengan bertemu muka), sehingga
seseorang mudah terpengerahu oleh orang lian untuk membeli sesuatu.
Kadang-kadang, nasehat orang lain tersebut lebih berpengaruh dari pada iklan di
majalah, surat
kabar, televise, atau media yang lain. Selain itu, norma kelompok juga ikut
mempengaruhi masing-masing anggota kelompok.
Dalam
hal ini, menejer pemasaran perlu mengetahui siapa yang menjadi pelopor opini
dari suatu kelompok, sebab pelopor opini ini dapat mempengaruhi para anggota
kelompok bersangkutan. Seorang pelopor opini dari suatu kelomopok dapat menjadi
pengikut opini (opinion follower) dalam kelompok yang lain
4.
KELUARGA
Dalam keluarga, masing-masing
anggota dapat berbuat hal yang berbeda untuk membeli sesuatu. Setiap anggota
keluarga memiliki selera dan keinginan yang berbeda. Anak-anak misalnya, tidak
selalu menerima apa saja dari orang tua mereka, tetapi menginginkan juga
sesuatu yang lain. Apa lagi
anak-anak yang suda besar, keinginan mereka semakin banyak. Namun demikian ada
kebutuhan keluarga yang di gunakan oleh seluruh anggota,seperti : mebel,
televise, almari es, dan sebagainya.
Oleh karena itu, menejer pemasaran
perlu mengetahui sebenarnya :
·
Siapa yang mempengaruhi
keputusan untuk membeli
·
Siapa yang membuat keputusan
untuk membeli
·
Siapa yang melakukan pembelian
·
Siapa pemakai produknya
Keempat hal tersebut dapat di lakukan oleh
orang yang berbeda, atau dapat pula di lakukan oleh satu atau beberapa orang.
Suatu saat seorang anggota keluarga dapat berfungsi sebagai pengambil
keputusan, tetapi pada saat yang berlainan ia dapat berbuat sebagai pembelinya.
Sering dijumpai bahwa keputusan untuk membeli di buat bersama-sama antara suami
dan istri; kadang-kadang anak juga termaksud, terutama unutk membeli kebutuhan seluruh
keluarga.
Mengenai siapa yang melakukan pembelian,
akan mempengaruhi politik pemasaran perusahaan dalam hal produk yang
dihasilkannya, saluran distribusi, harga, dan promosinya.
5.
PENGALAMAN
Pengalaman
dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkahlaku. Pengalaman dapat
di peroleh dari semua perbuatannya di masa lalu atau dapat pula dipelajari,
sebab dengan belajar seseorang dapat memperoleh pengalaman. Penmafsiran dan
peramalan proses belajar konsumen merupakan kunci untuk mengetahui perilaku
pembelinya. Di sini, kita dapat menggunakan teori belajar (lihat di muka) yang
terdiri atas : a. stimulus-response theory, b. cognitive theory, dan c.gestalt
serta field theory.
6.
KEPRIBADIAN
Telah banyak
sekolah-sekolah psikhologi yang mempelajari tentang kepribadian manusia.
Meskipun belum ada definisi tantang keperibadian
yang diakui secara umum, namun kita perlu memperoleh batasannya.kepribadian dapat
didefinisikan sebagai pola sifat indifidu yang dapat menentukan tanggapan untuk
bertingka laku. Sebenarnya pengaruh sifat kepribadian konsumen terhadap
pandangan dan perilaku pembeliannya adalah sangat umum.
Untuk
mempelajari kepribadian seseorang,kita telah mengenal teori psikhoanalitis di
muka. Dalam teori psikhoanalitis ini, motif pembelian seseorang terhadap sebuah
produk, penjual tertentu, atau tindakan pembelian yang lain dapat
disembunyikan. Hal ini dapat diketahui dengan mengadakan teknik-teknik
penelitan yang layak, di sebut riset motivasi (motivation research).
7.
SIKAP DAN KEPERCAYAAN
Sikap dan kepercayaan
merupakan factor yang ikut mempengaruhi pandangan dan prilaku pembelian
konsumen. Sikap itu sendiri mempengaruhi kepercayaan, dan kepercayaan juga
mempengaruhi sikap. Salah satu elemen yang sangat menonjol disini adalah
perasaan emosional baik yang positif maupun negative terhadap sebuah barang,
jasa, atau merk.
8.
KONSEP DIRI
Faktor lain yang ikut
menentukan tingkahlaku pembeli adalah konsep diri. Konsep diri merupakan cara
bagi seseorang untuk melihat dirinya sendiri, dan pada saat yang sama ia
mempunyai gambaran tentang diri orang lain. Beberapa psikholog membedakan
konsep diri kedalam: (a). konsep diri yang sesungguhnya, dan (b). konsep diri
yang ideal ( cara yang dicita-citakan untuk melihat dirinya sendiri).
Menejer
pemasaran harus dapat mengidentifikasikan tujuan konsumsen karena dapat
mempengaruhi perilaku mereka.dalam situasi tertentu, kita dapat menentukan tujuan
ini jika mengetahui tentang konsep diri seseorang. Biasanya, konsep diri
seseorang hanya dinyatakan dengan suatu tujuan saja, dan tidak mengatakan
mengapa konsep diri tersebut ada. Setiap orang memiliki konsep diri tersebut
ada. Setiap orang memiliki konsep diri yang berbeda-beda, sehingga memungkinkan
adanya pandangan yang berbeda terhadap usaha-usaha pemasaran perusahaan.
5.
PROSES PEMBELIAN
Perilaku konsumen akan menentukan
proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka.proses tersebut merupakan
sebuah pendekatan penyelesaian sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang
terdidri atas enam tahap (lihat gambar 18), yaitu :
1)
Menganalisa keinginan dan
kebutuhan, terutama untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum
terpenuhi atau terpuaskan
2) Menilai beberapa sumber yang ada.
3)
Menetapkan tujuan pembelian.
4)
Mengidentifikasikan alternative
pembelian
5)
mengambil keputusan untuk
membeli
6)
perilaku sesudah pembelian
Seluruh proses tersebut tidak selalu
dilaksanakan oleh konsumen dalam pembeliannya.tidak dilaksanakannya beberapa
tahap dari proses tersebut hanya mungkin terdapat pada pembelian yang bersifat
emosional. Jadi, keseluruhan proses tersebut hanya dilakukan pada situasi
tertentu saja, misalnya : pada pembelian pertama barang yang mempunyai harga
tinggi.
Konsumen akan lebih mudah mengambil
keputusan dalam pembelian ulang atau pembelian yang sifatnya terus-menerus
terhadap produk yang sama (termasuk sama dalam harga dan kualitas). Apabila
factor-faktor tersebut beruba, maka pembeli akan mempertimbangkan kembali
keputusan-keputusannya, termasuk masalah merk.
6.
MOTIP DAN RISET MOTIVASI
Motif yang ada pada
seseorang akan mewujutkan suatu tingkalaku yang diarahkan pada suatu tujuan
mencapai kepuasan. Sedangkan tingkah laku yang diarahkan pada suatu tujuan yang
dipengaruhi oleh pandangan seseorang.oleh karena itu perlulah mengetahui mengapa
konsumen bertingkahlaku demikian
Dengan
meninjau lebih jauh kita dapat menetahui
bahwa sebenarnya tingkah laku konsumen itu dimulai dengan suatu motivasi.
Kemudian apa yang dimaksud dengan motif ? secara defenitif dapat dikatakan
bahwa motivasi adalah suatu dorongan keinginan individu yang
diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan.
Jadi, rasa lapar, keinginan untuk merasa aman, dan keinginan terhadap
pertise merupakan beberapa contoh tentang motif. Dalam hal ini kita perlu
mengingat bahwa suatu keinginan itu harus diciptakan atau didorong sebelum
memenuhi suatu motif. Sumber yang mendorong terciptanya suatu keinginan dapat
berada pada diri orang itu sendiri (seperti rasa lapar) atau berada pada
lingkungannya (seperti melihat makanan yang menarik). Atau, dengan adanya
makanan dapat menimbulkan rasa lapar.
Karna tidak ada penggolongan motif
yang dapat diterima secara umum, maka kita tidak dapat mengetahui secara
mendalam tantang motif manusia. Namun demikian, psikholog-psikholog umumnya
setuju bahwa motif dapat dikelompokan
kedalam dua kategori, yaitu:
1) keinginan fisik (seperti keinginan terhadap makanan, minuman, seks, dan pertumbuhan
badan).
2) Keinginan psikholog, seperti :
·
Motif
naluri dan motif yang dipelajari.
· Motif produk
dan perlindungan (mengapa konsumen
membeli produk tersebut, dan mengapa
mereka membeli pada penjual tertentu).
· Motif primer
dan motif selektif (alasan untuk membeli suatu jenis produk, dan alasan
untuk membeli suatu merk tertentu
dari produk tersebut
A.H
Maslow (dalam bukunya berjudul motivation
and personality, terbitan Harper dan
Row publishers Incorporated, New York, 1954) telah menyusun teori tentang
motivasi dengan mengidentifikasikan suatu hierarkhi keinginan manusia ke dalam
lima tingkatan (ditunjukan dalam table 4)
Menurut Maslow, keinginan utama manusia
berada pada tingkatan pertama, yaitu kienginan psiologis (makan, minum, dan
sebagainya).setelah keinginan pertama ini terpenuhi, barulah menginjak pada
keinginan yang kedua (lebih tinggi), yaitu keingina atau keselamatan. Keinginan
ketiga baru dilaksanakan setela keingin kedua terpenuhi. Proses seperti ini
berjalan terus sampai akhirnya terpenuhi keinginan kelima ( keinginan akan
kenyataan diri).
Bagi
menejer pemasaran penting sekali mengetahui apa yang menjadi motif pembelian
seseorang terhadap suatu produk atau pada penjual tertentu, sebab hal ini dapat
mempengaruhi program promosi perusahaan. Misalnya, seseorang pembeli sepeda
motor merk tertentu karena keawetanya. Maka motif tersebut dapat digunakan
sebagai dasar pada program promosi perusahaan .
Setelah
mengetahui tentang motif konsumen, kita perlu mempelajari cara-cara bagaimana motif
tersebut dapat diketahui.cara yang ditempuh antara lain dengan mengadakan riset motivasi. Dalam hal ini, beberapa
bentuk riset pemasaran dapat dipakai untuk menafsirkan serta meramalkan
perilaku pembeli, serta teknik observasi dan teknik surve ( survey).
Teknik
observasi dapat digunakan untuk mengukur pola tingkahlaku pembelian, sedangkan
teknik surve (dengan daftar pertanyaan) digunakan untuk mengadakan wawancaralangsung
atau tidak langsung dengan orang-orang tentang masalah mengapa mereka membeli
barang merk tertentu, atau mereka membeli pada penjual tertentu.
Penggunaan
teknik-teknik tersebut ditujukan untuk mendapatkan alasan mengapa konsumen
bertingkahlaku demikian. sering, motif sesungguhnya dari pembeli beserta
pengaruh-pengaruh tingkahlakunya yang lain tidak dapat diketahui, tersembunyi,
atau bahkan sangat komplek untuk ditentukan dengan pertanyaan langsung. oleh
karena itu, perlu digunakan teknik penelitian yang tidak langsung, yaitu dengan
riset motivasi.
Jadi,
riset motivasi berusaha menerangkan mengapa pembeli bertingkah laku demikian, khususnya dalam keadaan dimana pembeli
sendiri tidak mengetahui alasan yang sesungguhnya, atau jika ia mengetahuinya
tetapi tidak bersedia mengatakannya secara terbuka.
7. TEKNIK-TEKNIK DALAM RISET MOTIVASI
Ada
beberapa macam teknik yang dapat dipakai dalam riset motivasi, yaitu : (1) wawancara
secara mendalam (depth interview) , (2) teknik proyektif.
(1) Wawancara secara mendalam
Teknik
ini dilakukan dengan mengadakan wawancara panjang lebar dan bebas dengan
respondent. Di sini, pewawancara lebih bersifat pasif, dan hanya mendengarkan
serta mencatat semua pembicaraan respondent (yang diwawancarai). Apabila
pembicaraan respondent menyimpang dari masalahnya, maka pewawancara dapat
memutusnya, kemudian megarahkan kembali pada maksud pembicaraan yang sbenarnya.
Untuk melaksanakan teknik tersebut, peawancara harus cukup ahli dan memahami
tentang pesoalannya. Oleh karena itu sering digunakan mahasiswa sebagai
wawancara.
(2) Teknik Proyektif
Meskipun
beberapa teknik proyektif dapat dipakai dalam riset motivasi, tetapi pada
pokoknya teknik-teknik tersebut mempunyai kegunaan yang sama. Teknik ini
menggambarkan tentang pikirn seseorang terhadap sesuatu yang sedang digemari.
Dengan cara ini diharapkan respondent akan mengemukakan motif yang
sesungguhnya. Teknik-teknik tersebut antara lain (a) tes asosiasi kata, dan (b)
thematic apperception test.
a. Tes asosiasi kata
Dalam tes ini pewawancara meyebutkan suatu
kata dan respondent meneruskannya dengan kata-kata yang ada pada pikirannya.
Ada variasi dari tes tersebut, yang dinamakan tes menyelesaikan kalimat. Di
sin, respondent diminta untuk menyelesaikan dengan suatu kalimat, mislnya :
·
”
Saya menggunakan barang dengan merk X, karena ....”
·
Atau
”saya rasa setiap orang akan menyukai merk X, karena ...”
b.
Thematic apperception (T.A.T)
Dalam tes ini, respondent diperlihatkan pada sutu atau beberpa
gambar yang samara-samar, atau gambar yang mempunyai lebih dari satu macam
arti. Keudin ia diminta untuk menceritrakan tentang gambar tersebut. Variasi
dari teknik ini dapat berupa tes karton (cartoon test), yaitu respondent
diperlihatkan pada suatu gambar beserta alternative judulnya. Kemudian ia
diminta untuk memilih judul yang dianggap paling sesuai.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
thanks. sangat membantu.
BalasHapusMana motif agamanya?
BalasHapus