• Posted by : sahdarullah Minggu, 24 November 2013


     

    A.    Pentingnya Kedisiplinan
    Kedisiplinan adalah fungsi operatif ke enam dari manajemen Sumber Daya Manusia. Kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal.
    Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap manajer selalu berusaha agar para bawahannya mencapai disiplin yang baik. Seorang menejer dikatakan efektif dalam kepemimpinannya, jika para bawahannya berdisiplin baik. Untuk memelihara dan meningkatkan kedisiplinan yang baik adalah hal yang sulit, karena banyak faktor yang mempengaruhinya.

    Apakah yang dimaksud dengan kedisiplinan yang baik? Rumusan yang tepat untuk menjawab pertanyaan di atas merupakan hal yang sangat sulit, tetapi penulis memberikan definisi sebagai berikut.
    Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma social yang berlaku.
    Keasadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tangggung jawabnya. Jadi, dia akan mematuhi/mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan.
    Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak.
    Jadi, seseorang akan bersedia mematuhi semua peraturan serta melaksanakan tugas-tugasnya, baik secara suka rela maupun karena terpaksa. Kedisiplinan diartikan jika karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma social yang berlaku. Mengapa dalam kedisiplinan karyawan diperlukan peraturan dan hukuman?
    Peraturan sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi karyawan dalam menciptakan tata tertib yang baik di perusahaan. Dengan tata tertib yang baik, semangat kerja, moral kerja, evisiensi, dan efektivitas kerja karyawan akan meningkat. Hal ini akan mendukung tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Jelasnya perusahaan sulit mencapai tujuannya, jika karyawan tidak mematuhi peraturan-peraturan perusahaan tersebut. Kedisiplinan suatu perusahaan dikatakan baik, jika sebagian besar karyawan menaati peraturan-peraturan yang ada.
    Hukuman diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan dan mendidik karyawan supaya menaati semua peraturan perusahaan. Pemberian hukuman harus adil dan tegas terhadap semua karyawan. Dengan keadilan dan ketegasan, sasaran pemberian hukuman akan tercapai. Peraturan tanpa dibarengi pemberian hukuman yang tegas bagi pelanggarnya bukan menjadi alat pendidik bagi karyawan.

    Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan. Tanpa dukungan disiplin karyawan yang baik, sulit perusahaan untuk mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Indicator-indikator apa saja yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu perusahaan?

    B.     Indikator-indikator kedisiplinan
    Pada dasarnya banyak indicator yang mempengaruhi tingkat kediaiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya :
    1.      Tujuan dan kemampuan,
    2.      Teladan pimpinan,
    3.      Balas jasa,
    4.      Keadilan,
    5.      Waskat,
    6.      Sanksi hukuman,
    7.      Ketegasan, dan
    8.      Hubungan kemanusiaan.
    1.         Tujuan dan Kemampuan
    Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
    Akan tetapi jika pekerjaan itu diluar kemampuannya atau jauh dibawah kemampuannya maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan rendah. Misalnya pekerjaan untuk pendidikan SMU ditugaskan kepada seorang sarjana atau pekerjaan utnuk sarjana ditugaskan bagi karyawan berpendidikan SMU. Jelas karyawan bersangkutan kurang berdisiplin dalam melaksanankan pekerjaan itu. Disinilah letak pentingnya asas the right man in the right place and the right man in the right job.
    2.         Teladan Pimpinan
    Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus member contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik, para karyawannya pun kurang disiplin.
    Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan bawahannya baik jika dia sendiri kurang disiplin. Pimpinan harus menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan diteladani bawahannya. Hal inilah yang mengharuskan pimpinan mempunyai kedisiplinan yang baik agar para bawahan pun mempunyai disiplin yang baik pula.
    Pepatah lama mengatakan kalau guru kencing berdiri, murid kencing berlari atau pepatah batak singkam batang na singkam tunas na atau harimau tidak mungkin beranak domba.
    3.         Balas Jasa
    Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa yang akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan/pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.
    Untuk mewujudkan kedisiplinan karyaawan yang baik, perusahaan harus memberikan balas jasa yang relative besar. Kedisiplinan karyawan tidak mungkin baik apabila balas jasa yang mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keluarga.
    Jadi, balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan. Artinya semakin besar balas jasa semakin baik kedisiplinan karyawan. Sebaiknya apabila balas jasa kecil kedisiplinan karyawan menjadi rendah. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.
    4.         Keadilan
    Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya.
    Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik. Manajer yang cakap dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya. Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik dan setiap perusahaan supaya kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula.


    5.         Waskat
    Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata yang paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi prilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada/hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
    Waskat efektif merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan. Karyawan merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari atasanya.
    Dengan waskat, atasan secara langsung dapat mengetahui kemampuan dan kedisiplinan setiap individu bawahannya, sehingga kondisi setiap bawahan dinilai objektif. Waskat bukan hanya mengawasi moral kerja dan kedisiplinan karyawan saja, tetap juga harus berusaha mencari sistem kerja yang lebih efektif untuk mewujudkan tujuan organisasi, karyawan, dan masyarakat. Dengan system yang baik akan tercipta internal kontrol yang dapat mengurangi kesalahan-kesalahan dan mendukung kedisiplinan serta moral kerja karyawan.
    Jadi, waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan dengan bawahan dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan kebersamaan aktif antara atasan dengan bawahan, terwujudlah kerja sama yang baik dan harmonis dalam perusahaan yang mendukung terbinanya kedisiplinan karyawan yang baik.

    Kesimpulan
    Waskat adalah tindakan nyata dan efektif untuk mencegah/mengetahui kesalahan, membetulkan kesalahan, memelihara kedisiplinan, meningkatkan prestasi kerja, mengaktifkan peranan atasan dan bawahan, menggali sistem-sistem kerja yang paling efektif, serta menciptakan sistem internal kontrol yang terbaik dalam memdukung terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
    6.         Sanksi Hukuman
    Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang.
    Berat/ringannya sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik/buruknya kedisiplinan karyawan. Sanksi hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal, dan informasikan secara jelas kepada semua karyawan. Sanksi hukum seharusnya tidk terlalu ringan atau terlalu berat supaya hukuman itu tetap mendidik karyawan untuk merubah perilakunya. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap tingkatan yang indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat motivasi untuk memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.
    7.         Ketegasan 
    Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap karyawan yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman bagi karyawan yang indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinannya oleh bawahan. Dengan demikin, pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan karyawan perusahaan. Sebaliknya apabila seorang pemimpin kurang tegas atau tidak menghukum karyawan yang indisipliner, sulit baginya untuk memelihara kedisiplinan bawahannya, bahkan sika indisipliner karyawan semakin banyak karena mereka beranggapan bahwa peraturan dan sanksi hukumannya tidak berlaku lagi. Pimpinan yang tidak tegas menindak atau menghukum karyawan yang melanggar peraturan sebaiknya tidak usah membuat peraturan atau tata tertib dalam perusahaan tersebut.
    Kesimpulan.
    Ketegasan pimpinan menegur dan menghukum setiap karyawan indisipliner akan mewujudkan kedisiplinan yang baik pada perusahaan tersebut.
    8.         Hubungan Kemanusiaan
    Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Hubungan-hubungan baik bersifat vertical mupun horizontal yang terditi dari direct single relationship, direct group relationship, dan cros relationship hendaknya harmonis.
    Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusian yang serasi serta mengikat, vertical maupun horizontal dianttara semua karyawannya. Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplina yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.
    Kesimpulan
    Kedisiplinan adalah fungsi MSDM yang terpenting dan menjadi tolak ukuran untuk mengukur atau mengetahui apakah fungsi-fungsi MSDM lainnya secara keseluruhan telah dilaksanakan dengan baik atau tidak. Kedisiplinan karyawan yang baik, mencerminkan bahwa fungsi-fungsi MSDM lainnya telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Sebaliknya jika kedisiplinan karyawan kurang baik, berarti penerapan fungsi-fungsi MSDM pada perusahaan yang kurang baik.
    Jadi, dapat dikatakan “kedisplinan” menjadi kunci terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan disiplin yang baik berarti karyawan sadar dan bersedia mengerjakan semua tugasnya dengan baik.

    C.    Persaingan dan Konflik
    Persaingan dan konflik sering terjadi di antara karyawan suatu perusahaan. Persaingan dan konflik terjadi karena mempunyai tujuan yang sama, latar belakang yang heterogen, sikap perasaaan yang sensitive, perbedaan pendapat, dan salah paham.
    Persaingan yang sehat yang akan memotifasi moral kerja, produktifitas kerja, dan kedisiplinan karyawan, tetapi persaingan yang kurang sehat akan menimbulkan konflik. Persaingan sehat perlu dibina agar dinamika organisasi berkembang kea rah yang diingginkan. Dngan persaingan sehat, karyawan yang kreatif, dinamis, dan berlomba-lomba mencapai prestasi kerja optimal. Persaingan yang kurang sehat harus di cegah sedini mungkin supaya tidak sampai terjadi konflik yang akan merugikan perusahaan.
    Konflik yang bersifat negatif , emosional, dan merusak kerjasama akan merugiakn perusahaan. Konflik terjadi diantara individu karyawan, kelompok dengan kelompok, vertical maaupun horizontal di antara sesame individu karyawan. Konflik yang tidak teratasi akan menimbulkan konfrontasi, perkelahian, dan frustasi. Sesuai ini akan menimbulkan kerugian perusahaan. Hal inilah yang mengharuskan manajer sedini mungkin harus mengatasi konflik yang terjadi pada perusahaan supaya kerja sama karyawan tetap terpelihara dengan baik.
    Apakah definisi persaingan dan konflik itu?
    Untuk member definisi persaingan dan konflik adalah sangat sulit, tetai penulis mencoba memberikan definisi sebagai berikut.
    Persaingan
    Persaingan adalah kegiatan yang berdasarkan atas sikap rasional dan emosional dalam mencapai prestasi kerja yang terbaik. Persaingan dimotivasi oleh ambisi untuk memperoleh pengakuan, penghargaan, dan status sosial yang terbaik.
    Konflik
    Konflik adalah persaingan yang kurang sehat berdasarkan ambisi dan sikap emosional dalam memperoleh kemenangan. Konflik akan menimbulkan ketegangan, konfrontasi, perkelahian dan frustrasi jika tidak dapat diselesaikan.
    Apa saja yang menyebabkan persaingan dan konflik itu? Hal-hal yang menyebabkan persaingan dan konflik, antara lain adanya tujuan yang ingin dicapai, ego manusia, kebutuhan, perbedaan pendapat, salah paham, perasaan dirugikan, dan perasaan sensitive.
    1.      Tujuan
    Tujuan sama yang ingin dicapai akan merangsang timbulnya persaingan dan konflik di antara individu atau kelompok karyawan. setiap karyawan atau kelompok selalu berjuang untuk mencapai pengakuan yang lebih baik dari orang lain. Hal ini memotivasi timbulnya persangin atau konflik dalam memperoleh prestasi yang terbaik.
    2.      Ego Manusia
    Ego manusia yang selalu menginginkan lebih berhasil dari manusia lainnya akan menimbulkan persaingan atau konflik.
    3.      Kebutuhan
    Kebutuhan material dan non material yang terbatas akan menyebabkan timbulnya persaingan atau konflik. Pada dasarnya setiap orang menginginkan pemenuhan kebutuhan material dan non material yang lebih baik dari orang lain sehingga timbullah persaingan konflik.
    4.      Perbedaan Pendapat
    Perbedaan pendapat akan menimbulkan persaingan atau konflik. Karena setiap orang atau kelompok terlalu mempertahankan bahwa pendapatnya itulah yang paling tepat. Jika perbedaan pendapat tidak terselesaikan, akan timbul persaingan atau konflik yang kadang-kadang menyebabkan perpecahan.
    5.      Salah Paham
    Salah paham sering terjadi diantara orang-orang yang bekerja sama. Karena salah paham ini timbullah persaingan atau konflik diantara individu karyawan atau kelompok.

    6.      Perasaan Dirugikan
    Perasaan dirugikan karena perbuatan orang lain akan menimbulkan persaingan atau konflik. Setiap orang tidak dapat menerima kerugian dari perbuatan orang lain. Oleh karena itu, perbuatan yang merugikan orang lain hendaknya dicegah supaya tidak timbul konflik diantara sesamanya.
    7.      Perasaan Sensitif
    Perasaan sensitive atau mudah tersinggung akan menimbulkan konflik. Perilaku atau sikap seseorang dapat menyingggung perasaan orang lain yang dapat menimbulkan konflik atau perselisihan, bahkan dapat menimbulkan perkelahian diantara karyawan.
    Jadi persaingan dan konflik dapat dirangsang oleh internal dan eksternal organisasi perusahaan. Apa saja kebaikan dan keburukan dari persaingan dan konflik itu?
    Kebaikan Persaingan
    1.      Evaluasi diri/introspeksi diri demi kemajuan
    2.      Moral kerja atau prestasi kerja akan meningkat
    3.      Mengembangkan diri demi kemajuan karena dorongan persaingan
    4.      Memotivasi dinamika organisasi dan kreativitas karyawan
    Keburukan Konflik
    1.        Kerja sama kurang serasi dan harmonis diantara para karyawan
    2.        Memotivasi sikap-sikap emosional karyawan
    3.        Menimbulkan sikap apriori karyawan
    4.        Meningkatkan absen dan turnover karyawan
    5.        Kerusakan produksi dan kecelakaan semakin meningkat

    D.    Kepuasan Kerja, Stres, dan Frustrasi
    Karyawan adalah makhluk social yang menjadi kekayaan utama bagi setiap perusahaan. Mereka menjadi perencana, pelaksana, dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan perusahaan. Karyawan menjadi pelaku yang menunjang tercapainyai tujuan, mempunyai pikiran, persamaan, dan keinginan yang dapat mempengaruhi sikap-sikapnya terhadap pekerjaannya. Sikap ini akan menentukan prestasi kerja, dedikasi, dan kecintaan terhadap pekerjaan yang dibebankan padanya. Sikap-sikap positif ahrus dibina, sedangkan sikap-sikap negative hendaknya dihindarkan sedini mungkin. Sikap-sikap karyawan dikenal kepuasan kerja, stress, dan frustrasi yang ditimbulkan oleh pekerjaan, peralatan, lingkungan, kebutuhan, dan sebagainya.
    Kepuasan Kerja
    Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan diluar pekerjaan.
    Kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah kepuasaan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang baik.
    Kepuasan diluar pekerjaan adalah kepuasaan pekerjaan karyawan yang dinikmati dluar pekerjaan dengan besarnya balas jasa yang akan diterima dari hasil kerjanya, agar dia dapat membeli kebutuhan-kebutuhannya.
    Kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dicerminkan oleh sikap emosional yang seimbang antara balas jasa dan pelaksanaan pekerjaannya.
    Kepuasan kerja karyawan dipengaruhi factor-faktor berikut :
    1.      Balas jasa yang adil dan layak
    2.      Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian
    3.      Berat ringannya pekerjaan
    4.      Suasana dan lingkungan pekerjaan
    5.      Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan
    6.      Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya
    7.      Sifat pekerjaan monoton atau tidak
    Stres Karyawan
    Stres karyawan timbul akibat  kepuasan kerja tidak terwujud dari pekerjaannya. Stres karyawan perlu sedini mungkin diatasi oleh  pimpinan agar hal-hal yang merugikan perusahaan dapat diatasi. Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seseorang. Orang-orang yang mengalimi stres  menjadi nervous dan merasakan kekuatiran kronis. Mereka sering menjadi marah-marah, agresif, tidak dapt rileks, atau memperlihatkan sikap yang tidak kooperatif.
    Faktor-faktor penyebab stres karyawan antara lain :
    1.      Beban kerja yang sulit dan berlebihan
    2.      Tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan wajar
    3.      Waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai
    4.      Konflik antara pribadi dengan pimpinan atau sekelompok kerja
    5.      Balas jasa yang terlalu rendah
    6.      Masalah-masalah keluarga seperti anak, istri, mertua, dan lain-lain
    Frustrasi
    Stres karyawan yang tidak terselesaikan dengan baik akan mengakibatkan timbulnya frustrasi. Frustrasi akan menimbulkan perilaku yang aneh-aneh dari orang tersebut, misalnya marah-marah, membanting telepon bahkan memukul-mukul kepalanya. Frustrasi adalah keadaan emosional, ketegangan pikiran dan prilaku yang tidak  terkendali dari seseorang, bertindak aneh-aneh yang dpat membahayakan dirinya atau orang lain.
    Manajer harus sedini mungkin mengatasinya dengan pendekatan kejiwaan dan keimanan atau membawanya berobat kepada psikolog. Hal inilah yang menuntut agar setiap pemimpin memiliki penglihatan social, kemampuan berpikir abstrak, dan keseimbangan emosional.










    0 komentar

  • Copyright © 2013 - Unbreakable Machine Doll - Ilmu Bermanfaat - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan