• Posted by : sahdarullah Minggu, 10 November 2013




    A. Penilaian Kinerja Sebuah Perspektif Organisasi
    Penilaian kinerja menitikberatkan pada penilaian sebagai suatu proses pengukuran
    penilaian. Hal utama dari penilaian ini adalah teknik-teknik (seperti pola-pola skala) yang
    dapat dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan serta validitas penilaian. Penelitian
    ini menjadi khas karena model-model yang disampaikan tidak memudahkan
    penggabungan antara ilmu dan aplikasinya dalam penilaian kinerja.Hal ini disebabkan
    karena mereka tidak mengidentifikasikan variabel-variabel yang sangat penting dalam
    penilaian dan mereka gagal mencapai tujuan sehingga diperlukan pendekatan penelitian
    dan praktik yang lain.
    Sebuah kemajuan dalam memberikan perkiraan penilaian perspektif sosialpsikologis
    bahwa peran konteks penilaian mendapatkan perhatian yang lebih besar. Lebih
    lanjut, perspektif ini menyebabkan para ahli ilmu jiwa lebih memiliki kesempatan
    menyelidiki masalah-masalah psikologis dan sosial-psikologis dengan proses penilaian.
    Hal ini akan menimbulkan pertanyaan apakah peran keadaan sosial dan norma-norma
    organisasi dalam proses penilaian atau apakah peran proses sosialisasi dalam
    pengembangan norma-norma dan standar kinerja.
    B. Definisi Penilaian Kinerja
    Dalam berbagai literatur pengembangan sumber daya manusia, digunakan berbagai
    istilah untuk kegiatan menilai prestasi kerja pegawai. Mulai dari istilah performance
    appraisal, employee evaluation, performance measurement, employee assessment,
    performance evaluation sampai pada employee’s performance evaluation.
    Hasil kerja atau karya pegawai yang dihasilkan dari gabungan atau resultante antara
    kemampuan serta semangat pegawai merupakan aspek penentu prestasi kerja yang
    mewujudkan pada kinerja dan produktivitasnya.
    Dalam kaitannya dengan kebijakan personalia berdasarkan merit system, maka
    penilaian karya pegawai sebagai “proses sistematik untuk menilai segenap perilaku kerja
    57
    pegawai dalam kurun waktu kerja tertentu yang akan menjadi dasar penetapan kebijakan
    personalia dan pengembangan pegawai.”
    Dalam definisi tersebut terkandung maksud bahwa, yang disebut sebagai
    sistemmatik adalah terkait dengan adanya kejelasan tujuan, tahap-tahap pelaksanaan,
    metode serta kurun waktu penilaian pegawainya. Sedangkan yang dimaksud dengan
    segenap perilaku kerja pegawai adalah meliputi perilaku nampak (overt behaviour) dan
    perilaku tak nampak (covert behaviour)
    C. Tujuan Penilaian Kinerja
    Pada hakekatnya terdapat dua tujuan utama dari kegiatan penilaian karya
    pegawai, yakni untuk kepentingan administratif serta dalam rangka peningkatan kinerja
    pegawai.
    1. Penilaian karya pegawai untuk tujuan administrasi personalia,karena hasil penilaian
    karya pegawai akan menjadi dasar untuk:
    a. Penetapan naik atau turunnya penghasilan pegawai.
    b. Penetapan kepesertaan pelatihan pegawai.
    c. Penetapan jenjang karir jabatan pegawai dalam wujudnya sebagai promosi, rotasi
    atau demosi jabatan.
    d. Sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja dan produktivitas organisasi dan unit
    kerja pada umumnya serta individu-individu pegawai dalam setiap jabatan mereka
    khususnya.
    2. Penilaian karya pegawai untuk tujuan pengembangan diri pegawai, adalah meliputi:
    a. Sebagai dasar untuk mengidentifikasikan kelebihan atau kekurangan pegawai
    sehingga dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam melibatkan pegawai
    dalam program-program pengembangan pegawai.
    b. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan kerja serta
    meningkatkan motivasi kerja pegawai.
    c. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan atau pejabat penilai
    dalam mengamati perilaku kerja pegawai secara keseluruhan


    D. Metode Penilaian Kinerja
    Sampai pada saat ini dikenal adanya tujuh metode penilaian untuk mengukur
    prestasi kerja pegawai, yakni 1)rating scale, meliputi (a) skala grafik; (b) skala multiplestep,
    (c) skala behavior; 2) cheklist, meliputi (a) weghted cheklist; (b) force-choice
    checklist; 3) employee comparison, meliputi (a) forced –rank, (b) paired comparison, (c)
    forced distribution; 4) critical incident; 5) essay evaluation; 6) management by objektive
    / MbO; 7) assesment center.
    1. Rating Scales.
    Metode ini merupakan penilaian oleh atasan terhadap pegawai yang menjadi
    bawahannya berdasarkan sifat-sifat atau Karakteristik.
    Faktor-faktornya Teknis Pelaksanaannya adalah, para atasan mengidentifikasikan
    serta menentukan faktor-faktor apa yang dianggap penting dari tugas-tugas jabatan
    yang hendak diukur melalui penentuan parameternya.
    Terdapat (3 )jenis metode rating scale, yaitu:
    a. Skala grafik, dalam metode ini penilai memberikan tanda (;×;0) pada skala
    penilaian yang merupakan hasil penilaian dan dianggap sebagai posisi setepatnya
    yang mewakili diri pegawai yang dinilai. Tahap pemilihan faktor-faktor yang
    harus diukur dari para pegawai adalah merupakan bagian yang penting dan
    menentukan dari penggunaan sistem skala grafik. Terdapat dua jenis faktor yang
    lazim dipertimbangkan, yaitu;
    1) Sifat-sifat khusus, seperti motivasi dan inisiatif.
    2) Kontribusi, seperti jumlah dan mutu kerja.
    59
    Contoh Skala Grafik
    Keterampilan Kerjanya
    Buruk Di bawah Rata-rata Diatas Baik
    Rata-rata Rata-rata
    Kuantitas hasil kerjanya
    Buruk Di bawah Rata-rata Di atas Baik
    Rata-rata Rata-rata
    Disiplin Kerjanya
    Buruk Di bawah Rata-rata Di atas Baik
    Rata-rata Rata-rata
    Tanggung Jawab Kerjanya
    Di bawah Di atas Baik
    Rata-rata Rata-rata
    b. Skala-multi-step, pada metode penilaian ini para penilai dihadapkan sejumlah
    kategori alternatif yang harus dipilihnya.
    c. Skala penilaian berbasis perilaku (behavioral anchored rating scales/BARS),
    yang harus memfomulasikan terlebih dahulu faktor-faktor serta dimensi dari sifat
    dan karakteristik jabatan ke dalam bentuk perilaku yang bisa diukur dan menjadi
    dasar penetapan skala penilaian. Skala penilaian berbasis perilaku ini meliputi 2
    (dua) jenis yaitu:
    1) Skala perilaku harapan (behaviour expectation scales / BES), dengan
    dasarnya yang berupa uraian guna membantu penilai untuk merumuskan
    perilaku pegawai sebagai diatas rata-rata, rata-rata atau di bawah rata-rata :
    60
    Contoh Skala Penilaian Berdasarkan Perilaku Harapan
    (Behaveur Expectation scale)
    Nilai Deskripsi Prilaku yang Diharapkan
    6
    Bisa diharapkan untuk meningkatkan volume penjualan dengan bantuan empat
    Petugas Penjualan baru dan mengembangkan mereka menjadi Petugas
    Penjualan yang berhasil
    5
    Bisa diharapkan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan rasa tanggung jawab
    para Petugas Penjulan yang dibawahinya dengan mendelegasikan banyak tugas
    penting kepada mereka
    4
    Bisa diharapkan untuk berhasil memberikan pelatihan mengenai teknik-teknik
    penjualan yang efektif bagi bawahannya sekurangnya lima kali dalam satu bulan
    3
    Bisa diharapkan untuk menunjukan kepada para petugas penjualan bagaimana
    cara memberikan pesan positif kepada para pelanggan yang berlaku sopan dan
    hormat pada mereka
    2
    Bisa diharapkan untuk mengur petugas penjualan agar aktif melanyani para
    pelanggan dan jangan hanya pasif menunggu saja
    1
    Bisa diharapkan untuk meminta agar petugas penjualan yang dibawahinya
    berdisiplin dalam bekerja dan tidak membolos
    2) Skala pengamatan perilaku (behaviour observatioan scale / BOS).
    Jika kita menggunakan skala BES, maka pengesahan suatu dasar perilaku di
    atas titik netral juga nampak akan memasukkan perilaku dari titk netral ke
    atas. Misalkan jika seorang pegawai mendapatkan nilai 6, maka hal itu juga
    berarti bahwa dia diharapkan untuk menunjukkan perilaku taraf 5;4;dan 3
    61
    Contoh Model Skala Pengamatan Perilaku
    Beri tanda lingkaran atau lingkarilah (1) jika pegawai telah menunjukan perilaku kurang
    dari ( < ) 50%; (2) jika 50%-64%; (3) jika 65%-79%; (4) jika 80%-89%; (5) jika
    90%-100% tampil disepanjang waktu.
    1 Menjadi pelanggan bengkel tentang apa saja keluhannya atas mobil atau
    kendaraannya dengan cara yang sopan dan penuh perhatian.
    Tidak pernah 1 2 3 4 5 Selalu
    2 Melakukan pemeriksaan standard yang diperlukan atas mobil atau kendaraan
    pelanggan untuk mencari penyebab yang dikeluhkan oleh pelanggan bengkel.
    Tidak pernah 1 2 3 4 5 Selalu
    3 Hanya bersedia melayani pelanggan lama dan meminta montir lain untuk melayani
    pelanggan baru.
    Tidak pernah 1 2 3 4 5 Selalu
    4 Dengan sigap menyambut setip pelanggan bengkel yang datang dan menghentikan
    obrolannya sesama montir.
    Tidak pernah 1 2 3 4 5 Selalu
    5 Dengan sopan menyilakan pelanggan untuk menunggu sambil menonton TV atau
    membaca koran sementara mobil diperbaikinya.
    Tidak pernah 1 2 3 4 5 Selalu
    2. Cheklist
    Pendekatan subyektif lainnya terhadap penilaian pegawai adalah dengan
    menggunakan metode checklist yang dapat pula diberi artian sebagai daftar periksa.
    Dalam metode penilaian ini, para penilai dihadapkan pada daftar pernyataanpernyataan
    khusus berikut pencantuman pilihan nilainya:
    62
    TABEL 2.5
    Contoh Model Forced-Choice Checklist
    No. Pernyataan ya Tidak
    1 Biasa memberikan gagasan yang baik
    2 Menunjukan minat besar dalam bekerja
    3 Berlaku pilih kasih pada bawahan
    4 Bisa mencela bawahan
    5 Perlengkapan kerja dipelihara baik
    6 Memiliki pengetahuan jabatan yang baik
    7 Para bawahan menghortinya
    8 Membeda-bedakan bawahan
    9 Mendengarkan kesulitan bawahan
    10 Menegur bawahan di depan umum
    3. Employee Comparison
    Metode penilaian pegawai dengan cara membandingkan antara satu pegawai terhadap
    pegawai lainnya terdiri atas 3 (tiga) macam, yakni:
    a. Forced-rank,dalam hal ini penilai diminta untuk membuat urutan atau peringkat
    (rangking) pegawai yang dinilai, mulai dari yang paling rendah sampai yang paling
    tinggi
    Tabel 2.6
    Contoh model Forced-Rank dari Employee Comparison
    Urutan/Peringkat/Ranking Nama Pegawai
    1 Aji
    2 Bonita
    3 Chandra
    4 Dewi
    5 Erlangga
    6 Fatmawati
    7 Goltom
    63
    b. Paired Comparison, metode ini berkaitan dengan proses pengambilan keputusan
    oleh penilai. Prosedurnya adalah:
    1) Penilai diminta untuk membandingkan setiap pasangan pegawai.
    2) Penilai memutuskan siapa di antara keduanya yang paling menonjol.
    c. Forced Distribution, dengan metode ini para penilai dipaksa membuat
    pengelompokan para pegawai ke dalam suatu skala prosentase sesuai dengan
    faktor penilaian prestasi kerja pegawainya. Metode ini bisa digunakan bila :
    1) Jumlah pegawai yang dinilai 30 orang atau lebih.
    2) Variasi Karkter individunya cukup menonjol (heterogen).
    3) Kecakapan kerja pegawai diasumsikan membentuk kurva normal.
    Dengan metode ini kelompok pegawai dibagi-bagi lagi ke dalam urutan Kategori
    penilaian sebagai berikut:
    1) Istimewa
    2) Di atas rat-rata
    3) Rata-rata
    4) Di bawah rata-rata
    5) Buruk
    4. Critical Incident
    Metode penilaian pegawa ini melibatkan para atasan yang harus mencatat semua
    kejadian-kejadian kritis yang dinilai penting (critical incident) dari perilaku pegawai
    yang biasa maupun yang luar biasa berdasarkan tampilan kejadian sehari-harinya
    Misalkan saja untuk tingkatan manajer maka kriteria-kriteria yang dapat dipakai
    antara lain adalah :
    a. Kemampuan merencanakan.
    b. Pengambilan keputusan.
    c. Kesediaan mendelegasikan wewenang.
    d. Pembuatan laporan.
    e. Hubungan interpersonal dan sebagainya.
    64
    Untuk peningkatan para staf atau pelaksana, jenis-jenis kriteria yang dapat dipakai
    adalah dapat berupa:
    a. Tanggung jawab.
    b. Prakarsa atau inisiatif.
    c. Kerja sama dengan rekan sekerja.
    d. Disiplin dan sebagainya.
    5. Essay Evaluation
    Prosedur yang dilakukan metode ini adalah berupa penugasan atau meminta penilai
    untuk menyusun suatu karya tulis (essay) yang isinya bisa menggambarkan tentang
    kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan setiap personil yang dibawahinya.
    Biasanya uraian tulisan dikelompokkan di bawah topik atau judul tertentu seperti :
    a. Prakasa atau inisiatif.
    b. Kerja sama.
    c. Pengetahuan jabatan.
    d. Hasil kerja dan sebagainya.
    6. Manajemen Berdasarkan Sasaran ( Management by Objektive )
    Metode penilaian pegawai yang berorientasi pada hasil akhir atau final
    result oriented dan disebut MbO ini digunakan untuk mengatasi kekurangankekurangan
    dari metode penilaian lainnya yang lebih berfokus Pada proses.
    Pendekatan penilaian pegawai ini didasarkan pada perumusan sasaran-sasaran
    prestasi yang umumnya kuantitatif dan dapat diukur serta kerapkali ditentukan
    bersama oleh atasan dan bawahannya.
    Prosedur dari metode penilaian MbO ini dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
    a. Setiap bawahan diminta untuk menentukan bagi dirinya sendiri sasaran atau
    target prestasi kerja jangka pendek beserta cara-cara bagaimana ia dapat
    memperbaiki pola kerjanya sendiri serta pola kerja dari unitnya.
    b. Atasan dan bawahan bersama-sama membicarakan apa yang diperlukan untuk
    mencapai sasaran tersebut dan untuk menyesuaikan terhadap organisasi sebagai
    keseluruhan.
    65
    c. Pada akhir masa penilaian yang ditetapkan (misalkan 6 bulan ) mereka bertemu
    lagi untuk menilai apakah sasaran-sasaran dapat dicapai dengan baik, membahas
    perihal apa saja yang dapat diperbaiki dan menetapkan sasaran-sasaran baru untuk
    masa penilaian berikutnya. Sebagai upaya untuk saling mengisi, maka atasan
    menuliskan hasil penilaian yang terperinci mengenai bawahannya dan
    bawahannya menuliskan prestasi kerja yang dapat atau tidak dapat dicapainya.
    7. Assessment Center
    Assessment center pertamanya berkembang di lingkup militer jerman pada masa
    perang dunia II dan bertujuan memilih para calon perwira unggulan yang akan maju
    ke medan laga.
    Yang diidentifikasikan melalui metode assessment center secara umu meliputi tiga
    aspek, yaitu kecerdasan, kepribadian serta keterampilan manajerial. Metode yang
    digunakan dalam assessment center adalah berupa:
    a. Psychological-test, terdiri atas serangkaian test untuk mengidentifikasi taraf
    kecerdasan melalui jenis-jenis achievement-test yang mengukur kemampuan
    numerikal, verbal, daya tangkap, daya nalar serta test kepribadian melalui
    test-test proyektif dan minat.
    b. Simulation execises, terdiri atas beberapa kegiatan simulatif untuk
    mengidentifikasikan aspek managerial skill pegawai melalui pelaksanaan inbasket
    exercise yang berisikan berbagai nota dinas, surat perintah, laporan,
    cacatan telepon yang harus dijawab seluruhnya sekaligus dalam waktu singkat
    E. Faktor Penilaian Kinerja
    Sembilan Kriteria faktor penilaian karya pegawai, yaitu berupa :
    a. Reliable, measure atau harus mengukur perilaku kerja dan hasilnya secara
    obyektif.
    b. Content valid atau secara rasional harus terkait dengan kegiatan kerja.
    c. Defined specific atau meliputi segenap perilaku kerja dan hasil kerja yang dapat
    diidentifikasikan.
    66
    d. Independent atau perilaku kerja dan hasil kerja yang penting harus tercakup dalam
    kriteria yang komprehensif.
    e. Non-overlaping atau tidak ada tumpang tindih antar Kriteria.
    f. Comprehensive atau perilaku kerja dan hasil kerja yang tidak penting harus
    dikeluarkan.
    g. Accessible atau kriteria haruslah dijabarkan dan diberi nama secara komprehensif.
    h. Compatible atau kriteria harus sesuai dengan tujuan dan budaya organisasi.
    i. Up to date atau sewaktu-waktu kriteria perlu ditinjau ulang menilik kemungkinan
    adanya perubahan organisasi.
    F. TOLAK UKUR KINERJA (PERFORMANCE STANDARD)
    Tolak ukur kinerja atau performance standar adalah daerah atau wilayah kinerja
    jabatan atau unit kerja perusahaan yang dapat diterima atau ditolak terkait dengan
    upaya perusahaan untuk mencapai visi dan misinya. Istilah ini jika diterapkan untuk
    jabatan akan menjadi pagu atau tolak ukur kinerja jabatan dan lazim pula disebut
    sebagai job performance standard. Sedangkan bila diterapkan pada unit kerja
    perusahaan akan menjadi pagu atau tolak ukur kinerja unit kerja atau organization
    unit performance standard. Dari bagian pada Gambar 2.2 tersebut nyata benar peran
    penting dan strategik dari sebuah tolak ukur kinerja jabatan dalam upaya nyata
    perusahaan untuk mencapai misi perusahaan dapat digapai secara sistematik.
    67
    Gambar 2.2
    Prosedur Umum Penetapan Tolak Ukur kinerja Jabatan
    (job Performance Standard)
    Tolak Ukur Kinerja Jabatan
    (Job Performance Standard)
    Quantity; Quantity;
    Cost
    Tugas-Tugas
    Jabatan
    Jabatan-Jabatan
    Perusahaan
    Struktur
    Organisasi
    Perusahaan
    Visi dan Misi
    Preusahaan
    Hasil Kerja
    Jabatan
    Target dari
    Pemegang Saham
    Perusahaan
    68
    G. MANAJEMEN KARIER
    1. Mengembangkan Diri
    Mungkin belum pernah terlintas dalam pikiran, bahwa suatu kesempatan besar akan
    datang dan membawa keberuntungan di masa mendatang. Segala sesuatu bergerak
    dengan cepat dalam organisasi tanpa peringatan terlebih dahulu. Begitu kesempatan
    datang, maka seseorang harus sudah siap untuk menerima kesempatan tersebut, sudah
    tentu jumlah pertimbangan yang diperoleh akan ditentukan oleh catatan prestasi yang
    dimiliki oleh pribadi masing- masing. Ini berarti bahwa pada waktu memulai pekerjaan
    yang pertama seseorang hjarus dapat membayangkan prospek masa depannya meskipun
    masa depan belum dianggap penting pada saat itu, tetapi seseorang harus berusaha
    bekerja dengan sungguh-sungguh dan berusaha untuk mencapai prestasi kerja sebaik
    mungkin.
    Dengan belajardari pengalaman, mengamati sebab keberhasilan orang lain dan
    tidak mengulangi kesalahan yang dibuatnya, seseorang dapat menyelesaikan
    pekerjaannya dengan baik dan lebih cepat, sehingga dapat dengan mudah dan benar-benar
    tahu apa yang harus dikerjakan. Kemampuan kerja seseorang dapat menarik perhatian
    seorang pemimpin dan rekan-rekan sekerja, serta membuka kesempatan bagi orang
    termaksud untuk lebih cepat menduduki jabatan yang lebih baik.
    Promosi adalah kenaikan jabatan, yakni menerima wewenang dan tanggungjawab
    yang belum dimiliki sebelumnya. Promosi tidak selalu diikuti dengan kenaikan gaji. Gaji
    dapat tetap, tapi pada umumnya bertambah besarnya wewenang dan tanggungjawab
    seseorang, bertambah besar pula balas jasa yang diterimanya. Dengan promosi,
    dimaksudkan bahwa kepada seseorang diberikan jabatan yang lebih tinggi, dimana ia
    mempunyai tugas wewenang dan tanggungjawab yang lebih besar, jika dibandingkan
    dengan tugas, wewenang dan tanggungjawab yang dipegang sebelumnya. Hal ini
    dimaksudkan untuk mengembangkan lebih lanjut karier seseorang.
    Dalam rangka mencapai kemajuan, seseorang terlebih dahulu harus bersikap
    dinamis dan lebih banyak memberikan jasa pada organisasi tempat ia bekerja, tanpa
    mengharapkan suatu ambisi yang berlebihan serta tidak terlalu mengharapkan imbalan
    jasa. Disamping itu seseorang harus berusaha untuk dapat memanfaatkan kesempatan,
    sehingga dapat membuktikan bahwa ada kesanggupan untuk menangani pekerjaan yang
    69
    lebih besar. Pekerjaan yang memerlukan tanggungjawab yang lebih besar merupakan
    tantangan bagi seseorang untuk lebih maju. Setiap tanggungjawab baru akan membuat
    seseorang untuk lebih dapat berdiri sendiri dan berguna di kantor, serta dapat memberikan
    pengalaman yang lebih luas kepadanya. Kemungkinan kesempatan tersebut datang dari
    diri seseorang sendiri, misalnya dengan menemukan cara yang lebih efisien dalam
    menyelesaikan beberapa pekerjaan atau penyampaian ide baru yang dapat diterapkan
    dalam pelaksanaan pekerjaan.
    Setiap individu pada umumnya ingin maju, berkembang dan sukses, namun tidak
    banyak individu yang tahu kemana dan bagaimana pengembangan tersebut dilakukan.
    Beberapa hal yang dapat dipakai oleh setiap individu untuk mengembangkan dirinya,
    antara lain:
    1. Berusaha mengenal diri sendiri.
    2. Berusaha mengenal kekuatan diri sendiri.
    3. Berusaha mengenal kelemahan diri sendiri.
    4. Berusaha mengembangkan interaksi dan komunikasi terbuka dengan lingkunag
    yang positif dan edukatif.
    5. Membiasakan diri selalu mengadakan kritik terhadap diri sendiri, mengevaluasi
    diri, dan mengembangkan rasa humor.
    6. Mencoba menerima keadaan secara rasional dan objektif.
    7. Membiasakan diri selalu mengadakan pengecekkan, dan teliti dalam setiap
    tindakan.
    8. Memiliki tujuan dalam tahapan waktu yang terprogram.
    9. Tidak mengimitasikan diri pada seseorang, tetapi mendiri.
    2. Pengelolaan Karir
    Agar dapat menentukan tindakan yang ingin kita lakukan dalam hal karir, kita
    perlu melalui satu proses yang amat sederhana, yaitu proses perencanaan karir. Itu
    bukannya suatu persoalan dalam merencanakan kehidupan kita, melainkan sekedar cara
    dalam menyortir sasaran-sasaran jangka pendek kita, dalam menentukan apa yang harus
    kita lakukan berikutnya di dalam karir kita. Proses ini dapat diterapkan pada tahap
    70
    manapun dalam kehidupan kita: untuk beralih karir, atau untuk perencanaan karir awal,
    untuk berbagai keputusan karir.
    Bagaimana mangikutinya? Cukup kita ikuti tahap-tahap yang digambarkan di
    bawah ini dan kita harus sampai pada beberapa jawaban dari pertanyaan semacam: Karir
    apa yang cocok bagi kita? Pilihan apa yang ada pada kita? Bagaimana kita dapat
    membuat keputusan?
    Langkah-Langkah yang Ditempuh
    Menilai diri sendiri : Kenalilah kelebihan-kelebihan kita, kemampuan kita, minat
    kita dan berbagai atribut persoalan lainnya. Simaklah pengalaman kita
    sebelumnya. Gambarkan hasil temuan kita dalam suatu bentuk ringkasan atau
    rekaman.
    Meneliti gagasan dan kesempatan : Menengok kesempatan pada masa mendatang.
    Mencari dan mempertimbangkan informasi yang relevan. Menandai sumbersumber
    bantuan dan dukungan.
    Membuat hubungan-hubungan : Dapatka umpan balik dari perkembangan karir
    kita. Kenali prioritas-prioritas dan dorongan-dorongan pribadi. Gabungkan hasilhasil
    penilaian diri dengan pilihan-pilihan yang ada pada kita.
    Melakukan tindakan : Tuliskan dan laksanakan suatu rencana kegiatan.
    Komunikasikan secara efektif baik secara lisan maupun tertulis untuk mencapai
    sasaran. Tinjau kembali kemajuan kita dan amati segi-segi yang perlu dipelajari
    bagi perencanaan karir kita di masa mendatang.
    Menilai Diri Sendiri
    Ini merupakan langkah teramat penting dalam proses pengelolaan karir dan bagi
    sebagian besar orang inilah bagian yang paling sulit dan menimbulkan sejumlah
    pertanyaan. Bagaimana saya melakukannya? Patokan apa yang saya gunakan? Dengan
    siapa saya harus membandingkan diri saya?
    Dengan jelas disebutkan bahwa ada tiga kriteria utama yang sangat vital dalam
    pengelolaan karir, yakni pengetahuan akan:
    71
    Kemampuan dan keterampilan kita, misalnya, kemampuan dalam mencegah
    masalah, dalam berkomunikasi.
    Minat kita, misalnya, terhadap lingkungan, musik, olah raga
    Kelebihan-kelebihan kita, misalnya, keinginan untuk sukses, keinginan untuk
    membantu orang lain.
    Dalam proses ini kita tak perlu membuat perbandingan antara diri kita dengan
    orang lain. Yang perlu kita lakukan adalah tindakan INTRAPERSONAL, yakni
    membandingkan berbagai keterampilan dan minat kita untuk mengetahui mana yang
    lebih penting. Ada berbagai macam cara untuk melaksanakan tugas ini. Kita dapat
    meninjau ulang pengalaman terlebih dahuludalam mengenali minat dan kelebihan
    tertentu dalam diri kita. Kita dapat mempergunakan serangkaian kuesioner atau sistem
    panduan komputer. Kita juga dapat bertanya kepada orang lain mengenai kesan-kesan
    mereka terhadap kepribadian-kepribadian dan kelebihan-kelabihan kita. Umpan balik dari
    tindakan dapat mengejutkan, bahkan dapat pula menyakitkan, tetapi itulah gambarannya.
    Ada sejumlah cara dalam menjalani proses peninjauan diri dan refleksi diri semacam ini.
    Yang paling baik adalah mencoba berbagai cara untuk menentukan jawaban-jawaban
    yang konsisten.
    Setelah kita mendapat beberapa kemajuan, akan berguna kiranya untuk
    menyimpulkan hasil temuan kita dalam suatu profil atau risalah pribadi dan karir yang
    akan mencatat semua hal mengenai diri kita yang relevan terhadap keputusan karir kita.
    Sebagai contoh, barangkali kita akan menemukan bahwa kita berkeinginan untuk
    memanfaatkan kualitas dengan suatu cara tertentu, atau bahwa keterampilan kitadi tempat
    kerja inginkita kembangkan lebih lanjut. Kita barangkali pula menyadari bahwa beberapa
    pangalaman yang kita dapatkan secara cuma-cuma atau bersifat main-main ternyata
    sangat berguna untuk menunjang rencana karir kita di masa mendatang.
    Menetapkan Sasaran dan Merencanakan Tindakan yang Akan Kita Ambil
    Mengetahui secara jelas apa yang akan kita lakukan adalah bagian utama dalam
    proses perencanaan karir karena tindakan itu dapat meningkatkan rasa percaya diri kita,
    disamping mempertegas tujuan kita. Apabila kita merasa terperangkap dalam
    72
    keputusasaan dan keraguan, penetapan sasaran akan membantu kita merasa lebih optimis
    tentang masa depan dan membuat kita lebih berani melakukan kontrol pada kehidupan
    kita. Ini merupakan salah satu dari tujuan penetapan sasaran dan perencanaan tindakan.
    Lantas apa keterkaitannya? Pada khususnya ada dua pertanyaan sederhana yang perlu
    kita jawab: ‘Kemana arah hidup saya?’ dan ‘Bagaimana saya dapat mencapainya?’
    Apabila merasa sulit menetapkansuatu jangkauan karir, kita dapat pula mendaftar
    sejumlah pilihan dan, dalam rancangan tindakan yang kita buat, dapat dijelaskan alasan
    kita memilih salah satu dari hal tersebut. Kita barangkali perlu pula membuat perbedaan
    antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Pertanyaan yang penting kita jawab
    adalah ‘Bagaimana saya tahu saya telah mencapai tujuan tersebut?’
    Pengelolaan karir berawal dari bagaimana diri kita sebenarnya. Pengenalan
    kepribadian kita sendiri menentukan bagaimana karir yang akan kita peroleh. Bagaimana
    kita bisa mencapai karir dengan sukses jika kita sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya
    ada pada diri kita.
    Kedisiplinan dan penetapan sasaran adalah faktor yang menentukan dalam
    pengelolaan karir kita. Disiplin membuat kita menjadi orang yang bertanggungjawab dan
    penetapan sasaran menentukan bagaimana karir yang kita inginkan dapat tercapai.

    0 komentar

  • Copyright © 2013 - Unbreakable Machine Doll - Ilmu Bermanfaat - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan