Posted by : sahdarullah
Sabtu, 21 September 2013
Penulis: Abu Uzair Boris Tanesia
Ibadah bukanlah sekedar gerakan jasad yang terlihat oleh mata,
namun juga harus menyertakan yang lain. Sebagaimana seseorang yang sedang
melaksanakan sholat, ia tidak hanya bergerak untuk melaksanakan setiap rukun
dan wajib sholat, tetapi juga harus menghadirkan hati sebagai ruh sholat
tersebut. Bahkan jika seseorang menampakkan kekhusyukan badan dan hatinya
kosong dan bermain-main maka ia terjatuh dalam kekhusyukan kemunafikan.
Ketahuilah, bahwa ibadah seorang hamba harus dibangun oleh
tiga pilar, dan ketiganya harus terkumpul seluruhnya dalam setiap muslim.
Ibadah seseorang tidaklah akan benar dan sempurna kecuali dengan adanya
pilar-pilar tersebut. Bahkan sebagian ulama mengatakannya sebagai ‘rukun
ibadah’. Tiga hal itu adalah “cinta, takut dan harap”. Sehingga seorang salaf
berkata, “Barang siapa beribadah kepada Alloh dengan cinta saja maka dia
seorang zindiq, barang siapa beribadah hanya dengan khouf (takut) saja maka
haruri (khowarij), barang siapa beribadah hanya dengan rasa harap saja maka dia
seorang murji’ dan barang siapa yang beribadah dengan cinta, takut dan harap
maka dia seorang mukmin.”
Cinta
Cinta adalah rukun ibadah yang terpenting, karena cinta adalah
pokok ibadah. Makna cinta tidak terbatas hanya kepada hubungan kasih antara dua
insan semata, namun sesungguhnya makna dari cinta itu lebih luas dan dalam.
Kecintaan yang paling agung dan mulia di dalam kehidupan kita ini adalah
kecintaan kita kepada Alloh. Dimana jika seorang hamba mencintai Alloh, maka dia
akan rela untuk melakukan seluruh hal yang diperintahkan dan menjauhi seluruh
hal yang dilarang oleh yang dicintainya tersebut. Cinta kepada Alloh juga
mengharuskan membenci segala sesuatu yang dibenci oleh Alloh. Sesungguhnya
apabila ditanyakan kepada setiap muslim “Apakah
anda mencintai Alloh?” maka tentu dia akan menjawab “Tentu saja”.
Namun pernyataan tanpa bukti tidaklah bermanfaat. Alloh tidak
membutuhkan pernyataan belaka, Dia menginginkan agar kita membuktikan
pernyataan kita “Aku cinta
Alloh”. Oleh karena itulah, Alloh menguji setiap muslim dalam
firman-Nya, “Katakanlah
(wahai muhammad): Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (Ali Imran: 31). Ya, bukti kecintaan kita kepada
Alloh adalah dengan mengikuti Rasululloh dalam segala hal. Bahkan kecintaan
kita terhadap beliau harus lebih dari kecintaan kita terhadap diri sendiri dan
keluarga. Beliaulah teladan baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, muamalah dan
sebagainya. Alloh berfirman, “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (Al Ahzab: 21)
Maka jika kita mencintai Alloh, mari kita buktikan dengan
menjadikan Rasululloh sebagai panutan kita, bukan dengan menjadikan orang-orang
kafir sebagai panutan, walaupun mereka itu populer dan terkenal seperti artis,
selebritis dan semacamnya. Karena sesungguhnya Rosululloh bersabda “Seseorang itu akan bersama dengan
orang yang dicintainya (di hari akhirat nanti).” (HR. Muslim).
Dimana makna dari hadits ini adalah jika ketika di dunia kita mencintai
orang-orang shaleh (seperti para rosul dan nabi) dan menjadikan mereka teladan,
maka di akhirat nanti kita akan bersama mereka, dan sebaliknya jika ketika di
dunia kita mencintai orang-orang kafir dan menjadikan mereka teladan, maka di
akhirat nanti kita pun akan bersama mereka. Bukankah tempat mereka di akherat merupakan
seburuk-buruk tempat. Duhai, betapa musibah yang sangat besar!
Takut
Pilar lainnya yang mesti ada dalam ibadah seorang muslim adalah
rasa takut. Dimana dengan adanya rasa takut, seorang hamba akan termotivasi
untuk rajin mencari ilmu dan beribadah kepada Alloh semata agar bebas dari
murka dan adzab-Nya. Selain itu, rasa takut inilah yang juga dapat mencegah
keinginan seseorang untuk berbuat maksiat. Alloh berfirman, “(Yaitu) orang-orang yang takut akan
(azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut
akan (tibanya) hari kiamat.” (Al Anbiya: 49)
Rasa takut ada bermacam-macam, namun yang takutnya seorang
muslim ialah takut akan pedihnya sakaratul maut, rasa takut akan adzab kubur,
rasa takut terhadap siksa neraka, rasa takut akan mati dalam keadaan yang buruk
(mati dalam keadaan sedang bermaksiat kepada Alloh), rasa takut akan hilangnya
iman dan lain sebagainya. Rasa takut semacam inilah yang harus ada dalam hati
seorang hamba.
Harap
Pilar berikutnya yang harus ada dalam ibadah seorang hamba
adalah rasa harap. Rasa harap yang dimaksud adalah antara lain harapan akan
diterimanya amal kita, harapan akan dimasukkan surga, harapan untuk berjumpa
dengan Alloh, harapan akan diampuni dosa, harapan untuk dijauhkan dari neraka,
harapan diberikan kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat dan lain
sebagainya. Rasa harap inilah yang dapat mendorong seseorang untuk tetap terus
berusaha untuk taat, meskipun sesekali dia terjatuh ke dalam kemaksiatan namun
dia tidak putus asa untuk terus berusaha sekuat tenaga untuk menjadi hamba yang
taat. Karena dia berharap Alloh akan mengampuni dosanya yaitu dengan jalan
bertaubat dari kesalahannya tersebut dan memperbanyak melakukan amal kebaikan.
Sebagaimana firman Alloh “Wahai
hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Az Zumar: 53)
Harapan berbeda dengan angan-angan. Sebagai contoh orang yang
berharap menjadi orang baik maka ia akan melakukan hal-hal yang merupakan
ciri-ciri orang baik, sedangkan orang yang berkeinginan menjadi orang baik
namun tidak berusaha untuk melakukan kebaikan maka orang-orang inilah yang
tertipu oleh angan-angan dirinya sendiri.
Urgensi Cinta, Takut dan Harap Dalam Ibadah
Ketiga pilar yang telah disebutkan di atas harus terdapat dalam
setiap ibadah seorang hamba. Tidaklah benar ibadah seseorang jika satu saja
dari ketiga hal tersebut hilang. Seseorang yang memiliki rasa takut yang
berlebihan akan menyebabkan dirinya putus asa, sedangkan jika rasa takutnya
rendah maka dengan mudahnya dia akan bermaksiat kepada Tuhannya.
Kebalikannya seseorang yang berlebihan rasa harapnya akan menyebabkan
dia mudah bermaksiat dan jika rendah rasa harapnya maka dia akan mudah putus
asa. Sedangkan kedudukan cinta, maka cinta inilah yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Sehingga diibaratkan bahwa kedudukan ketiga pilar ini
dalam ibadah bagaikan kedudukan seekor burung, dimana rasa takut dan harap
sebagai kedua sayapnya yang harus seimbang dan rasa cinta sebagai kepalanya
yang merupakan pokok kehidupannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar