Posted by : sahdarullah
Sabtu, 21 September 2013
Dari Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma beliau berkata:
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya
bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir.” Ibnu Umar
berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan
jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore.
Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.” (HR.
Bukhori)
Penjelasan
Hadits ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh
Ibnu Umar berisi nasihat nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam kepada
beliau. Hadits ini dapat menghidupkan hati karena di dalamnya terdapat
peringatan untuk menjauhkan diri dari tipuan dunia, masa muda, masa sehat, umur
dan sebagainya.
Ibnu Umar berkata: [Rosululloh shollallohu
‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku]. Hal ini menunjukkan
perhatian yang besar pada beliau, dan saat itu umur beliau masih 12 tahun. Ibnu
Umar berkata: [Beliau pernah memegang kedua pundakku]. Rosululloh shollallohu
‘alaihi wa sallam bersabda: [Jadilah engkau di dunia seperti orang asing
atau penyeberang jalan]. Jika manusia mau memahami hadits ini maka di dalamnya
terkandung wasiat penting yang sesuai dengan realita.
Sesungguhnya manusia (Adam -pent) memulai
kehidupannya di surga kemudian diturunkan ke bumi ini sebagai cobaan, maka
manusia adalah seperti orang asing atau musafir dalam kehidupannya. Kedatangan
manusia di dunia (sebagai manusia) adalah seperti datangnya orang asing.
Padahal sebenarnya tempat tinggal Adam dan orang yang mengikutinya dalam
masalah keimanan, ketakwaan, tauhid dan keikhlasan pada Alloh adalah surga.
Sesungguhnya Adam diusir dari surga adalah sebagai cobaan dan balasan atas
perbuatan maksiat yang dilakukannya. Jika engkau mau merenungkan hal ini, maka
engkau akan berkesimpulan bahwa seorang muslim yang hakiki akan senantiasa mengingatkan
nafsunya dan mendidiknya dengan prinsip bahwa sesungguhnya tempat tinggalnya
adalah di surga, bukan di dunia ini. Dia berada pada tempat yang penuh cobaan
di dunia ini, dia hanya seorang asing atau musafir sebagaimana yang disabdakan
oleh Al Musthofa shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Betapa
indah perkataan Ibnu Qoyyim rohimahulloh ketika menyebutkan bahwa
kerinduan, kecintaan dan harapan seorang muslim kepada surga adalah karena
surga merupakan tempat tinggalnya semula. Seorang muslim sekarang adalah tawanan
musuh-musuhnya dan diusir dari negeri asalnya karena iblis telah menawan bapak
kita, Adam ‘alaihissalam dan dia melihat, apakah dia akan dikembalikan
ke tempat asalnya atau tidak. Oleh karena itu, alangkah bagusnya perkataan
seorang penyair:
Palingkan hatimu pada apa saja
yang kau cintai
Tidaklah kecintaan itu kecuali
pada cinta pertamamu
Yaitu Alloh jalla wa ‘ala
Berapa banyak tempat tinggal di
bumi yang ditempati seseorang
Dan selamanya kerinduannya
hanya pada tempat tinggalnya yang semula
Yaitu surga
Demikianlah,
hal ini menjadikan hati senantiasa bertaubat dan tawadhu kepada Alloh jalla wa
‘ala. Yaitu orang yang hati mereka senantiasa bergantung pada Alloh, baik dalam
kecintaan, harapan, rasa cemas, dan ketaatan. Hati mereka pun selalu terkait dengan
negeri yang penuh dengan kemuliaan yaitu surga. Mereka mengetahui surga
tersebut seakan-akan berada di depan mata mereka. Mereka berada di dunia
seperti orang asing atau musafir. Orang yang berada pada kondisi seakan-akan
mereka adalah orang asing atau musafir tidak akan merasa senang dengan
kondisinya sekarang. Karena orang asing tidak akan merasa senang kecuali
setelah berada di tengah-tengah keluarganya. Sedangkan musafir akan senantiasa
mempercepat perjalanan agar urusannya segera selesai.
Demikianlah hakikat dunia. Nabi Adam telah
menjalani masa hidupnya. Kemudian disusul oleh Nabi Nuh yang hidup selama 1000
tahun dan berdakwah pada kaumnya selama 950 tahun,
“Maka ia
tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun.” (QS.
Al Ankabut: 14)
Kemudian zaman beliau selesai dan telah berlalu.
Kemudian ada lagi sebuah kaum yang hidup selama beberapa ratus tahun kemudian
zaman mereka berlalu. Kemudian setelah mereka, ada lagi kaum yang hidup selama
100 tahun, 80 tahun, 40 tahun 50 tahun dan seterusnya.
Hakikat mereka adalah seperti orang asing atau
musafir. Mereka datang ke dunia kemudian mereka pergi meninggalkannya. Kematian
akan menimpa setiap orang. Oleh karena itu setiap orang wajib untuk memberikan
perhatian pada dirinya. Musibah terbesar yang menimpa seseorang adalah
kelalaian tentang hakikat ini, kelalaian tentang hakikat dunia yang sebenarnya.
Jika Alloh memberi nikmat padamu sehingga engkau bisa memahami hakikat dunia
ini, bahwa dunia adalah negeri yang asing, negeri yang penuh ujian, negeri
tempat berusaha, negeri yang sementara dan tidak kekal, niscaya hatimu akan
menjadi sehat. Adapun jika engkau lalai tentang hakikat ini maka kematian dapat
menimpa hatimu. Semoga Alloh menyadarkan kita semua dari segala bentuk
kelalaian.
Kemudian Ibnu Umar rodhiallohu ‘anhuma
melanjutkan dengan berwasiat,
“Jika
engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau
berada pada pagi hari jangan menunggu datangnya sore.”
Yaitu hendaklah Anda senantiasa waspada dengan
kematian yang datang secara tiba-tiba. Hendaklah Anda senantiasa siap dengan
datangnya kematian. Disebutkan dari para ulama salaf dan ulama hadits bahwa
jika seseorang diberi tahu bahwa kematian akan datang kepadanya malam ini, maka
belum tentu dia dapat menambah amal kebaikannya.
Jika seseorang diberi tahu bahwa kematian akan
datang kepadanya malam ini, maka belum tentu dia dapat menambah amal
kebaikannya. Hal ini dapat terjadi dengan senantiasa mengingat hak Alloh. Jika
dia beribadah, maka dia telah menunaikan hak Alloh dan ikhlas dalam beribadah
hanya untuk Robbnya. Jika dia memberi nafkah pada keluarganya, maka dia
melakukannya dengan ikhlas dan sesuai dengan syariat. Jika dia berjual beli,
maka dia akan melakukan dengan ikhlas dan senantiasa berharap untuk mendapatkan
rezeki yang halal. Demikianlah, setiap kegiatan yang dia lakukan, senantiasa
dilandasi oleh ilmu. Ini adalah keutamaan orang yang memiliki ilmu, jika mereka
bertindak dan berbuat sesuatu maka dia akan senantiasa melandasinya dengan
hukum syariat. Jika mereka berbuat dosa dan kesalahan, maka dengan segera
mereka akan memohon ampunan. Maka dia akan seperti orang yang tidak berdosa
setelah beristigfar. Ini adalah kedudukan mereka. Oleh karena itu Ibnu Umar rodhiallohu
‘anhuma mengatakan:
“Pergunakanlah
masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.” (HR.
Bukhori)
***
Penulis: Syaikh Shalih bin ‘Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhohulloh
Diterjemahkan dari Penjelasan Hadits Arba’in no.
40 oleh Abu Fatah Amrullah
Murojaah: Ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar