Posted by : sahdarullah
Selasa, 24 September 2013
Bismillah. Was shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah, wa
‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.
Saudaraku seiman yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala,
dalam kehidupan sehari-hari, tentu kita tidak akan pernah lepas dari yang
namanya melakukan dosa sebagaimana sabda Rasulullah, “Setiap manusia pasti
melakukan dosa, dan sebaik-baik orang yang melakukan dosa adalah orang yang
bertaubat” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah). Dari sabda Rasulullah di atas kita
bisa menarik kesimpulan bahwasannya tidak ada satu orang pun di dunia ini yang
tidak melakukan dosa. Akan tetapi Rasulullah memberikan kabar gembira bagi
siapa saja dari umatnya yang ingin bertaubat dari dosa dengan sebutan “sebaik-baik
orang yang melakukan dosa”. Oleh karena itu, manusia yang terbaik adalah
manusia yang banyak bertaubat dari dosa-dosanya.
Pembagian dosa
Menurut para ulama, dosa dibagi menjadi dua, yaitu
dosa besar dan dosa kecil. Dosa kecil ialah setiap kemaksiatan yang dilakukan
karena alpa atau lalai dan tidak henti-hentinya orang itu menyesali perbuatannya,
sehingga rasa kenikmatannya dengan maksiat tersebut terus memudar. Adapun
pengertian dosa besar ialah setiap dosa yang mengharuskan adanya had (hukuman)
di dunia, atau yang diancam oleh Allah dengan neraka, laknat, atau murka-Nya.
Dari kedua pembagian dosa di atas, kita akan memfokuskan pembahasan pada
dosa-dosa besar dan contoh-contohnya.
Contoh-contoh dosa besar
Nabi Muhammad shallallāhu ’alaihi wa sallam
bersabda, “Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang membinasakan”. Para
sahabat bertanya, “Apa itu?”. Beliau menjawab, “Menyekutukan Allah,
sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan benar, memakan
harta anak yatim, memakan riba, melarikan diri dari peperangan, menuduh berzina
wanita-wanita mukminah yang suci.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[1] Syirik
Para pembaca yang semoga dirahmati Allah, tentu banyak
dari kita sudah sering mendengar perkara ini, bahkan sebagian kita mungkin saja
ada yang sudah bosan mendengarnya. Memang sudah sangat sering kita mendengarkan
permasalahan syirik, namun banyak dari kita yang masih saja terjerumus
kedalamnya secara sadar atau tidak sadar. Padahal Allah telah berfirman (yang
artinya), “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Ia mengampuni
dosa yang levelnya di bawah syirik bagi siapa yang Ia kehendaki” (QS. An
Nisaa : 48). Bahkan di dalam ayat lain, Allah mengancam pelaku kesyirikan
dengan neraka, sebagaimana firman Allah (yang artinya), “Barangsiapa yang
menyekutukan Allah, sungguh Allah telah mengharamkan baginya surga dan tempat
kembalinya adalah neraka” (QS. Al Maa-idah : 72). Allah dengan tegas
menyatakan bahwa perkara kesyirikan merupakan sebuah perkara yang dapat
menyeret pelakunya ke dalam neraka. Maka apakah kita tidak lagi tertarik untuk
mempelajari perkara ini?
[2] Sihir
Sihir merupakan sebuah perkara yang sudah terkenal di
masyarakat. Sihir banyak sekali macamnya. Mulai dari jengges, pelet, santet,
dan masih banyak lagi. Ternyata praktek ini juga sudah ada sejak zaman dahulu.
Sebagaimana yang Allah ceritakan tentang peperangan Nabi Musa dengan para
penyihir fir’aun di dalam surat Thaha yang berakhir dengan penyaliban
para penyihir tersebut oleh fir’aun karena keimanan mereka. Akan tetapi ada
yang berbeda dari praktek sihir yang ada di zaman sekarang. Kami telah melihat
beberapa waktu lalu, ada seorang dukun yang mengaku-ngaku sebagai seorang
ustadz dan ia memberikan pengobatan kepada pasiennya melalui sihir. Maka
berhati-hatilah wahai saudaraku sekalian!
[3] Membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali
dengan benar
Dewasa ini, sangat mudah sekali kita menjumpai
pembunuhan dengan beragam motifnya. Karena hutang, perampokan, bahkan ada yang
lebih parah lagi, hanya gara-gara rebutan lahan parkir, sebagian dari kita
saling membunuh. Na’udzubillah. Sudah lupakah kita dengan firman Allah Ta’ala
(yang artinya), “Barangsiapa yang membunuh seorang mu’min secara
sengaja, maka balasannya ialah neraka jahannam yang ia kekal didalamnya, Allah
murka kepadanya dan melaknatnya. Lalu Ia akan menyiapkan siksaan yang besar”
(QS. An Nisaa : 93). Maka apakah kita tidak takut dengan ancaman Allah pada
ayat di atas, dengan balasan neraka jahannam bagi para pembunuh?
[4] Memakan harta anak yatim
Dan salah satu dosa besar yang kerap terjadi adalah
memakan harta anak yatim. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa
yang memakan harta anak yatim secara zhalim, maka sesungguhnya mereka telah
memasukkan api ke dalam perutnya, dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala” (QS. An Nisaa : 10). Apabila kita telah diberi amanah oleh
seseorang untuk mengelola dana untuk keperluan anak yatim, maka janganlah
sekali-kali kita berani memakannya dengan cara yang zhalim. Apalagi jika kita
sampai mengkorupsi harta tersebut, karena Allah telah mengancam orang-orang
yang melakukan hal tersebut dengan neraka yang menyala-nyala. Maka
berhati-hatilah terhadap harta anak yatim wahai saudaraku.
[5] Memakan riba
Riba merupakan sebuah duri yang banyak manusia
tertusuk olehnya. Akan tetapi anehnya, banyak dari mereka yang tidak merasakan
sakitnya. Bahkan mereka merasa manis dengan tusukan-tusukannya. Bunga yang
ditawarkan oleh bank-bank konvensional merupakan daya tarik tersendiri bagi
orang yang tidak tahu. Namun sejatinya kita harus mengetahui bahwasannya riba
merupakan sebab peperangan yang Allah umumkan kepada hamba-Nya, sebagaimana
firman-Nya (yang artinya), “Maka jika mereka tidak mengerjakannya
(meninggalkan riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.”
(QS. Al Baqarah : 279). Apabila Allah telah mengumumkan peperangan kepada
seorang hamba, maka apalagi yang bisa ia lakukan?
[6] Melarikan diri dari peperangan
Sungguh pembaca yang budiman, sikap di atas merupakan
sikap yang dibenci oleh Allah. Allah mengancamnya dengan firman-Nya (yang
artinya), “Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu,
kecuali berbelok untuk siasat perang atau hendak bergabung dengan pasukan yang
lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan kemurkaan Allah, dan tempat
kembalinya ialah neraka jahannam, dan amat buruklah tempat kembalinya” (QS.
Al Anfal :16). Dan hanya kepada Allah kita memohon keberanian.
[7] Menuduh wanita mukminah yang suci telah berzina
Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
orang-orang yang menuduh wanita baik-baik yang lemah dan beriman berbuat zina,
maka mereka dilaknat di dunia dan di akhirat dan bagi mereka siksaan yang besar”
(QS. An Nur : 23). Maka siapapun orang yang menuduh wanita mukminah telah
melakukan perzinaan tanpa bisa mendatangkan empat orang saksi, sungguh dia akan
masuk ke dalam ancaman Allah pada ayat di atas apabila ia tidak bertaubat.
Jauhilah ia maka engkau akan masuk surga
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Jika
kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kamu dilarang
mengerjakannya, niscaya akan kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan kami masukkan
engkau ke tempat yang mulia (surga)” (QS. An Nisa : 31). Demi untuk meraih
tempat mulia yang telah dijanjikan oleh Allah berupa surga, maka hendaklah kita
bersemangat untuk meninggalkan dosa-dosa tersebut.
Penulis
: Seno Aji Imanullah (Santri Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Muroja’ah :
Ustadz Abu Salman
Ziyadah(tambahan) : Orang Yang Jelek Shalatnya
Dari Abu Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, “Sesungguhnya
Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam memasuki masjid, kemudian datang
seorang laki-laki memasuki masjid dan shalat. Setelah selesai, orang tersebut
bertemu Nabi dan mengucapkan salam kepada Nabi, Kemudian Nabi berkata, “Ulangi
shalatmu karena sesungguhnya kamu tidak shalat”. Kemudian orang tersebut
kembali melakukan shalat sebagaimana shalat sebelumnya dan kemudian bertemu
Nabi seraya mengucapkan salam kepada Nabi. Kemudian Nabi berkata “Ulangi
shalatmu, karena sesungguhnya kamu tidak shalat”. Dan hal ini dilakukan
orang tersebut sampai 3 kali. Kemudian orang tersebut berkata, “Demi Dzat yang
mengutusmu dengan benar, ajarkan shalat kepadaku”. Kemudian Nabi bersabda, “Jika
engkau hendak melakukan shalat maka sempurnakanlah wudhu, kemudian shalatlah menghadap
kiblat, kemudian bertakbirlah (Takbiratul ihram-pen), kemudian bacalah surat
dari Al Qur’an yang mudah bagimu, kemudian ruku’ seraya thumaninah
(tenang-pen), kemudian bangunlah (i’tidal-pen) seraya thumaninah, kemudian
sujudlah seraya thumaninah, kemudian bangun dalam posisi duduk (duduk diantara
dua sujud-pen) seraya thumaninah, dan lakukanlah hal itu semua dalam shalatmu”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Beberapa faidah dari hadits diatas :
- Yang termasuk syarat shalat yang disebutkan dalam hadits ini adalah adalah bersuci dan menghadap kiblat. Jika syarat shalat ini ditinggalkan secara sengaja dan karena lupa maka shalatnya batal
- Hadits ini menyebutkan berbagai macam rukun dalam shalat mulai dari takbiratul ihram sampai duduk diantara dua sujud. Jika rukun ini ditinggalkan secara sengaja maka shalat batal. Namun jika ditinggalkan karena lupa maka orang tersebut mengerjakan apa yang ditinggalkannya serta melakukan sujud sahwi
- Hadits ini juga menjadi dalil bahwa niat dalam shalat itu tidak diucapkan. Andai saja niat itu diucapkan tentu Nabi akan mengajarkan hal tersebut kepada sahabatnya
- Pentingnya thuma’ninah dalam ruku, i’tidal, sujud dan duduk diantara dua sujud
- Pentingnya mengilmui masalah shalat karena shalat merupakan rukun Islam yang kedua
- Pentingnya menuntut ilmu syar’i, karena tidaklah mungkin seorang muslim mengetahui rukun dan syarat shalat kecuali dengan belajar ilmu syar’i
Rujukan : Al Munakhkholah An Nuniyyah karya
Murad Syukri
Penulis : Mohammad Darus Salam (Santri
Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar