Posted by : sahdarullah
Jumat, 29 November 2013
PERENCANAAN
WAKTU
4.1
Pengertian dan Tujuan.
Perencanaan waktu merupakan bagian
yang sangat penting dalam proses penyelesaian suatu proyek. Rencana kerja
(“time Schedule”) adalah merupakan pembagian waktu secara rinci dari
masing-masing kegiatan/jenis pekerjaan pada suatu proyek konstruksi, mulai dari
pekerjaan awal sampai pekerjaan akhir (“Finishing”).
Pada rencana kerja akan tampak
bahwa:
a) Uraian pekerjaan secara rinci,
b) Waktu mulai dan waktu akhir dari
masing-masing kegiatan tersebut serta lama waktunya.
c) Hubungan antara masing-masing kegiatan/ jenis pekerjaan
dengan waktu (lamanya, waktu mulai dan waktu akhir).
Tujuan dan manfaat pembuatan rencana
kerja secara umum adalah untuk:
a) mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu bagian dari proyek atau proyek secara menyeluruh,
b) mengetahui hubungan antara
pekerjaan satu dengan pekerjaan lain,
c) penyediaan dana /keuangan,
d) sebagai alat dalam pelaksanaan,
e) sebagai alat koordinasi dari
pimpinan,
f) pengukuran, penilaian, dan
evaluasi,
g) pengendalian waktu penyelesaian,
h) penyediaan tenaga kerja, alat,
dan material.
4.2 Data
yang dibutuhkan dan langkah-langkah pembuatan rencana kerja
Secara garis besar data-data yang
diperlukan guna menunjang pembuatan rencana kerja adalah sebagai berikut:
1. Data tenaga kerja (“labor”)
Data ini diperlukan karena sangat
berpengaruh terhadap prestasi produk pekerjaan yang berkaitan dengan masalah
besaran dan harga satuan pekerjaan. Data ini berkaitan dengan jumlah
(kuantitas) dan keahlian (kualitas) untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
2. Data peralatan
Prestasi atau volume besaran
pekerjaan sangat dipengaruhi dan berkaitan erat dengan peralatan. Hasil suatu
pekerjaan/prestasi dipengaruhi oleh alat dan tenaga.
3. Data tidak jelas
(transportasi) dan harga yang akan
berpengaruh terhadap waktu dan harga satuan.
4. Gambar rencana dan bestek
Gambar rencana dan bestek
berpengaruh dalam perhitungan besaran pekerjaan, harga satuan, jumlah harga,
dan waktu penyelesaian suatu pekerjaan.
5. Data keterkaitan dan hubungan
antara satu dengan pekerjaan lain diperoleh dari lapangan dan pengalaman.
Langkah-langkah dalam pembuatan
rencana kerja adalah sebagai berikut:
1) Menyediakan dan mempelajari
data-data yang berpengaruh terhadap rencana kerja,
2) Menentukan hubungan keterkaitan atau
ketergantungan antar pekerjaan (pekerjaan yang mendahului, sesudahnya atau
pekerjaan yang bebas).
3) Hitung besaran pekerjaan, harga
satuan dan jumlah harga tiap pekerjaan.
4) Menentukan waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu dipengaruhi oleh sifat pekerjaan
tersebut. (besar/kecil, sulit/tidak), tenaga, alat, material, metoda kerja,
dsb.
5) Gambaran dalam bentuk
tabel/diagram hubungan antara item pekerjaan dan jangka waktu penyelesaian
serta volume/bobot dari pekerjaan untku semua pekerjaan yang ada.
6) Dengan demikian rencana kerja
sudah dapat dibuat dan waktu penyelesaikan proyek sudah dihitung/ditentukan.
Untuk jelasnya dapat dilihat contoh
rencana kerja dengan BAR CHART yang dilengkapi
dengan kurva s. Daftar rekapitulasi
anggaran biaya.
Jumlah nominal adalah anggaran biaya
yang dibayarkan kepada kontraktor tidak termasuk jasa pembohong, pajak,
pengelola proyek, jasa supervisi dan jasa konsultan perencana.
Jumlah Rp. 100.000.000.00 adalah
harga nominal proyek tersebut.
Nilai bobot (%) tiap jenis pekerjaan
adalah hasil bagi harga pekerjaan tersebut dengan harga nominal. Sebagai Nilai
bobot Rp. Dari pekerjaan A adalah Rp. 14.000.000,00
Nilai bobot (%) masing-masing
pekerjaan dengan jumlah satuan waktu (hari minggu bulan) untuk mengerjakan
(pekerjaan tersebut) sehingga didapat bobot (%) tiap satuan waktu.
Sebagai contoh:
Pekerjaan A = 14%
Waktu pelaksanaan 7 minggu, maka
nilai bobot
Satu minggu = 14/7=2%
Waktu pelaksanaan 7 minggu dapat
dianalisis dengan jumlah besaran pekerjaan, peralatan, tenaga, bahan yang
tersedia serta metoda yang dipakai.
4.3 Jenis-jenis Rencana Kerja
Rencana kerja (time schedule) yang
dikenal atau sering digunakan dalam proyek konstruksi ada beberapa jenis.
Penggunaan jenis rencana kerja untuk proyek konstruksi tergantung dari jenis
dan sifat proyek bangunan konstruksi yang dilaksanakan.
Untuk menggambarkan jaringan kerja
atau diagram balok secara lengkap maka diperlukan analisis ketergantungan
antara aktivitas-aktivitas tersebut. Ada beberapa alasan yang menyebabkan sifat
ketergantungan antara dua aktivitas.
1. Ketergantungan atas dasar logika
Secara logika hubungan antara kedua
kegiatan memang harus terjadi. Misalnya, pondasi batu kali boleh dipasang, bila
galian sudah dilaksanakan. Jadi secara logika mulainya pemasangan pondasi
tergantung pada pekerjaan galian.
2. Ketergantungan atas pertimbangan
sumber daya (alat)
Ketergantungan antara dua aktivitas
akan terjadi karena metoda pelaksanaan, yaitu dengan membagi aktvitas tersebut
menjadi beberapa tahap. Aktivitas berikutnya dilaksanakan tidak harus menunggu
aktivitas sebelumnya selesai seluruhnya. Misalnya: pemasangan pondasi batu kali
dapat dikerjakan jika galian tahap I sudah selesai.
Ada beberapa macam rencana kerja
yang dikenal, diantaranya:
1. diagram balok/batang (“bar/gant
chart”)
2. diagram keseimbangan (“line
balance diagram”)
3. diagram jaringan kerja (“network
diagram”)
Untuk memilih rencana kerja yang
tepat untuk pekerjaan suatu proyek dibutuhkan suatu
teknik seperti gambar 7.1.
4.3.1
Diagram Balok
Diagram balok merupakan rencana
kerja yang paling sederhana dan sering digunakan pada proyek yang tidak terlalu
rumit serta mudah dibuat dan dipahami.
Bentuk rencana kerja ini terdiri
dari jenis pekerjaan dalam bentuk alur vertikal dan arah horisontal menunjukkan
jangka waktu yang dibutuhkan oleh tiap pekerjaan yaitu waktu mulai dan waktu
akhir dengan menggunakan diagram balok.
Diagram tersebut dapat dilihat pada
gambar 7.2
Dalam pelaksanaan, rencana kerja
dari diagram balok biasanya dilengkapi dengan bobot tiap pekerjaan yang dibagi
dengan anggaran nominal seluruh pekerjaan proyek tersebut.
Prosentase dari masing-masing
pekerjaan dan dilengkapi dengan prosentase kumulatif dari rencana kerja.
Pengembangan dari diagram balok ini dinamakan kurva S (S curve), yaitu
diagram yang menunjukkan hubungan antara bobot kumulatif pekerjaan yang dicapai
(%) terhadap waktu.
Dari kurva S dapat diketahui %
pekerjaan yang harus dicapai pada waktu tertentu.
Untuk menentukan bobot tiap
pekerjaan maka harus dihitung dulu volume pekerjaan dan biayanya serta biaya
nominal dari seluruh pekerjaan tersebut.
4.3.2
Diagram Keseimbangan Garis (Line Balance Diagram)
Rencana kerja ini disusun dengan
menggunakan keseimbangan garis-garis yang menunjukkan hubungan antara lokasi pekerjaan
dengan waktu dari tiap-tiap pekerjaan.
Ordinatnya menunjukkan lokasi dari
proyek (sta, rumah ke …., lantai ke, ….., dsb.) dan absisnya menunjukkan waktu
yang dibutuhkan dan garisnya adalah garis pekerjaanya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 7.4
Dengan diagram ini dapat ditunjukkan
lokasi dari tiap pekerjaan dan waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing lokasi
dan pekerjaan.
Rencana kerja ini biasa digunakan
untuk proyek jalan raya, perumahan, (real estate), gedung bertingkat, tipikal
dsb.
Metoda diagram keseimbangan garis
menggambarkan hubungan antara waktu pada sumbu mendatar terhadap lokasi pada
sumbu tegak dimana ……………………………….. level jadwal kerja yang diinginkan. Sedangkan
yang dimaksud dengan lokasi adalah ukuran produksi yang tergantung dari tipe
proyeknya, yaitu seperti:
a. Tingkat pada bangunan tinggi,
b. Stasiun pada proyek jalan,
pemasangan kabel, pipa air,
c. Rumah pada real-estate
Gambar 7.4 memperlihatkan garis
miring adalah aktivitas atau kegiatan (i). Sedangkan
sudut kemiringan menunjukkan tingkat
produksi terhadap waktu (ri). Secara umum
dapat dirumuskan sebagai = rij yaitu
produktivitas pada lokasi j, dimana i = 1, 2, 3,…….n.
j = 1, 2, 3, …….. m.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada metoda ini adalah :
1. Interupsi
2. Restraint
Interupsi adalah peristiwa
terjadinya dalam suatu pekerjaan atau proyek tanpa menghasilkan suatu prestasi
pekerjaan/produksi yang disebabkan karena pekerjaan tersebut tidak dapat
dikerjakan (karena perbaikan alat, hari hujan, mogok) sedangkan pekerjaan
tersebut memerlukan waktu yang terbatas. Hal ini dapat diperlihatkan pada gambar
7.5
Restraint adalah suatu aktivitas
yang tergantung pada keterbatasan sumber daya, yang hanya bisa dimulai apabila
aktivitas sebelumnya telah selesai dan kadang-kadang perlu interupsi untuk
mobilisasi peralatan.
4.3.3
Diagram Jaringan Kerja (Network Planning Diagram)
Rencana kerja ini disusun
berdasarkan urutan-urutan kegiatan dari semua pekerjaan sedemikianrupa sehingga
tampak keterkaitan pekerjaan yang satu dengan pekerjaan lainnya.
Rencana kerja dengan diagram
jaringan kerja ini biasanya digunakan pada proyekproyek besar yang mempunyai
aktifitas pekerjaan yang cukup banyak dan cukup rumit.
Diagram jaringan kerja ada 3 macam
yang bisa dipakai, yaitu:
1. PERT (Programme Evaluation and
Review Technique)
2. CPM (Critical Path Method)
3. PDM ( Predence Diagram Method)
4.3.3.1
PERT
PERT merupakan singkatan dari Programme
Evaluation and Review Technique atau Teknik Penilaian dan Evaluasi Program.
Metoda ini merupakan pengembangan dari metoda Gantt Charts. Teori PERT hampir
sama dengan CPM, namun ada perbedaan yang mendasar, antara kedua teori
tersebut.
a) PERT menggunakan kegiatan pada
lingkaran atau activity on node sedangkan CPM kegiatan pada anak panah (activity
on arrow)
b) PERT lebih berorientasi pada
waktu sedang CPM pada biaya.
Ada 2 konsep yang harus diperhatikan
pada PERT
1. Suatu kejadian (event)
adalah keadaan yang terjadi pada saat tertentu.
2. Aktivitas adalah pekerjaan yang
perlukan untuk menyelesaikan suatu kejadian.
Suatu kejadian digambarkan dengan
bentuk lingkaran dan aktivitas digambarkan dalam bentuk tanda anak panah yang
menghubungkan dua buah lingkaran.
Kejadian ini diberi nama agar dapat
dengan mudah membedakannya. Kejadian 1 menggambarkan titik waktu pekerjaan
dimulai, kejadian 2 menunjukkan titik waktu pekerjaan selesai, lebih jelasnya
dapat dilihat pada bagan kegiatan/aktivitas.
Waktu yang paling optimis (a)
Waktu yang paling optimis adalah
perkiraan waktu yang mempunyai kemungkinan yang sangat kecil untuk dapat
dicapai, prakiraan waktu untuk menyelesaikan suatu proyek dianggap tanpa
kendala.
Waktu ini jarang terjadi, namun
waktu yang paling pesimis (b).
· Waktu yang paling pesimis adalah prakiraan waktu yang
mempunyai kemungkinan sangat kecil untuk dilaksanakan. Prakiraan waktu untuk menyelesaikan
suatu proyek jika terjadi banyak kendala, seperti gangguan cuaca, sehingga
harus tetap diperhitungkan.
· Waktu yang paling mungkin (m)
Waktu yang paling mungkin adalah
waktu yang berdasarkan analisis animator yaitu lamanya waktu yang paling sering
dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas tertentu, jika aktivitas itu dilakukan
berulangulang dalam kondisi yang sama.
7.3.3.2
Metoda Lintasan Kritis
Metoda lintasan kritis ini
prinsipnya sama dengan PERT jaringan kerja dari CPM menggunakan tanda/simbol
sebagai berikut:
1. Anak panah (arrow) menyatakan
sebuah kegiatan/aktifitas.
Kegiatan aktifitas ini memerlukan
durasi (jangka waktu) dengan penggunaan sumber daya manusia, peralatan biaya.
Panjang maupun kemiringan anak panah tidak mempunyai arti. Jadi tidak perlu
dengan skala. Kepala anak panah menunjukkan arah tiap aktifitas yang dimulai dari
kiri ke arah kanan.
2. Lingkaran kecil (node), yang
menyatakan sebuah kejadian atau peristiwa atau event. Kejadian (event) dapat
terjadi pada awal pertemuan atau pertengahan atau ujung (akhir) dari satu atau
beberapa kegiatan.
3. Anak panah terputus-putus atau
kegiatan semu (dummy). Dummy adalah kegiatan semu yang tidak mempunyai durasi
karena memang tidak membutuhkan sumber daya:
Untuk melakukan perhitungan maju dan
perhitungan mundur, lingkaran kecil dibagi atas tiga bagian, yaitu:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar